Janshen


Judul : Janshen

Penulis : Risa Saraswati

Penerbit : Bukune

ISBN : 978-602-220-241-7

Tebal : 212 Halaman

Rating Pribadi : 3,5 Stars

Blurb :


"Risa, kau gemuk!"
"Risa, aku takut hujan!"
"Risa, aku benci dipanggil hantu!"
"Risa, seandainya gigiku tidak ompong!"
"Risa, aku rindu Anna ..."
"Risa ... terima kasih. Biarpun kau jelek, aku menyayangimu, sama seperti sayangku kepada Annabelle. Jangan berhenti menemuiku, karena menemuimu membuatku merasa hidup."

-Jantje Hendrich Janshen-

***

Selama ini kita memanggilnya Janshen, padahal itu adalah nama belakang keluarganya. Sejak lahir, anak ini dianggap sebagai pembawa kebahagiaan karena siapa pun yang ada di sekitarnya selalu merasa bahagia. Tak ada yang mau tahu bagaimana kisah hidupnnya. Semua sahabat hantuku tak tertarik mencari tahu karena masalah terberat seorang Janshen hanyalah gigi ompong yang membuat anak itu menjadi bulan-bulanan.

Kupikir hidupnya selalu menyenangkan, kupikir harinya selalu dipenuhi tawa. Ternyata aku salah, anak sekecil dan selucu dia harus menghadapi banyak masalah hingga akhir hidup. Selamat datang di kehidupan si hantu ompong favoritku, selamat menyelami sisi gelap masa lalunya.
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Si Imut yang Ompong

JANSHEN!!! Siapa sih yang nggak langsung jatuh hati sama si kecil lucu ini? Begitu melihat sampul Janshen yang menunjukkan ilustrasi wajahnya yang imut, ditambah nuansa pink dan putih yang sejuk membuat hatiku merasa damai, seolah sedang berada di atas awan, atau dikelilingi permen kapas. Nuansa Pink di seluruh buku juga membuatku berpikir Janshen ini sebelas-dua belas sama Hans yang agak kecewek-cewekan.

Dari ilustrasi pada sampul aku baru tahu gigi ompong Janshen benar-benar cuma satu, dan tepat di depan, yang pasti terpampang nyata kalau lagi nyengir atau ngomong. Tapi, itu sekaligus membuatku berkata Yaelah Janshen! Itu cuma sebiji! Bayangkan dulu saat SD gigiku juga ompong, di depan juga, dua biji sekaligus!!! Bayangkan betapa malunya aku. Selama beberapa minggu berusaha keras nggak buka mulut supaya nggak diejek.

Lebih parah lagi ... adikku yang paling kecil semua giginya ompong karena dia anti sikat gigi tapi hobi makan permen. Iyuuh ... itu baru patut diejek. Tapi kamu itu lucuuuu! Temen-temen hantu kamu jahat kalau ngeledek cuma karena gigi ompong satu biji! Ya ... namanya juga anak-anak yakan? Maklum lah ... (tapi tetep aja!!!)

Aku tidak mau bertele-tele lagi karena kisah Janshen adalah kisah yang paling bikin aku penasaran. Apa sih yang bisa membuat anak sekecil itu sengsara sampai jiwanya tidak tenang dan menjadi hantu. Nah, mari kita mulai membaca kisah masa lalu Janshen.

B. Ngomongin Anu

Seperti empat kisah pendahulunya (kecuali William), keluarga Janshen adalah keluarga Belanda yang bahagia, bahkan baik hati, Janshen memiliki tiga orang kakak, semuanya sayang padanya, dan anak itu juga sangat menyayangi kaka-kakaknya. Meskipun satu di antara mereka yang tertua bernama Lizbeth mempunyai penyakit cukup parah. Semua orang menjaga perasaannya, karena sekali saja kaget atau merasa panik, penyakitnya akan kambuh.

Seperti pendahulunya, kisah Janshen juga lebih berfokus pada orang-orang yang bersangkutan dengan Janshen. Seperti pertengkaran kakak-kakaknya, konflik keluarga, musuh dalam selimut, dan satu hal yang paling mengerikan, yaitu berita bahwa keluarga Janshen dalam bahaya karena ada orang Hindia-Belanda yang anti Netherland, juga simpang-siur kedatangan Nippon.

Keluarga Janshen mempunyai cukup banyak musuh. Mungkin bukan musuh, melainkan orang-orang Hindia-Belanda yang benci penjajahan, dan menginginkan semua Netherland minggat dari situ. Bahkan mereka tega berbuat jahat pada Janshen kecil yang malang T_T. Di saat-saat genting, orangtua Janshen pergi membawa dua kakaknya yang sakit ke Netherland untuk pengobatan lebih lanjut.

Sungguh keputusan yang cerdas sekali bagi orang tua Janshen untuk meninggalkan dua anak yang masih kecil-kecil, sendirian, di tanah jajahan yang pastinya sangat berbahaya! Bravo! Bravo! Kenapa nggak sekalian aja di bawa dong, Ferguso!? Nggak ngerti lagi deh jalan pikir orangtuanya si Janshen ini. Apa ini masalah biaya? tapi mereka orang kaya. Sudah tau negara jajahan lagi genting, dua anak paling kecil malah ditinggal!

Selama Janshen dan kakaknya, Annabelle, tinggal di Hindia-Belanda yang semakin genting, untung ada keluarga Grunigen yang dengan senang hati menampung mereka. Mereka pikir di situ aman, mereka pikir tidak akan ada bahaya. Nyatanya, para penjahat tidak ada yang punya hati. Keluarga Grunigen juga bukan orang berpengaruh, sekali pun iya ... para penjahat tidak akan peduli, kan?

Kasihan Annabelle harus menjaga Janshen seorang diri, dia berusaha menjadi kuat, padahal dia sendiri masih kecil. Dia berusaha keras melindungi Janshen padahal dia juga perlu perlindungan. Ini alasannya Janshen sangat menyayangi Annabelle, dia yang menjaga anak itu sampai titik darah penghabisan. Semua orang tahu mereka sudah berusaha, tapi para penjahat tetaplah penjahat.

C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Janshen
  • Aku suka bagaimana konflik yang tertulis di sini saling sambung-menyambung menciptakan twist yang meskipun sudah terlihat, tapi tetap membuat gregetan.
  • Hal-hal kecil yang terjadi pada Janshen ternyata memiliki sejarah yang mengerikan. Di balik semua itu, Janshen tetaplah anak kecil polos yang manja. Penggambaran tokoh yang sempurna.
Kekurangan Janshen
  • Alih-alih kekurangan pada buku, aku malah kecewa dengan keputusan berlian dari orangtua Janshen yang pergi meninggalkan anak-anak terkecilnya di tanah jajahan. Helloooww ... sebagai orang tua yang baik dan benar seharusnya mereka tahu. Sedamai apa pun negara jajahan, itu tetap negara jajahan. Tidak ada orang yang suka dijajah, cepat atau lambat kekacauan akan terjadi. Seharusnya mereka berpikir ke sana dan membawa serta anak-anak mereka! SEMUANYA! Sekarang mereka tinggal menyesalinya, kan!

D. Penutup

Setelah membaca kisah-kisah hantu-hantu ini aku jadi kepikiran, apakah benar semua itu terjadi? Apakah benar itu semua kisah nyata mereka? Apakah benar itu arwah-arwah mereka yang penasaran? Bukankah jiwa anak-anak masih bersih? Bukankah mereka seharusnya kembali ke surga bersama Sang Pencipta?

Aku hanya bisa takjub dengan kisah-kisah mereka yang kebanyakan kelam, mungkin karena mereka tinggal di negara berkonflik, mungkin juga karena memang mereka tidak beruntung. Tunggu dulu ... mereka jadi hantu karena kejadian-kejadian itu, apa karena mereka hantu, makanya mengalami semua itu? Hmmmm ... sudahlah, toh aku tidak tahu apa-apa.

Aku tidak punya anugerah yang dimiliki Teh Risa. Dia pun pernah memperingatkan bahwa kisah-kisah ini bisa jadi bohong, karena bagaimanapun mereka hantu anak-anak jahil, omongan mereka kurang bisa dipercaya. Kasihan juga dengan mereka, mungkin yang sebenarnya terjadi malah lebih mengerikan dari kisah ini.

Semoga Peter, Hendrick, Hans, William, Janshen bisa menemukan kedamaian dalam jiwa hantu mereka. Aku juga berharap yang sama kepada semua hantu-hantu yang masih penasaran dengan takdir mereka. Kisah Janshen menjadi penutup yang sempurna untuk seri ini (sementara) Kabarnya ada lagi Marianne dan Norma. Aku ingin sekali membacanya! Mungkin lain waktu.

Sekian dulu review kali ini, semoga bermanfaat bagi kalian semua. Sampai jumpa di review selanjutnya ^O^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Sky Academy

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)