Milea (Buku 3)


Judul : Milea (Buku 3) : Suara dari Dilan

Penulis : Pidi Baiq

Penerbit : Mizan Pustaka

ISBN : 978-602-0851-56-3

Tebal : 355 Halaman

Rating Pribadi : 3,4 Stars

Blurb :


SERIOUSLY!!! Im not gonna write all that testimonial, Okhay!
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Tolonglah Blurbnya!

Apa yang dimulai harus diselesaikan, itu adalah ikrar seorang Impy. Ketika aku mendapatkan buku Milea alias buku ke-3 Dilan, tanpa basa-basi-busuk, aku langsung mengambil beberapa camilan, memasang tanda "Jangan ganggu!" di depan pintu, lantas merebahkan diri di kasur yang tidak terlalu empuk ini. Kebiasaanku dari lahir masih sama, meneliti sampul buku yang aku punya sebelum membacanya.

Tema masih seragam (+10 poin), masih disertai ilustrasi kece (+60 poin), warna, font, dan tema masih enak dipandang (+40 poin), sejauh ini sampul seri Dilan masih oke, sampai tiba saatnya aku membalik buku, lalu menemukan blurb yang sangat panjang. Saking panjangnya sampai satu sampul belakang penuh dengan tulisan hitam. Seperti semut migrasi.

Aku pikir, kali ini Pidi Baiq benar-benar menuliskan blurb dengan niat, mengingat blurb di buku 1 dan 2 hanya berisi quotes singkat hasil cuplikan dari dalam buku. Aku membaca blurb itu dengan cengiran lebar, lalu cengiran itu meredup seiring kalimat pertama selesai aku baca. ITU CUMA KUMPULAN TESTIMONI PEMBACA DILAN!!!

Isinya cuma komen-komen yang memuja-muja sosok Dilan di buku 1 dan 2. Sudah ... poin yang tadi sudah bertambah, langsung turun ke -100 Ayolaaah ... setidaknya buku 1 dan 2 menyajikan quotes yang ada di dalam novel, tapi di buku ini tidak ada satu kalimat pun yang menggambarkan isi dari buku!!! Semuanya pujian, semuanya review yang bagus-bagus saja, padahal selera orang berbeda-beda di seluruh bumi!

Yah, yang sudah ya sudah. Toh aku tidak membaca semua testimoni itu. Aku tidak percaya! Tunjukan apa yang dimiliki sebuah karya, baru aku bisa menilai. Aku tidak akan termakan omongan kalian wahai pembaca budiman!!!

B. Ngomongin Anu

Hmmm ... aku sering mendengar desas-desus kalau Dilan diangkat dari kisah nyata seseorang, yang menurutku masuk akal karena setiap kisah di dalam buku ini masuk akal terjadi di kalangan remaja. Tidak terlalu lebay, tidak terlalu drama, sifat yang sok dewasa padahal kekanakan. Aku pun sedikit banyak bisa merasa relevan dengan beberapa kejadian buku ini.

Nah, beberapa mengatakan tokoh Dilan sebenarnya Pidi Baiq itu sendiri. Namun, ketika di awal buku Milea justru Pidi Baiq mewawancarai Dilan ... ya sudah jelas kalau itu bukan kisah Pidi Baiq (atau jangan-jangan dia tipu-tipu!?) Intinya ... buku ini masuk akal jika benar diangkat dari kisah nyata.

Oh, Om Pidi Baiq juga mengabulkan permintaan pembacanya, karena dia membuat buku Milea dari sudut pandang the one and only Dilan kita tercinta. Di bab-bab awal terlalu banyak basa-basi, segala cerita spiderman pun di sebutin panjang lebar, dan tetek-bengek Pidi Baiq merayu Dilan untuk bercerita. Juga mewanti-wanti pembaca kalau buku ini mungkin tidak sebagus dua buku sebelumnya, karena dia kurang pintar bercerita. (memang!!!)

Di sini kita lebih jauh berkenalan dengan Dilan dan keluarganya, kenapa dia jadi anak unik, kenapa dia bisa ajaib begitu, ternyata memang satu keluarga itu nggak ada yang bener, dari bunda, Disa, Ayah, Abang-abang Dilan yang lain, semua eror kayaknya. Itu masalah genetik. Terutama dari bapakenya, yang gaya bicaranya duplikat banget Dilan.

Kita juga disuguhkan dengan keakraban Dilan bersama teman-temannya, yang nanti dibenci banget sama Milea. Aku tahu, aku sering banget ngata-ngatain orang bucin. Tapi di buku ini, aku pengen buru-buru sampe ke Dilan ketemu Milea, bagaimana sudut pandangnya, bagaimana kesan pertama dia dan sebagainya. Kenapa itu butuh waktu lamaaaaaa sekali!

Dan ketika akhirnya ketemu .... heemmmm ... biasa aja, nggak memuaskan hasratku untuk tahu lebih jauh tentang sudut pandang Dilan. Seringnya dia malah nyuruh kita buat baca buku sebelumnya. Ya-ya-ya ... memang harus, tapi kan!!! Kita mau tahu kenapa kepikiran ngasih TTS udah diisi, kenapa bisa tekun deketin Milea, kenapa semua kejadian itu ada! Oh iya ... dia kan udah wanti-wanti di awal kalau cerita ini bakal agak jelek. (bruh).

Satu hal yang aku sukai dari buku ini malah bukannya tanggapan Dilan ke Milea, tapi malah ke beberapa adegan dan cerita kecil yang tidak di ceritakan dari sudut pandang Milea. Seperti kejadian dengan Susi, kenapa Dilan akhirnya pasrah putus sama Milea, kenapa mereka nggak saling mencari setelahnya. Dan tentu saja yang paling bikin sedih. ADEGAN REUNI!!!

Ketika semua terungkap, ketika kesalah pahaman mulai bisa dijelaskan, tapi semua sudah terlambat, waktu tidak bisa diputar bali, nasi sudah menjadi bubur. Kini Milea milik orang lain, Dilan juga. Kali ini mereka benar-benar sudah dewasa, mereka ingin saling mencintai, tapi mereka sudah mempunyai orang lain.

Perpisahan memang nggak enak. Seperti kata Dilan di buku ini. "Perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh rindu."

C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Milea : Suara dari Dilan
  • Cerita-cerita dari sudut pandang Dilan yang belum kita ketahui di dua buku sebelumnya.
  • Terungkap sudah semua alasan serta kesalahpahaman yang menyebabkan Dilan-Milea harus berpisah.
  • Penggambaran suasana dan latar sangat detail, seolah kita kembali ke masa lalu tahun-tahun 90an. Bahkan mamaku juga bilang membaca buku ini membuatnya merasa muda lagi. (ya ... mamaku juga baca buku ini.)
  • ILUSTRASI!!!
Kekurangan Milea : Suara dari Dilan
  • Tidak sesuai ekspetasi, terlalu banyak hal terlewatkan dari sudut pandang Dilan yang sebenarnya sangat ingin aku ketahui.
  • Banyak adegan yang sebenarnya tidak berhubungan sekali dengan alur cerita Dilan-Milea. Maksudku ... sejak awal buku ini ingin menceritakan kisah mereka berdua, kan? Nyatanya malah menyimpang, dan porsi antara pasangan itu justru sedikit di sini.
  • Penurunan sifat Dilan yang unik. Menurutku jika ini di ambil dari sudut pandang Dilan, kita seharusnya lebih bisa merasakan keunikannya. Ternyata malah sifat unik itu tidak juga muncul. Bisa jadi karena keunikan Dilan hanya bisa dirasakan orang-orang disekitar? Entahlah.

D. Penutup

Bisa dibilang buku ketiga seri Dilan ini tidak sesuai ekspetasi, tapi tetap saja membuat hatiku merasakan hal lucu seselai membacanya. Seperti sedih, tapi bukan, seperti kangen seseorang, tapi siapa? Seperti pengen kembali ke masa lalu, tapi nggak mungkin. Apa lagi satu kalimat terakhir itu. Entah kenapa aku berasa nyess membaca satu kalimat itu.

Mengetahui pasangan favorit kita ini memang tidak punya kesempatan untuk bersama lagi, padahal kisah mereka begitu indah dan istimewa. Nyatanya yang indah dan istimewa itu juga bisa kandas. Kisah Dilan-Milea juga membuktikan bahwa cinta monyet, yang kata orang-orang adalah cinta bohongan, cinta ala anak-anak, justru adalah cinta yang paling terkenang.

Saat itu kita masih muda dan naif, sering salah mengambil keputusan, tapi itulah yang justru membuat kita dewasa. Meskipun aku masih penasaran apakah Dilan memperlakukan semua cewek seperti dia memperlakukan Milea? Apa ada Milea-Milea lain sebelumnya, atau sesudahnya? Berarti selama ini kenangan Dilan-Milea nggak istimewa sama seklai dong? (toeng!!)

Oho-ho-ho ... kalian pikir kisah ini hanya sampai di sini? Tidak semudah itu, Fernandez! Dilan punya mangsa ... ekhem ... pacar baru bernama Cika, dan dengar-dengar Cika akan mempunyai kisah sendiri. Mungkin di masa yang akan datang juga dibuat kisah Mas Herdi alias suaminya Milea. Siapa tahu, kan?

Intinya kalau mau ditanya, Buku ke-2 masih menjadi kesukaanku, di sana perasaanku benar-benar dibuat naik-turun. Dan, pastinya aku akan membaca buku Cika jika kisah itu sudah keluar. Harus!!! Mungkin sampai sini dulu review kali ini. Pidi Baiq masih sukses membuatku baper (aku benci kata itu) meskipun kali ini banyak membuat bosan. Di tunggu Cika-nya.

Sampai jumpa di review selanjutnya ^O^/

Comments

  1. Part favorit sih pas mereka ngobrol di telepon setelah reunian:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bagian itu juga...seneng sih akhirnya mereka akur, tapi sedih gak bisa bersama lagi

      Delete
  2. Part favorit sih pas mereka ngobrol di telepon setelah reunian:)

    ReplyDelete

Post a Comment

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Sky Academy