A Man Called Ove


Judul : A Man Called Ove

Penulis : Fredrik Backman

Penerbit : Penerbit Noura Books

ISBN : 978-602-385-023-5

Tebal : 337 Halaman

Rating Pribadi : 4,8 Stars

Blurb :


A grumpy yet loveable man finds his solitary world turned on its head when a boisterous young family moves in next door.

Meet Ove. He's a curmudgeon, the kind of man who points at people he dislikes as if they were burglars caught outside his bedroom window. He has staunch principles, strict routines, and a short fuse. People call him the bitter neighbor from hell, but must Ove be bitter just because he doesn't walk around with a smile plastered to his face all the time?

Behind the cranky exterior there is a story and a sadness. So when one November morning a chatty young couple with two chatty young daughters move in next door and accidentally flatten Ove's mailbox, it is the lead-in to a comical and heartwarming tale of unkempt cats, unexpected friendship, and the ancient art of backing up a U-Haul. All of which will change one cranky old man and a local residents' association to their very foundations.
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Tokoh Utama Kakek-kakek!?

Aku menemukan Ove (panggil saja begitu, karena judul bukunya kepanjangan) saat sedang berjalan-jalan di aplikasi Ipusnas. Pertama aku melihat judul dan sampulnya yang simple, dan aku merasakan ada kehangatan aneh yang merambat di hati. Oke ... mungkin ini agak alay, tapi aku tertarik dengan Ove. Sangat.

Bagaimana tidak? Di sampul ada ilustrasi kakek-kakek. Kartun Favorit-ku, Spongebob Squarepants, pernah bilang bahwa para manula adalah gudangnya kebijaksanaan. Mereka hidup lebih lama dari kita semua, pengalaman mereka tentu jauh lebih banyak, sarat pelajaran-pelajaran berharga. Lebih bagus lagi ... buku ini adalah buku terjemahan!

Aku tidak pernah dibuat kecewa oleh buku terjemahan, ya buku-buku itu diterjemahkan bukan tanpa alasan. Pati isinya sangat-sangat-sangat bagus. Dari semua aspek tersebut, aku dengan mantap menambahkan Ove ke dalam daftar baca, dan langsung membacanya duluan. Tidak peduli buku-buku lain yang lebih dulu masuk daftar baca, dan jamuran karena tidak pernah dibaca.

Ayolah, Pak Tua! Tunjukkan apa yang kau punya. Ketika penulis ekhem .... (Watpat) ... Indonesia berlomba-lomba membuat tokoh muda-belia, tampan/cantik, kaya, badboy/badgirl, playboy/playgirl. Buku ini malah menyajikan tokoh Kakek-kakek. Ini pasti istimewa. Oh ... Blurb berbahasa inggris karena aku malas mengetiknya versi terjemahan, jadi aku copas saja dari Goodreads H3H3 ....

B. Ngomongin Anu

Awal buku aku sudah dibuat senyam-senyum oleh tingkah Pak Tua Ove. Selayaknya kakek-kakek yang menyebalkan, dia membuat kesal semua orang, mengeluh tentang segala hal di dunia, seolah dirinya adalah orang paling menderita di muka bumi (Eyang-ku juga dulu begini sifatnya, jadi kangen.) Orang-orang malang yang harus berhadapan dengan Ove-pun tidak bisa berbuat apa-apa karena dia kakek-kakek. Dan semua orang tahu konsekuensinya jika kita meninggikan suara satu oktaf saja kepada Kakek-kakek galak.

Sepanjang bab-bab awal aku tidak behenti senyum-senyum. Dari mulai Ove membeli pengait, membeli tali, memeriksa atap rumah, beres-beres, interaksi dengan tetangga-tetangganya. Semua menyenangkan, Sampai aku ngeh apa yang akan dilakukan Pak Tua Ove dengan pengait dan tali itu. Sumpah, ya! Tadinya aku pikir dia mau bikin jemuran. Dan dia memang berencana bikin jemuran .... JEMURAN MANUSIA!!!

Dari situ aku mulai paham. Ove bukan sembarang kakek tua penggerutu. Dia kakek tua penggerutu yang kesepian, dan sudah lelah dengan hidup. Dari sini, aku mulai baca 10 kali lebih serius. Kenapa seorang Ove bisa membenci segala hal? Kenpa bdia menjadi begitu galak dan membosankan? Yang paling penting, kenapa dia berusaha mengakhiri semuanya? Kemudian mulailah diungkap sedikit demi sedikit bagaimana masa lalu seorang Ove.

Fredrik Backman tahu betul bagaimana menyusun buku ini agar pembaca tidak pernah memikirkan untuk tutup buku. Diselingi kejadian-kejadian masa kini, orang-orang baru dalam hidup Ove, dan segala dilemanya. Pembaca juga diajak ke masa lalu, masa-masa di mana Ove masih bocah, remaja, bahkan pemuda bisa. Bagaimana dia melalui kerasnya hidup, suka-duka mencintai seseorang, menemukan sahabat sejati. Hingga suatu hari semua hilang begitu saja.

Ketika dunia menjadi begitu semu untuk Ove, ketika dia sudah tidak tahan lagi. Secercah cahaya pun datang, tanpa di duga, cahaya itu datang dari segala hal yang paling Ove benci. Semakin jauh membaca buku ini, kita bisa mengerti kenapa Ove bisa menjadi Ove, kakek tua penggerutu. Dan alih-alih membenci, kita akan semakin menyayanginya. Segala hal menjadi rumit semenjak kau tidak ada. Ah, itu quotes yang sangat dalam.

Membaca buku Ove benar-benar penuh emosi. Kadang kita tertawa, kadang menangis, kadang terkejut, kadang termangu. Buku ini juga mengajarkanku banyak hal baru (karena aku harus sering-sering cek gugel). Ternyata buku ini dari seorang penulis asal Swedia, dari bahasa Swedia juga awalnya, sehingga rasanya benar-benar asing membaca buku ini. (beda banget ama budaya dan kebiasaannya, cin!)

Gaya bahasa yang disajikan pun benar-benar unik. Penuh kata-kata ganti yang cocok digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Aku bisa belajar banyak gaya penulisan keren dari buku ini. Jelas sekali, bahwa Fredrik Backman akan menjadi penulis kesukaanku yang baru. Aku akan terus membaca buku-bukunya yang lain.

Dan kalian tahu? A Man Called Ove sudah dijadikan Film!!! Ya ... filmnya kurang terkenal di Indonesia kayaknya, aku sarankan kalian baca bukunya sebelum menonton film, meskipun dua-duanya sangat bagus. Aku sudah nonton, btw, dan itu film terbaik. Aktornya the best sama persis seperti di buku, meskipun nggak sempurna. Tentu saja kan, pasti ada perbedaan antara buku dan Film.

C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan A Man Called Ove
  • Tokoh-tokoh yang likable.
  • Jalan cerita yang tersusun apik, membuatku ingin terus membuka halaman selanjutnya, tidak memikirkan mata pedes, bahkan punggung encok.
  • Berbagai adegan penuh emosional, peljaran hidup, serta segala hal yang bisa membuat perasaan menghangat.
  • Tokoh-tokoh yang unik dan konsisten, serta latar belakang mereka yang tak terduga.
  • Berbagai ilmu yang disajikan penulis tentang negaranya pada buku, benar-benar membuatku seolah berwisata ke Swedia. (padahal itu mustahil untuk karyawan bergaji dibawah rata-rata macam saya. Ups ....)
Kekurangan A Man Called Ove
  • Terkadang beberapa paragraf menjadi sangat bertele-tele karena penulis menggunakan banyak kalimat ganti untuk menjabarkan sesuatu.
  • Timeline yang tidak terlalu jelas. Aku pikir seiring berjalannya waktu, buku ini sudah melewati bertahun-tahun. Nyatanya tidak selama itu, dan entahlah, itu membuat kesan harunya sedikit berkurang.
  • Andaikan ada ilustrasi (ditampol)

D. Penutup

Setelah membaca Ove, aku tidak pernah melihat manula dengan cara yang sama lagi. Kini, setiap melihat kakek-kakek atau nenek-nenek, aku akan berpikir. Oh, dia pernah muda. Oh, dia pernah menjadi anak-anak. Dia pernah seusiaku. Suatu saat aku juga akan menjadi mereka. Bagaimana rasanya menyaksikan dunia semakin semu? Mungkin dia menyesali sesuatu yang tidak akan bisa diperbaiki, mungkin dia merindukan sesuatu yang tidak akan pernah kembali. Kalau sudah berpikir begitu, masih bisa-kah kita bersikap kasar pada mereka?

Kejadian-kejadian dapat mengubah hidup seseorang, begitu juga yang diajarkan buku ini kepada kita. Cara menyikapi kejadian-kejadian tersebut berandil besar di masa depan, terkadang kita mengambil tindakan bodoh, tapi toh semua orang pernah mengambil tindakan bodoh. Dan semua itu bukan untuk disesali, melainkan untuk dijadikan pengalaman. AAA!! Ove membuatku mengeluarkan kata-kata bagus!!!

Lucunya, aku merekomendasikan buku ini kepada banyak orang. Sebagian menyukainya, dan sebagian tidak. Mau tahu alasannya, kenapa mereka tidak suka?

"Yah, tokohnya kok kakek-kakek, gak bisa baper dong."

... ... ... ...

Itulah akibat membaca buku cuma buat halu alias mengkhayal. Tidak tahu mana buku bagus yang sesungguhnya. Emang baper cuma bisa sama cowok tamvan aja haaa???

Inti dari paragraf di atas adalah, kalian coba baca buku Ove, aku sangat merekomendasikannya. Dijamin nggak menyesal lahir batin. Untuk selanjutnya? Apakah karya Fredrik Backman lagi yang akan kubaca? TENTU SAJA!!! (Buka gugel lagi). Selanjutnya aku akan mereview. My Grandmother Ask Me To Tell You She's Story. Panjang, ya? Aku tahu T_T.

Sampai jumpa di review selanjutnya ^O^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Sky Academy