The School For Good and Evil (Jilid 4)

Judulnya 100% salah, but whatever!

Judul : The School For Good and Evil (Jilid 4) : Perjalanan Menuju Kejayaan

Penulis : Soman Chainani

Penerbit : Bhuana Sastra

ISBN : 978-602-483-674-0

Tebal : 633 halaman

Rating Pribadi : 3,6 Stars

Blurb :


SETIAP AKHIR MERUPAKAN AWAL YANG BARU

Para siswa Sekolah Kebaikan dan Kejahatan berpikir sudah menemukan Akhir Bahagia setelah berhasil mengalahkan Sang Guru. Mereka tidak menyadari dunia luar begitu besar, begitu pula kisah mereka. Supaya lulus di tahun keempat, setiap siswa wajib menjalani "Petualangan Meraih Kejayaan" masing-masing di luar sekolah.

Mereka menghadapi berbagai rintangan berbahaya, dengan taruhan besar : kejayaan dan kehormatan selamanya, atau kegagalan dan kehilangan jati diri selamanya. Dalam petualangan mereka, Agatha dan Tedros berusaha mengembalikan Camelot ke kemegahannya terdahulu sebagai ratu dan raja.

Sementara itu Dekan Sophie berupaya mempercantik Sekolah Kejahatan semaunya. Namun, ketika petualangan teman-teman sekolah mereka dikacaukan oleh suatu kekuatan tak terlihat, seseorang harus memimpin misi penyelamatan. Kejahatan dan Kebaikan harus bersatu, atau keduanya tidak akan bertahan ....
MENGANDUNG SPOILER!!! (HATI-HATI)

A. Cekcok Rumah Tangga

Hai Gyus ... Impy Island di sini, membawa kembali seri The School For Good and Evil jilid 4. Ini akan menjadi seri terakhir untuk sementara, sebelum penerbit Bhuana Sastra membuat terjemahan buku ke-5 (Semoga tidak lama T_T). Seperti biasa, marilah kita melihat wujud luar dari buku kesayanganku ini. Hal pertama yang kita sadari pastilah Tedros dan Agatha sedang saling merangkul. Dan ekspresiku adalah (APHA? MEREKA RESMI JADI RAJA DAN RATU?) Jujur aku bahagia sekaligus tidak bahagia. Entahlah, masih saja kesal dengan sifat Tedros yang lebih kecewek-cewekan dibanding Sophie dan Agatha digabung.

Di belakang mereka, alih-alih Sekolah Kebaikan dan Kejahatan, yang terpampang nyata di sana malah Kerajaan Camelot, alias kampung halaman Tedros. Aku semakin yakin kalau Tedros dan Agatha benar-benar akan menikah. Lalu ada kapal bajak laut yang berlambang Sekolah Kebaikan dan Kejahatan dengan dua angsa kebanggaan mereka. Aku sama sekali nggak tahu apa itu, penampakan Sophie di depan kapal membuatku berasumsi dia berubah menjadi pemimpin bajak laut.

Di belakang Sophie terdapat dua anak lain, sepertinya itu Hort dan Anadil (cuma dia yang punya rambut putih). Selain Tedros dan Agatha yang akan menikah, aku benar-benar tidak tahu apa yang sampul ini coba jelaskan. Padahal di Blurb Sophie menjadi seorang dekan, kenapa di sampul malah menjadi pemimpin bajak laut? Kenapa pula Sophie yang anggun dan berkharisma karena ke-feminimannya berubah menjadi cewek tomboy? Apa jangan-jangan Agatha juga berubah dari gadis seterong tak kenal menyerah, jadi Ratu menye-menye yang cengeng? (Sampul ... stop bikin aqu pusing!)

Aku memang penasaran dengan apa yang ada di sampul, tapi jujur saja dibanding ketiga buku sebelumnya, yang satu ini tidak membuatku bersemangat. Maksudku ... Tedros dan Agatha sudah bahagia, Sophie juga sudah bahagia menjadi dekan (setidaknya) Terus apa lagi yang mungkin terjadi di antara mereka? Tapi karena aku sudah mengucap janji suci dengan buku ini, maka aku harus membacanya. Dan kalian tahu? Aku tidak menyesal sama sekali.

B. Ngomongin Anu

Mengalahkan Sang Guru tidak serta merta menamatkan kisah Sophie dan Agatha (ternyata bleeh ....) Untuk tahun keempat mereka diharuskan menempuh sebuah perjalanan menuju kejayaan agar secara resmi lulus dari Sekolah Kebaikan dan Kejahatan sebagai sebuah buku dongeng yang layak dibaca anak-anak Gavaldon. Makanya murid-murid Sekolah Kebaikan dan Kejahatan memulai perjalanan yang bisa juga di sebut KKN (Bukan di Desa Penari).

Mereka pikir semua akan berjalan mudah. Pikir mereka "Pfftt ... kita udah berhasil ngalahin Sang Guru, looh. Apa sih yang lebih parah dari Kakek Lampir itu?" Nyatanya ... Sang Guru hanya seujung kuku jari kelingking dari kehidupan nyata. Dunia luar begitu luas, bahaya yang mengancam begitu banyak, beragam, seperti campuran warna-warni terang. Pada akhirnya semua warna itu menghitam karena terlalu banyak.

Agatha dan Tedros dibenci oleh rakyat Camelot, padahal sang pangeran sudah membayangkan penyambutan megah ketika dia pulang. Sophie menjadi Dekan yang kontroversial. Dibenci, tapi juga dicintai, dan sesekali dia masih menyimpan rasa cemburu karena Tedros benar-benar memilih Agatha sebagai ratunya. Serikat Penyihir (Hester, Anadil, dan Dot) mencari Sang Guru yang baru untuk mengurus sekolah, karena mereka tergolong orang-orang yang membenci Sophie. Amit-amit kalau sampai Sophie yang menjadi Sang Guru baru (begitulah kira-kira pikir mereka.)

Banyak kejadian sadis dan memilukan di buku ini. Satu per satu murid yang mungkin berpengaruh selama kita membaca seri ini gugur dalam hal-hal misterius yang tak jarang juga mengerikan. Ketika Tedros sedang berusaha keras mengambil hati masyarakatnya, pemuda lain yang lebih gagah, lebih dewasa, lebih hebat dalam segala hal justru muncul dan lebih dulu merebut hati masyarakat.

Mereka menyebutnya Sang Singa, karena dia selalu menjadi penyelamat ketika kekacauan terjadi. Masyarakat juga bilang, dia lebih cocok menjadi raja daripada Tedros, apa lagi pemuda itu juga mempunyai sedikit darah Arthur alias Raja Camelot sebelumnya, alias ayah Tedros, alias mereka mempunyai hubungan darah, meski tidak kandung. Padahal sang ayah tidak pernah cerita kalau ia mempunyai anak lain pada Tedros. Tedroslah yang selama ini menjadi kesayangannya, yang digadang-gadang akan menjadi penerus takhta.

Sumpah, aku sendiri keder baca ini cerita jadinya begimane si? Kalau dilihat-lihat memang si pemuda baru ini-lah penerus tahta yang lebih cocok daripada Tedros. Ya ... tahulah, Tedros itu dari awal buku juga sudah manja, kekanakkan, gampang dimanipulasi, agak bodoh, ngeselin, dan lain-lain yang bukan sifat seorang raja sama sekali. TAPI!!! Ini anak baru juga bukan siapa-siapa, kan? Kok ujug-ujug muncul aja gitu ngerecokin Tedros. (kesian kan tu anak!).

Sementara itu, Agatha dan teman-teman seperjuangan (termasuk Sophie) menyelidiki dongeng teman-temannya yang entah kenapa jadi kacau balau, padahal di peta mereka semua baik-baik saja, tiba-tiba dapat kabar duka cita salah satu temannya gugur. Mereka mengarungi samudera (ya inilah maksud dari kapal bajak laut di sampul.) Ada satu konflik antara Sophie-Hort-Nicola di sepanjang buku. Hmmm ... bisa dibilang Sophie dapat karma di buku ini (dan aku bahagia karena itu!).

Namun ... seburuk-buruknya nasib Sophie, tetep aja yang chantik mah dapet enak aja. Si pemuda misterius yang ngerecokin Tedros ini suka sama Sophie. Begitulah, lagi-lagi Sophie berhasil mup on dari Tedros, Mup on dari Sang Guru. Cowok baru, muka ganteng baru HA-HA-HA (kata Sophie). Bagus juga, sih, cewek genit itu jadi nggak gangguin hubungan Tedros dan Agatha terus. Jadi pelakor aja kerjaannya, HUH!

C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan The School For Good and Evil (Jilid 4)
  • Perkembangan karakter yang semakin baik dan baik lagi. Mereka tumbuh dewasa dengan cara masing-masing. Beberapa memang tidak ada yang berubah (baca : Tedros) tapi mereka telah berkembang jauh lebih baik dan tahu apa tanggung jawab masing-masing, apa yang harus didahulukan dan apa yang harus dikesampingkan.
  • Alur yang rumit, dan harus sedikit mengernyitkan dahi untuk mengetahui ke arah mana sebenarnya cerita ini. (Sebenarnya aku agak bingung ini termasuk kelebihan atau kekurangan. Pribadi, aku tertantang memecahkan semua teka-teki ini.)
  • Hort akhirnya mendapatkan keadilan sosial di sini. Entahlah, aku kasihan sama anak itu. Di sini, dia menjadi lebih rasional, tidak selalu sering dipermainkan lagi. Itu suatu kelebihan, kan?
  • Plot yang benar-benar susah ditebak.
Kekurangan The School For Good and Evil (Jilid 4)
  • Kembali lagi ke kebiasaan buruk Om Soman yang langsung ngasih tokoh seabreg dengan perkenalan yang tidak terlalu jelas.
  • Berbelit-belit, sangat sulit mengerti satu adegan hanya dengan sekali baca saja, (ya, ini juga termasuk kekurangan, karena ... kadang kepalaku pusing dibuatnya.)
  • Masa lalu beberapa tokohnya yang diceritakan hanya sekelebat-sekelebat sampai sepertinya susah untuk diingat, apalagi itu tokoh baru yang tentunya kita pikir tidak sepenting tokoh lama.
  • Buku ini menjadi yang ratingnya terendah dari semua buku. Kenapa? Akan kuberitahu di penutup saja.

D. Penutup

PERINGATAN! Jangan percaya kepada siapa pun di dalam buku ini ... serius. Begitu kalian sudah jatuh hati dengan satu tokoh, berharap tokoh itu adalah malaikat yang turun dari surga, nyatanya dia adalah iblis yang berasal dari kerak neraka. Begitupun sebaliknya. Kalian akan menyumpah-nyumpahi seseorang di dalam buku ini, tapi kemudian menyesal telah melakukannya karena ternyata dia teramat sangat tidak berdosa.

Seharusnya aku menyukai buku ini! Seharunya aku memberi buku ini rating sempurna! Namun, dengan teganya aku memberi angka 3 yang sebenarnya hina untuk buku sebagus ini (emosional ceritanya.) Seharusnya ... seharusnya ... seharusnya aku tidak membaca spoiler terkutuk di Instagram itu! Benar-benar medsos racun, penghianat, jahat, tega, kejam!!! Buku ini tidak pernah sama lagi setelahnya. Maafkan aku Om Soman. Maafkan aku Buku ....

Semenjak saat itu aku menghapus Instagram dari ponselku. Tapi bohong, kalau kuhapus bagaimana caranya aku mencari cowok-cowok imut? Semenjak saat itu ... aku unfollow semua Fandom racun yang bersangkutan dengan The School For Good and Evil. Lebih baik tinggal di dalam gua dan keluar terkagum-kagum melihat pemandangan indah, daripada tinggal di kota besar, dan kecewa karena kemegahannya tidak bertahan lama!

Inilah pertama kalinya aku dikecewakan oleh spoiler. Aku benci itu!!! Benci!!! Tapi ... yang lalu biarlah berlalu, sekarang aku akan fokus menunggu buku ke-5 selesai diterjemahkan, tanpa menoleh ke mana pun, tanpa memeriksa fandom apa pun. Agar aku bisa merasakan sensasi luar biasa membaca buku ini, seperti aku membaca ketiga buku pendahulunya dulu.

Mungkin segitu saja review kali ini, semoga bermanfaat bagi kalian ... dan, aku tidak akan mengakhiri ini dengan kebahagiaan. Jadi ....

Sampai jumpa di review selanjutnya T_T/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Sky Academy