Bulan
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-3294-9
Tebal : 396 Halaman
Rating Pribadi : 2 Stars
Blurb :
Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh. Dia sama seperti remaja yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan lagu-lagu yang sama, pergi ke gerai fast food, menonton serial drama, film, dan hal-hal yang disukai remaja.
Tetapi ada sebuah rahasia kecil Seli yang tidak pernah diketahui siapa pun. Sesuatu yang dia simpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan dengan tangannya.
Namanya Seli. Dan tangannya bisa mengeluarkan petir.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-3294-9
Tebal : 396 Halaman
Rating Pribadi : 2 Stars
Blurb :
Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh. Dia sama seperti remaja yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan lagu-lagu yang sama, pergi ke gerai fast food, menonton serial drama, film, dan hal-hal yang disukai remaja.
Tetapi ada sebuah rahasia kecil Seli yang tidak pernah diketahui siapa pun. Sesuatu yang dia simpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan dengan tangannya.
Namanya Seli. Dan tangannya bisa mengeluarkan petir.
MENGANDUNG SPOILER!!!
A. Jalan-jalan ke Matahari (Cakep!)
Seperti yang kusebutkan di review sebelumnya. Aku membeli serial Bumi sebanyak 4 buku sekaligus, jadi selepas baca Bumi langsung saja baca Bulan. (tapi males review sampe ngaret berbulan-bulan). Cover masih seragam, dan itu adalah poin tambahan. Kali ini sampul berwarna biru, masuk akal juga mengingat itu memang melambangkan bulan. Tapi ....Kenapa bulan di sampul malah memiliki lingkaran yang menggambarkan matahari? Ditambah ada ilustrasi bunga matahari juga. Aku curiga, kalau buku Bumi malah mengambil latar di klan Bulan, berarti Bulan akan mengambil latar di klan Matahari ... dan Matahari akan mengambil latar di klan Bintang? Pusing? Jelas ... Bingung? Pasti. Terus nanti bintang mengambil latar di mana!?
Mengesampingkan semua pertanyaan acakadut tersebut, marilah kita beralih ke blurb. Kalau Blurb Bumi memperkenalkan tokoh Raib, di buku Bulan ini Blurb memperkenalkan tokoh Seli. Apakah sudut pandang buku juga berubah. Mungkin kali ini kita akan menjadi Seli yang penakut dan penuh keragu-raguan itu. Cukup menarik juga, kan?
Tanpa basa-basi lagi, langsung saja kita baca serial kedua dari Bumi, yaitu Bulan. (yang pasti berlatar di Matahari ... bodo amat!)
Kebetulan sekali, Ferguso! Klan Matahari sedang menrayakan festival bunga matahari. Festival rutin di mana para peserta dari berbagai kelompok memperebutkan bunga matahari yang mekar pertama. Tahu apa yang ada di kepalaku saat itu? Hunger Games! Benar, mereka harus bersaing dan saling serang demi mendapatkan bunga itu.
Dan!!! Nggak ada hujan, nggak ada angin, tiga jagoan kita diikutsertakan oleh para petinggi. Karena apa? Ya ... karena itu adalah sebuah kehormatan, dan sayang kalo di buang. Hellow ... ini pertandingan hidup dan mati, dan kalian setuju-setuju saja anak-anak dari Klan lain yang tidak paham apa-apa, yang bahkan belum bisa mengontrol kekuatan untuk ikut serta? Sungguh bijaksana!
Bla-bla-bla ... akhirnya tiga jagoan dan satu orang dari Klan Bulan bernama Ily ikut ke dalam festival (Kalau kalian tidak ingat, Ily pernah muncul sekilas di buku Bumi) Perjalanan mereka dipenuhi rintangan (tentu saja) tapi entah kenapa rasanya hambar melihat segala rintangan itu. Mungkin karena kebanyakan selalu diselesaikan oleh Raib. Dia paling banyak berperan di buku ini, meskipun Ily diangkat mejadi ketua, anehnya dia malah selalu meminta pendapat Raib.
Buku ini menunjukkan banget kalau Raib adalah tokoh utama dan 'pilihan', meskipun ini membutuhkan kerja tim, rasanya yang lain tidak begitu berperan, Ali berhenti menggurui kita semua, dia menjadi lebih pendiam dan banyak mengeluh (mungkin karena cemburu dengan adanya Ily), Seli malah lebih useless lagi. Kerjaannya cuma nangis, ketakutan, bertanya, meledek, ketawa. Memang ada adegan dia melontarkan petir segala macem, tapi itu semua kebanyakan perintah dari Raib.
Satu hal lagi yang masih membuatku tidak sreg sama buku ini. Bonding antar karakter! Padahal dengan adanya Ily yang digambarkan lebih tua dan lebih tampan, aku berharap sesuatu yang lebih. Entah adegan sweet, atau malah adegan lucu dari mereka. Nyatanya nggak ada. Oh ... memang ada beberapa, tapi itu sangaaaaat kaku. Seringnya Ily bertanya sama Raib, "Mau minum, Ra?" "Mau ini, Ra?" "Mau itu, Ra?".
Ya-ya-ya, memang Ily hanya bisa berkomunikasi dengan Raib dan Ali, karena Seli tidak bisa bahasa klan bulan, tapi kan bisa diantisipasi dengan sesuatu yang lebih ... entahlah ... masuk akal? Jangan dibuat seolah-olah cuma Raib yang butuh perhatian, yang butuh Love Interest sedangkan yang lain ppfftt...gak penting.
Saking minimnya bonding antara mereka, aku sampai tidak merasakan emosi apa pun di ending di mana seharusnya aku nangis bombay tersedu-sedu. Ya iyalah ... gimana mau nangis bombay kalo perkenalan kita dengan tokoh itu sedikit sekali? Nggak ada alasan kita untuk sedih atau terharu atau terkesan kalau kita nggak kenal orang itu kan?
Aku sebenarnya masih agak heran, kenapa klan lain selalu mempunyai teknologi dan alam yang lebih keren dari Bumi. Di seri ini, seolah bumi adalah Klan rendahan, bodoh, kuno, jelek. (ya memang sih tapi kan) Bukannya para klan terlahir bersama-sama? Kenapa klan Bumi harus jadi yang paling jelek sendiri diantara yang lain?
Menurutku pribadi, buku ini tidak teralalu buruk, andai saja interaksi antar tokohnya menarik. Jujur saja interaksi tokoh sangat penting buatku, karena mereka yang membuat kisah dalam buku hidup. Kalau para tokoh berinteraksi dengan kaku atau bahkan canggung, mereka seperti bukan sahabat sama sekali. Hanya orang-orang asing yang kebetulan berkumpul. Tidak ada kenangan di dalamnya, dan tidak ada yang mau memulai.
Kalau dibandingkan dengan Bumi, ya ... keduanya punya kelebihan dan kekurangan, aku tidak bisa membandingkan secara spesifik mana yang jadi favorit. Namun, aku pasti akan tetap membaca serial ini sampai selesai, tidak peduli akan seperti apa. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan masih banyak musuh yang harus dikalahkan. Serial Bumi, nanti kita bertemu lagi di Matahari alias klan Bintang (aku yakin pasti bakal mengambil latar di klan Bintang!).
Sekian review dariku, sampai jumpa lagi di Matahari! ^O^/
Mengesampingkan semua pertanyaan acakadut tersebut, marilah kita beralih ke blurb. Kalau Blurb Bumi memperkenalkan tokoh Raib, di buku Bulan ini Blurb memperkenalkan tokoh Seli. Apakah sudut pandang buku juga berubah. Mungkin kali ini kita akan menjadi Seli yang penakut dan penuh keragu-raguan itu. Cukup menarik juga, kan?
Tanpa basa-basi lagi, langsung saja kita baca serial kedua dari Bumi, yaitu Bulan. (yang pasti berlatar di Matahari ... bodo amat!)
B. Ngomongin Anu
Membaca halaman pertama kau langsung kecewa karena sudut pandang tetap pada Raib. Setelah pulang dari petualangan di klan Bulan, ketiga jagoan kita menjalankan hari-hari seperti biasa selama 6 bulan, sampai akhirnya Miss Selena menjemput mereka untuk diboyong ke klan Matahari karena bisa jadi Tamus memiliki antek-antek di sana (bener, kan, latarnya klan Matahari!!!) Berangkatlah mereka ke klan Matahari.Kebetulan sekali, Ferguso! Klan Matahari sedang menrayakan festival bunga matahari. Festival rutin di mana para peserta dari berbagai kelompok memperebutkan bunga matahari yang mekar pertama. Tahu apa yang ada di kepalaku saat itu? Hunger Games! Benar, mereka harus bersaing dan saling serang demi mendapatkan bunga itu.
Dan!!! Nggak ada hujan, nggak ada angin, tiga jagoan kita diikutsertakan oleh para petinggi. Karena apa? Ya ... karena itu adalah sebuah kehormatan, dan sayang kalo di buang. Hellow ... ini pertandingan hidup dan mati, dan kalian setuju-setuju saja anak-anak dari Klan lain yang tidak paham apa-apa, yang bahkan belum bisa mengontrol kekuatan untuk ikut serta? Sungguh bijaksana!
Bla-bla-bla ... akhirnya tiga jagoan dan satu orang dari Klan Bulan bernama Ily ikut ke dalam festival (Kalau kalian tidak ingat, Ily pernah muncul sekilas di buku Bumi) Perjalanan mereka dipenuhi rintangan (tentu saja) tapi entah kenapa rasanya hambar melihat segala rintangan itu. Mungkin karena kebanyakan selalu diselesaikan oleh Raib. Dia paling banyak berperan di buku ini, meskipun Ily diangkat mejadi ketua, anehnya dia malah selalu meminta pendapat Raib.
Buku ini menunjukkan banget kalau Raib adalah tokoh utama dan 'pilihan', meskipun ini membutuhkan kerja tim, rasanya yang lain tidak begitu berperan, Ali berhenti menggurui kita semua, dia menjadi lebih pendiam dan banyak mengeluh (mungkin karena cemburu dengan adanya Ily), Seli malah lebih useless lagi. Kerjaannya cuma nangis, ketakutan, bertanya, meledek, ketawa. Memang ada adegan dia melontarkan petir segala macem, tapi itu semua kebanyakan perintah dari Raib.
Satu hal lagi yang masih membuatku tidak sreg sama buku ini. Bonding antar karakter! Padahal dengan adanya Ily yang digambarkan lebih tua dan lebih tampan, aku berharap sesuatu yang lebih. Entah adegan sweet, atau malah adegan lucu dari mereka. Nyatanya nggak ada. Oh ... memang ada beberapa, tapi itu sangaaaaat kaku. Seringnya Ily bertanya sama Raib, "Mau minum, Ra?" "Mau ini, Ra?" "Mau itu, Ra?".
Ya-ya-ya, memang Ily hanya bisa berkomunikasi dengan Raib dan Ali, karena Seli tidak bisa bahasa klan bulan, tapi kan bisa diantisipasi dengan sesuatu yang lebih ... entahlah ... masuk akal? Jangan dibuat seolah-olah cuma Raib yang butuh perhatian, yang butuh Love Interest sedangkan yang lain ppfftt...gak penting.
Saking minimnya bonding antara mereka, aku sampai tidak merasakan emosi apa pun di ending di mana seharusnya aku nangis bombay tersedu-sedu. Ya iyalah ... gimana mau nangis bombay kalo perkenalan kita dengan tokoh itu sedikit sekali? Nggak ada alasan kita untuk sedih atau terharu atau terkesan kalau kita nggak kenal orang itu kan?
Aku sebenarnya masih agak heran, kenapa klan lain selalu mempunyai teknologi dan alam yang lebih keren dari Bumi. Di seri ini, seolah bumi adalah Klan rendahan, bodoh, kuno, jelek. (ya memang sih tapi kan) Bukannya para klan terlahir bersama-sama? Kenapa klan Bumi harus jadi yang paling jelek sendiri diantara yang lain?
C. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Bulan- Penggambaran dunia yang masih sangat menarik untuk dijelajahi.
- Rintangan-rintangan dalam perjalanan Raib Dkk yang unik dan menegangkan saat kejadian (meskipun penyelesaiannya ekhem ...)
- Pemilihan nama dari setiap klan unik dan memiliki ciri khas sendiri.
- Tidak ada bonding antar tokoh yang berkesan. Hanya terasa kaku dan canggung, bahkan tidak ada yang berusaha untuk saling akrab satu sama lain.
- Penyelesaian setiap rintangan selalu terkesan tiba-tiba, dan kebetulan.
- Penulis melimpahkan semua kebaikan kepada satu tokoh saja, membuatnya membosankan, dan membuat tokoh lain seolah tidak berguna. Padahal, yang mereka banggakan selama ini adalah kebersamaan.
- Kurangnya emosi di setiap interaksi antar tokoh, membuat pembaca tidak merasakan apa-apa jika sesuatu yang buruk terjadi.
- Beberapa teknologi yang tidak masuk akal, tapi berusaha dibuat masuk akal karena penulis ingin itu masuk akal (???).
- Kemiripan dengan beberapa buku terjemahan populer, membuat sedikit-banyak alur dalam kisah ini tertebak.
- Tidak ada ilustrasi!!!
D. Penutup
Banyak orang bilang, buku ini mirip Hunger Games, Harry Potter, bahkan Lord of the Ring, dan aku sendiri setuju dengan pendapat itu. Ketahuan sekali Tere Liye terpengaruh banyak oleh cerita-cerita di atas. Bukan kesalahan, kisah-kisah itu memang luar biasa, tapi membuat buku Bulan justru tidak memiliki identitas sendiri. Dan tentu saja, tidak mungkin bisa menyamai cerita originalnya. Mau tidak mau pasti kita membandingkannya juga.Menurutku pribadi, buku ini tidak teralalu buruk, andai saja interaksi antar tokohnya menarik. Jujur saja interaksi tokoh sangat penting buatku, karena mereka yang membuat kisah dalam buku hidup. Kalau para tokoh berinteraksi dengan kaku atau bahkan canggung, mereka seperti bukan sahabat sama sekali. Hanya orang-orang asing yang kebetulan berkumpul. Tidak ada kenangan di dalamnya, dan tidak ada yang mau memulai.
Kalau dibandingkan dengan Bumi, ya ... keduanya punya kelebihan dan kekurangan, aku tidak bisa membandingkan secara spesifik mana yang jadi favorit. Namun, aku pasti akan tetap membaca serial ini sampai selesai, tidak peduli akan seperti apa. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan masih banyak musuh yang harus dikalahkan. Serial Bumi, nanti kita bertemu lagi di Matahari alias klan Bintang (aku yakin pasti bakal mengambil latar di klan Bintang!).
Sekian review dariku, sampai jumpa lagi di Matahari! ^O^/
Comments
Post a Comment