Wendigz
Judul : Wendigz
Penulis : Rizky Fadillah
Penerbit : Loka Media
ISBN : 9786025509377
Tebal : 154 Halaman
Blurb :
Tahun 2020, di pegunungan penuh salju ditemukan mayat Wendigo—seekor makhluk misterius dalam legenda kuno Algonquain. Para ilmuwan membuat serum khusus dari mayat tersebut dan digunakan untuk keperluan medis. Dalam perkembangannya, terjadi kegagalan dengan proses penyatuan serum dengan DNA manusia, mengakibatkan lahirnya makhluk baru yang lebih buas dan tidak terkendali bernama Wendigz.
Sepuluh tahun berlalu, dunia berubah seiring teror Wendigz yang semakin menjadi-jadi. Seorang pemuda bernama Milo hidup sebatang kara di tengah kota yang telah ditinggalkan mayoritas penduduknya. Suatu hari dia bertemu gadis cilik bernama Alea yang diburu oleh Wendigz.
Milo dan Alea berjuang untuk bertahan hidup dari serangan Wendigz. Mereka menemukan perusahaan misterius yang diduga dalang di balik teror. Milo berupaya keras menyelamatkan Alea yang diculik oleh perusahaan Global Industries.
Penerbit : Loka Media
ISBN : 9786025509377
Tebal : 154 Halaman
Blurb :
Tahun 2020, di pegunungan penuh salju ditemukan mayat Wendigo—seekor makhluk misterius dalam legenda kuno Algonquain. Para ilmuwan membuat serum khusus dari mayat tersebut dan digunakan untuk keperluan medis. Dalam perkembangannya, terjadi kegagalan dengan proses penyatuan serum dengan DNA manusia, mengakibatkan lahirnya makhluk baru yang lebih buas dan tidak terkendali bernama Wendigz.
Sepuluh tahun berlalu, dunia berubah seiring teror Wendigz yang semakin menjadi-jadi. Seorang pemuda bernama Milo hidup sebatang kara di tengah kota yang telah ditinggalkan mayoritas penduduknya. Suatu hari dia bertemu gadis cilik bernama Alea yang diburu oleh Wendigz.
Milo dan Alea berjuang untuk bertahan hidup dari serangan Wendigz. Mereka menemukan perusahaan misterius yang diduga dalang di balik teror. Milo berupaya keras menyelamatkan Alea yang diculik oleh perusahaan Global Industries.
Akankah Milo berhasil menyelamatkan Alea dari cengkeraman jahat Global Industries?
MENGANDUNG SPOILER!!!
A. Koleksi yang Terlupakan
Aku sudah membaca novel ini mungkin sejak tiga tahun lalu, tapi saat itu aku belum buka warung review. Makanya sekarang adalah saat yang tepat untuk menghidupkan kembali blog jamuran ini. Kita mulai dari sampul Wendigz yang sederhana dan bernuansa kelam, menurutku ini menarik sekaligus tidak menarik karena tidak ada ilustrasi yang signifikan, alias ilustrasi tokoh (ditampol).
Beralih ke blurb yang cukup menjanjikan dan sepertinya bertema sci-fi karena menyangkut ilmuan, penelitian, serta serum-serum yang berpotensi mengubah dunia. Ini sangat menarik, tapi di sisi lain aku juga heran dengan betapa tipisnya buku ini. Maksudku, Sci-fi kebanyakan tebal sampai terlihat seperti batako. Apakah bisa penjabaran seru di blurb terealisasi hanya dengan 154 halaman? Mari langsung saja kita buktikan.
B. Plot
Awal novel kita langsung disuguhi adegan pembantaian brutal sebuah kota kecil oleh Wendigz, yang mana hasil mutasi dari makhluk mitologi bernama Wendigo. Hmm ... aku penasaran ke mana alphabet yang lainnya? (Oke cukup bercandanya). Lanjut ke 10 tahun setelah kemunculan Wendigz, seorang pemuda tangguh bernama Milo menyelamatkan anak perempuan berusia dua belas tahun bernama Alea dan memutuskan untuk mengajaknya ikut berpetualang, dan mereka pun menjadi sangat dekat (no romance!). Pada suatu hari mereka pergi ke Kota Benteng Mathrom untuk menemui Ted--teman Milo--lantas memicu kekacauan lainnya susul-menyusul.
Ted berkhianat dengan menjual Alea ke pengelana, serangan Wendigz yang tiba-tiba, pembantaian, pembunuhan, dan lebih banyak lagi pembantaian. Sampai semua hal terungkap di akhir cerita bahwa Wendigz semata-mata adalah buatan sebuah organisasi bernama Global Industries yang menginginkan sumber daya manusia terkuat untuk kepentingan perang. Eh, sebenarnya nggak ada penjelasan untuk perang di sini, cuma Wendigz dibuat untuk Pasukan Khusus, jadi asumsiku pasti untuk perang. Iya, 'kan?
Anyways ... kalian sadar betapa singkatnya aku menjelaskan seluruh cerita Wendigz? Itu karena betapa singkatnya juga aku membaca novel ini. Mungkin sekitar dua atau tiga jam buku ini sudah habis kutelan. Kisah dalam novel berjalan dengan cepat, bahkan terlalu cepat sampai aku bingung harus suka atau tidak. Seolah semua kejadian di novel ini hanya berlangsung selama satu hari. Kemunculan tokoh baru yang tiba-tiba, tapi mereka cepat juga perginya.
Penulis seolah tak memikirkan perasaan tokoh juga pembaca dengan main bunuh-bunuh aja semua tokoh di sini sebelum kita sempat mengenal mereka lebih jauh. Ah, meskipun aku tidak benar-benar membenci hal itu, toh semua kematian terjadi dengan alasan, dan alasan yang masuk akal. Plot di buku ini sangat bagus, sayangnya terlalu singkat dan padat, padahal masih banyak hal yang bisa digali lebih dalam dari kisah ini. Atau jangan-jangan novel ini malah jadi jelek kalau dipanjangin?
C. Penokohan
Kita mulai dari Milo. Pemuda delapan belas tahun yang pemberani, agak tempramen tapi juga penyayang. Kadang jadi terlihat lembek karena nggak tegaan. Dia ini tipikal protagonis klasik yang berkemampuan hebat, tapi juga punya kelemahan sepele dan kadang-kadang gagal, lantas mengeluh, tapi jadi berani dan kuat lagi berkat motivasi dari orang lain.
Alea di sisi lain anak yang cepat belajar, tipikal dua belas tahun yang penakut, cengeng, dan harus selalu dilindungi. Dia sebenarnya tidak terlalu berperan banyak dalam cerita, selain menjadi motivasi Milo untuk selalu semangat menjalani hidup.
Ted dan kroco-kroconya. Teman Milo yang sebenarnya baik, tapi mudah terpengaruh hal buruk, meskipun dia langsung sadar dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan. Dia menjual Alea ke pengelana, tapi di tempat lelang, langsung dibeli lagi. Hubungannya dnegan Milo pun berubah jadi Frienemies.
Lucy, seorang gadis seumuran Ted yang pemberani dan tahan banting. Di novel ini perannya cuma menjadi calon pacar Ted.
Dr. Richard si ilmuan yang menjadi salah satu dalam Global Industries, tapi sudah tobat dan diasingkan karena tobat.
Seperti yang kubilang tadi, tokoh-tokoh ini sudah menghilang dari muka bumi bahkan sebelum aku sempat mengenal baik mereka. Jadi di antara mereka tidak ada yang menjadi favoritku, maupun yang paling kubenci. Aku juga tidak begitu peduli dengan tokoh-tokoh lain.
D. Dialog
Dialog di sini sebenarnya tidak terlalu epik atau quotable, tapi cukup bisa dinikmati tanpa ada hal-hal yang bikin cringe....
Sebentar, mungkin ada. Salah satunya saat Milo menyebut Alea "Sexy". Ekhem ... aku rasa "umur dua belas tahun" dan "sexy" tidak cocok ada dalam satu kalimat. Selain itu, dialog tokoh lain juga tidak ada yang mempunyai ciri khas khusus. Dialog mereka semua hampir-hampir mirip, kecuali mungkin Milo yang tukan mengumpat, atau Alea yang menangis melulu.
E. Gaya Bahasa
Sejujurnya aku menikmati gaya bahasa novel ini. Mekipun dibawa ngebut, meskipun tergesa-gesa, meskipun brutal dan banyak pembunuhan, tapi toh aku tak henti membalik halaman sampai habis hanya dalam beberapa jam saja. Sebenarnya tata letak dan ukuran font juga memengaruhi. Keduanya dalam porsi pas di buku ini, thanks to the layouter
F. Penilaian
Plot : 3,5
Penokohan : 3
Dilaog : 3
Gaya Bahasa : 3,5
Total : 3,5 Bintang
G. Penutup
Satu lagi buku bagus yang terlalu terburu-buru. Padahal ini tadinya naskah Wattpad, dan biasanya buku wattpad selalu bertele-tele. Ini malah kebalikannya. Aku sudah mengecek akun Wattpad si penulis, mencari tahu barang kali ada sekuel dari buku ini, sepertinya nggak ada. Ternyata buku yang terlalu singkat, jelas, dan padat juga kurang memuaskan! Tapi bertele-tele pun aku tak suka! (dilempar panci).
Baiklah, sekian dulu review kali ini, sampai jumpa di review berikutnya ^o^/
Komentar dan Reaksiku Saat Membaca
- "Kalau kelemahan Wendigz perak, kenapa bisa menguasai dunia? Ya, ya, ya perak memang terkenal mahal, tapi semahal-mahalnya lebih mahal mana sama hidup manusia? Harusnya militer mengganti seluruh peluru dengan perak!"
- Mengacungkan jempol untuk adegan badass di prolog.
- Mangap dengan anggun di adegan terakhir bersama Alea.
- Menutup buku dan melihat jam, lalu tercengang dengan betapa cepatnya buku ini habis.
- Menggeleng takzim setiap kali penulis membunuh tokoh di bovelnya sendiri.
Comments
Post a Comment