Bumi


Judul : Bumi

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 978-602-03-0112-9

Tebal : 437 Halaman

Rating Pribadi : 3,5

Blurb :


Namaku Raib, usiaku 15 tahun, kelas sepyluh. Aku anak perempuan seperti kalian, adik-adik kalian, tetangga kalian. Aku punya dua kucing, namanya si Putih dan si Hitam. Mama dan Papaku menyenangkan. Guru-guru di sekolahku seru. Teman-temanku baik dan kompak.

Aku sama seperti remaja kebanyakan, kecuali satu hal yang kusimpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan. Namaku Raib. Dan aku bisa menghilang.
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Diskon Empat Buku!!!

Warning!!! Boring Story coming through!!!

Aku mengetahui eksistensi serial BUMI ketika tengah menjelajah toko buku online. Saat itu akhir bulan, gajian sudah turun, dan tagihan gono-gini sudah terbayar. Tentu saja aku harus menghamburkan sisa uang hasil kerja rodi yang seiprit ini dengan penuh pertimbangan. Tadinya aku mau membeli novel terjemahan yang selama ini kuincar. Namun, salah satu toko buku ternama menawarkan sesuatu yang tidak bisa ditolak oleh kaum hawa. Betul ... DISKON!

Toko buku itu menawarkan empat serial BUMI sekaligus dengan harga yang nyaris setara SATU buku incaranku. Heel yeah!!! Tentu saja aku lebih mendahukukan serial BUMI yang menawarkan empat buku! Meskipun di dalam hati ada sedikit rasa penyesalan, karena harus menunggu sebulan lagi supaya bisa membeli buku incaranku. Tapi heloooww!!! Selama menunggu, aku jadi punya empat bahan bacaan yang (semoga) berfaedah ini.

Marilah kita diam sejenak untuk menikmati betapa indahnya sampul seri pertama yang berjudul Bumi. Latar hijau terkesan asri dengan segala pernak-pernik lukisan beraliran kubisme. Ada ilustrasi beruang dan dua kucing, juga lokomotif, terus ada ilustrasi seperti perkotaan di atas awan ... jujur saja kalau hanya melihat sampul, aku tidak akan bisa menebak apa tema cerita dalam buku ini sama sekali. Makanya, tanpa berlama-lama, mari simak review ini.

B. Plot

Kita akan diajak berkenalan dengan seorang perempuan berusia 15 tahun bernama Raib. Sebenarnya Raib sama seperti anak-anak perempuan lain di masa remaja, dia memiliki orang tua super baik, juga sahabat yang setia. Akan tetapi, dia punya satu keistimewaan, yaitu dia bisa raib ... benar-benar raib, alias menghilang. Tidak ada yang mengetahui tentang kekuatan itu selain Raib sendiri, bahkan ia pun tidak tahu bagaimana bisa memiliki kekuatan tersebut. Sampai suatu hari, sosok tinggi-kurus muncul di balik cermin kamarnya, dan memberitahukan hal macam-macam.

Tentang dunia pararel, tentang perang antar klan, tentang kucingnya yang ternyata pengkhianat, pokoknya malam itu benar-benar kacau. Keadaan diperparah dengan terbongkarnya kekuatan Raib oleh Ali si biang kerok yang menyebalkan. Dia begitu penasaran dengan kekuatan Raib sehingga tidak berhenti mencecar anak itu, bahkan Ali meletakkan alat mata-mata di dalam tas Raib. Well ... you need to chill, My Guy! That is creepy and Ilegal!

Dari caraku bercerita, kalian mungkin berpikir kisah ini selalu memiliki adegan aksi tanpa istirahat. Kenyataannya, alur akan berjalan sangat lambat di awal cerita yang hanya menjabarkan kehidupan sehari-hari Raib berserta keluarganya. Kita juga diajak berkenalan dengan teman Raib (Seli) yang katanya sih pecinta kultur Korea, tapi penggambarannya sangat tidak natural. Aku rasa Om Tere harus riset lagi bagaimana K-popers bertingkah-laku, mereka tidak selebay itu sampai apa-apa disamakan dengan drakor!

Kita juga ditunjukkan adegan-adegan khas Teenlit di mana Raib dan Seli tidak berani dekat-dekat dengan anak Cheerleaders, padahal dari awal tidak pernah ada adegan di mana para Cheerleaders itu mengintimidasi sampai harus ditakuti. Ya, aku tahu penulis berusaha menunjukkan kehidupan sekolah Raib, tapi penggambarannya benar-benar stereotipikal SMA yang kesannya malah jadi hambar. Lagi pula, kenapa repot-repot memberi percikan konflik teenlit kalau seterusnya adegan itu tidak berguna sama sekali sepanjang cerita?

Marilah kita lanjut membicarakan hal penting lain misalnya, untuk apa adegan mesin cuci yang ngalor-ngidul ke mana-mana sampai satu bab!? Maksudku, kenapa harus sedetail itu mereview mesin cuci sampai para pembaca diajak hitung-hitungan berfaedah tentang berapa banyak baju dicuci selama belasan tahun. Untuk masalah jerawat aku masih mengerti, karena itu berhubungan dengan kekuatan Raib yang bisa teleport (Ya, benar, buku ini juga membahas jerawat Raib secara detail), tapi mesin cuci???

Pada akhirnya, adegan seru benar-benar terjadi saat ada tiang listrik jatuh hendak menimpa Raib dan Seli. Terungkaplah bahwa ternyata Seli juga punya kekuatan, ternyata Miss Selena (Guru matematika) juga bukan berasal dari bumi, ternyata Raib adalah Putri Klan Bulan dan memiliki Buku Khidupan, dan ternyata Ali sudah membuat sebuah alat pendeteksi klan lain supaya mereka bisa bersembunyi. Sebenarnya aku heran sama alat buatan Ali itu. Kenapa tidak bikin dari jauh-jauh hari kalau memang dia bisa?

Maka mereka pun minggat ke klan Bulan demi menyelamatkan diri. Lantas, di mulailah petualangan sesungguhnya ....

Excuse me! Kenapa judul buku ini Bumi, tapi petualangannya malah di Bulan? Aku pikir kita akan menjelajahi rahasia-rahasia di Bumi sebelum pindah klan! Ya sudah ... kita ikuti saja alurnya. Kebetulan sekali, Trio Kwek-kwek kita mendarat di rumah seorang designer yang terkenal dan berpengaruh di klan Bulan (Ilo), kebetulan juga Ilo ini merupakan kerabat dari penjaga ruang rahasia perpustakaan (Av), kebetulan juga sedang ada penyerangan di Klan Bulan oleh pemberontak, kebetulan juga ... (ngos-ngosan) Intinya sih ... sekarang mau tidak mau, Trio Kwek-kwek kita (kebetulan) sudah terlibat dalam masalah antar klan.

BTW, aku sangat mengagumi penggambaran Klan Bulan. Canggih, futuristik, dan ajaib (meksipun berkali-kali Ali bilang tidak ada yang ajaib di dunia ini, adanya Sains. Okey, Bruh ... just let me enjoy this mejik!) Terutama konsep Dunia futuristik, tanpa merusak alam yang membuatku iri-dengki. Tahu sendiri kan, Bumi hancurnya sudah bagaimana? Di Klan Bulan, hewan dan tumbuhan mampu berevolusi ke titik maksimal karena tidak pernah terganggu oleh kehidupan manusia yang tinggal jauh di atas awan, segala aktifitas transportasi lewat lorong, dan memiliki kendaraan bebas polusi. Ini konsep yang keren sekali!

Sayangnya, kita tidak bisa berlama-lama mengaggumi Klan Bulan, karena Trio Kwek-kwek harus bersembunyi dari pemberontak ke rumah di pinggir pantai yang tidak ada bedanya dengan di Bumi (bruuh). Maka alur pun kembali lamban, menunjukkan kehidupan sehari-hari Trio Kwek-kwek dalam masa persembunyian. Mereka melatih kekuatan, belajar bahasa Klan Bulan, makan-makan, latihan lagi, makan-makan lagi. Sampai suatu hari Raib berubah menjadi brekele dan memutuskan untuk membuat keputusan sendiri tanpa perundingan orang-orang dewasa.

Tapi toh, kalau bukan karena sikap brekel Raib, kita tidak mungkin mendapatkan adegan bertarung epik di menit-menit akhir buku. Betul ... keseruan buku ini lanjut lagi cuma sekitar seratus halaman terakhir sebelum bersambung KENAPA SANGAT SEDIKIT! Sumpah ya ... separuh buku ini aku selesaikan dalam waktu seminggu lebih, lantaran aku terus merasa kelelahan dengan alurnya yang lambat. Sekalinya aku sampai di momen-momen seru, tidak ada beberapa jam bukunya sudah habis!

Untungnya, aku sudah punya empat buku! Jadi Anda gagal membuatku kesal ya, Pacc Tere!

C. Penokohan

Raib. Tokoh utama kita ini tipe netral. Dia baik, ramah, dan sangat menghormati orang tua. Kita juga tahu kalau dia tidak suka curang, dan penyanag binatang. Pokoknya Raib ini tipe anak baik idaman setiap orang tua. Namun, aku rada bingung saat adegan si Hitam “berkhianat” pada Raib. Aku pikir akan ada adegan Raib mengingatkan kenangan-kenangan mereka saat bersama, pokoknya dia melakukan apa pun demi menyadarkan Si Hitam. Nyatanya, Raib malah langsung membenci si kucing. Entahlah, aku mengharapkan adegan sedih pada momen itu yang sayangnya tidak ada.

Raib juga tipe yang selalu berpikir panjang kalau dilihat dari sikap dan keputusan yang diambilnya sepanjang buku. Namun, di akhir buku sikap itu seolah berubah 180 derajat. Raib jadi gegabah, keras kepala, dan membantah. Gimana ya ... aku tahu karena itu menyangkut Miss. Selena, tapi kalau melihat sifat awal Raib seharusnya itu tidak terjadi. Apa lagi dia tahu orang-orang di pihaknya merupakan petarung terhebat di Bulan. Eits, tapi harus kuingatkan lagi, tanpa sikap brekele Raib itu, kita mungkin tidak dapat adegan epic di 100 halaman terakhir.

Ali. Si genius biang kerok. Dia ini tipe tukang menyepelekan dan merendahkan orang, juga sering mengeluarkan kalimat-kalimat sarkas yang memang menyebalkan. Dia juga berperan sebagai ensiklopedia, sebab dia tahu segala hal, dan dia tidak keberatan menjelaskannya kepada kita semua dengan cara paling ngeselin di dunia. Cara Ali menjelaskan sesuatu itu seperti dia menganggap kita bodoh.

Di setiap penjelasannya, pasti tersirat kalimat seperti ini, “Yaelah, masa gitu doang kagak tau!” Meskipun menyebalkan, aku kagum dengan cara Pacc Tere menjabarkan tingkah laku Ali sepanjang cerita, bisa kubilang penokohan yang berhasil. Asal si Ali kagak dijadiin ‘orang nyebelin tapi semua orang suka karena dia ganteng’ aje! Jujur saja, aku benci saat penulis memaksa pembaca menyukai tokoh yang sepanjang buku kelakuannya menyebalkan

Meskipun ada satu hal yang ingin aku keluhkan dari Ali. Dia ini orang asli Klan Bumi, ‘kan? Terus kenapa dia bisa jadi transformer begitu? Apakah itu kekuatan asli klan Bumi yang dibilang paling brekele dari seluruh Klan? Yah, meskipun adegan itu membuat unsur ‘kebetulan’ buku ini menjadi sangat banyak, setidaknya Klan Bumi punya kekuatan dan tidak jadi anak bawang serta tempat ngungsi doang. Sekalipun kita bertanya kenapa Ali punya kekuatan, penjabaran yang diberikan pasti masalah “genetik alami”. (Sure, Champ!).

Seli. Kalau aku disuruh menjabarkan peran seli di antara Trio Kwek-kwek, maka aku akan bilang Seli itu ibarat peliharaannya Raib dan Ali. Dia jarang sekali berperan atau mengemukakan pendapat, karena dia pasti menyetujui apa yang Raib katakan bahkan jika dia tidak menyukainya. Maksudku, mereka memang sahabat, tapi tidak mungkin selalu harus satu pemikiran. Apa kalau Raib lompat ke rawa-rawa, Seli juga ikut? (Jangan-jangan iya!)

Tapi di sisi lain, Seli ini merupakan pribadi yang paling Wholesome, di antara mereka bertiga. Dia suka anak-anak, suka hal-hal lucu, suka mempertanyakan hal-hal bodoh. Buktinya, meskipun menjadi satu-satunya yang tidak bisa bahasa klan Bulan, Seli menjadi kakak kesayangan Ou (anak Ilo dan Vey) Nah, itu juga yang membuatku sebal dengan Seli. Kenapa kau tidak ikut tekun belajar bahasa klan Bulan supaya bisa ikut berkomunikasi, Darling?

Miss. Selena. Guru matematika Trio Kwek-kwek. Tegas dan galak menjadi ciri khasnya. Dia berperan sebagai penjaga Putri Bulan, dan salah satu anggota perkumpulan klan yang menolak kebangkitan Si Tanpa Mahkota. Setiap kali Miss. Selena muncul, aku selalu terbayang Miss. Bellum dari Powerpuff Girls. Mungkin karena sama-sama keriting.
Miss. Bellum di kartun Powerpuff Girl

Tamus. Our Main Villain. Kemunculannya di cermin Raib benar-benar membuatku merinding, tapi selebihnya dia tipikal musuh-musuh lain yang motifasinya ingin menguasai dunia. Oh, kalau Miss Selena mengingatkanku pada Miss Bellum. Si Tamus ini mengingatkanku pada musuh utama di Game Klonoa Door to Phentomile jaman dahulu. Ah!!! Aku jadi nostalgia!!!
Gambaran Tamus yang ada di kepalaku

Ilo, Vey, Ou. Keluarga kaya yang menampung Trio Kwek-kwek semasa petualangan. Aku suka mereka, ramah dan dermawan. Namun, setelah menonton film Parasite tahun 2019, aku jadi beranggapan kalau orang kaya baik, karena mereka kaya. Bagaimana kalau merkea tidak kaya? Apakah mereka akan tetap baik? (Ini gak ada hubungannya dengan review sama sekali euh!!!)

Oh, iya ... Ilo yang seorang designer juga menciptakan baju hitam canggih yang bisa meredam benturan, tidak bisa basah, menyerap keringat, bisa membersihkan badan, dan TIDAK PERLU DICUCI. Tunggu dulu ... apakah ini gunanya adegan mesin cuci sampe ujung benua dan samudera? Cuma buat memperkenalkan baju canggih yang tidak perlu dicuci??? Cape, deh!!!

Av. Kalau di Harry Potter dia tuh semodel Dumbledore kali ye. Tipikal kakek-kakek bijak yang banyak pengalaman dan jarang mengkhawatirkan sesuatu, karena sebenarnya mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan saat ada masalah. Akan tetapi, untuk beberapa alasan membiarkan orang-orang muda berusaha sendiri terlebih dahulu.

D. Dialog

Nah, segmen inilah banyak aku keluhkan dalam novel Bumi. Dialog dalam buku ini sangat kaku dan tidak terkesan natural. Terutama dialog di antara Trio Kwek-kwek kita. Maksudku ... mungkin karena mereka belum kenal terlalu lama, makanya interaksi mereka kadang sangat canggung. Masalahnya, mereka digadang-gadang menjadi “sahabat sejati”. Lhoo ... bagaimana mau jadi sahabat sejati kali ngobrol saja masih brekele.

Dialog yang paling berkesan untukku mungkin dialognya Ali yang selalu memberi penjelasan panjang-lebar. Biasanya Raib atau Seli bertanya sesuatu, kebingungan, atau malah ragu-ragu. Nah, kalian bersiaplah menerima dialog panjang Ali, karena di sini tidak akan ada obrolan yang menunjukkan bahwa Trio Kwek-kwek adalah kelompok yang kompak. Seringnya cuma Ali yang berperan atau memberi ide, sementara Raib dan Seli mengekor. Umm ... ini serius tokoh utamanya Raib?

Ditambah lagi, saat di Klan Bulan, hanya Raib yang bisa berkomunikasi dengan penududk klan, kemudian Ali our Gary Stu pun menyusul dengan hanya belajar semalaman (dan menyusahkan Raib). Bagaimana dengan Seli? Yah, seperti biasa dia akan jadi Anak Bawang sahaja. Tim hore untuk selalu mendukung Raib.

E. Gaya Bahasa

Novel ini mengambil sudut pandang orang pertama (Raib) dan bisa dibilang Raib menjalankan tugas sebagai narator cerita dengan baik. Meskipun, aku lebih suka kalau novel dengan World building kece gini mengambil sudut pandang orang ketiga. Selain bisa fokus menjelaskan dunia, tokoh utamanya juga tidak terkesan ‘plonga-plongo’.

Habis, sepanjang cerita Raib selalu menjelaskan setiap sudut dunia dengan detail. Itu hal yang sangat bagus. Namun, selagi Raib menjelaskan ini-itu, otakku secara otomatis menggambarkan bahwa dia lagi celingak-celinguk memperhatikan segala hal,d an kesannya jadi ‘plonga-plongo’. Ah, dahlah! Ini mah kesalahan di otakku aje! Adegan bertarungnya juga tergambarkan dengan sempurna, meskipun sangat sedikit lantaran alur yang lamban.

F. Penilaian

Cover : 4

Plot : 3

Penokohan : 3

Dialog : 2

Gaya Bahasa : 3,5

Total : 3,1 Bintang


G. Penutup

Awal yang menjanjikan untuk sebuah serial fantasi dan sci-fi. Satu hal yang beanr-benar menggangguku dari novel Bumi ini adalah interaksi antar tokoh yang seolah tidak memiliki kemistri. Entahlah, bagiku interaksi antar tokoh memang yang paling krusial dalam sebuah novel. Tapi sekali lagi, di sini Trio Kwek-kwek kita memang secara harfiah baru kenal, jadi mungkin seiring waktu interaksi ketiganya bisa lebih barokah.

Karena aku sudah punya empat seri sekaligus, maka marilah kita langsung menuju buku berikutnya yang berjudul Bulan, yang juga aku curigai malah mengambil latar di Matahari. Terus nanti buku Matahari mengambil latar tempat di Bintang, dan barang kali buku Bintang akan mengambil latar di kolong jembatan. Maksudku di Bumi.

Sampai jumpa di review selanjutnya ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Sky Academy