Aerial
Penulis : Sitta Karina
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9789792243116
Tebal : 332 Halaman
Blurb :
"Aku sama sekali tidak mengenalmu."
"Kamu tahu siapa aku, Putri."
Sadira si Putri Matahari dan Hassya sang Pangeran Kegelapan merupakan musuh bebuyutan dari dua negeri yang saling bertolak belakang; yang satu menjadikan matahari sebagai sumber hidupnya, satu lagi akan terbakar apabila terpapar langsung oleh sinarnya. Awalnya Sadira berpikir klan Kegelapan adalah sekumpulan monster sampai tanpa sengaja ia diselamatkan oleh Hassya yang berkulit pucat, tampan, dingin, seenaknya sendiri, namun memiliki sorot mata yang jujur.
Menurut ramalan kuno, apabila mereka bersatu maka kedua bangsa tersebut akan menghadapi kehancuran. Namun Hassya bertekad akan melawan apa pun yang menghalangi mereka dan menjadi pelindung bagi Sadira.
Untuk mencegah kehancuran tersebut, Antya, adik Sadira, dan Linc, si kuda terbang putih, berusaha memanggil penolong dari dunia lain---Laskar dan Sashika, pelajar SMU Surya Ilmu---dunia yang hutannya tidak seindah di negeri mereka serta dipenuhi bangunan pencakar langit.
Dunia yang akan mendukung cinta Sadira dan Hassya sepenuhnya.
Sadira si Putri Matahari dan Hassya sang Pangeran Kegelapan merupakan musuh bebuyutan dari dua negeri yang saling bertolak belakang; yang satu menjadikan matahari sebagai sumber hidupnya, satu lagi akan terbakar apabila terpapar langsung oleh sinarnya. Awalnya Sadira berpikir klan Kegelapan adalah sekumpulan monster sampai tanpa sengaja ia diselamatkan oleh Hassya yang berkulit pucat, tampan, dingin, seenaknya sendiri, namun memiliki sorot mata yang jujur.
Menurut ramalan kuno, apabila mereka bersatu maka kedua bangsa tersebut akan menghadapi kehancuran. Namun Hassya bertekad akan melawan apa pun yang menghalangi mereka dan menjadi pelindung bagi Sadira.
Untuk mencegah kehancuran tersebut, Antya, adik Sadira, dan Linc, si kuda terbang putih, berusaha memanggil penolong dari dunia lain---Laskar dan Sashika, pelajar SMU Surya Ilmu---dunia yang hutannya tidak seindah di negeri mereka serta dipenuhi bangunan pencakar langit.
Dunia yang akan mendukung cinta Sadira dan Hassya sepenuhnya.
MENGANDUNG SPOILER!!!
A. Ngapain, sih?
Aku selalu percaya bahwa novel-novel dalam negeri menduduki masa jaya di sekitar tahun 2000-2010. Aku menyebutnya Golden Decade. Awalnya aku berpikir karena saat itu aku masih SMP-SMA jadi pengetahuanku tentang pernovelan masih memble, serta jiwa remajaku yang masih menggebu-gebu alias gampang baper macam anak-anak watpat sekarang lah. Akan tetapi, setelah aku membaca ulang semua buku-buku jadul yang dahulu pernah kubaca, aku sadar hampir semuanya JAUH LEBIH BAIK daripada buku-buku terbitan sekarang, terutama terbitan watpat. Ya ... memang kedengarannya bias, tapi itu kenyataan!
Entah itu genre Teenlit, Horor, Misteri, Fantasi, bahkan Komedi. Semuanya reletable dan memberikan amanat baik di akhir cerita entah secara tersirat maupun tersurat. Tidak ada orang terkaya di dunia, atau CEO, atau mafia menyamar kutu buku. Tidak ada pemaksaan kehendak, tidak ada romantisasi pelecehan, pokoknya ABG banget. Konflik yang disajikan pun berbobot, tapi tidak muluk-muluk. Ah ... kalau membahas perbedaan zaman dulu dan sekarang sih tidak bakal ada habisnya, dan membuatku terlihat seperti nenek-nenek.
Balik ke poin utama ... novel Aerial tertangkap mataku yang indah ini saat aku lagi baca-baca review di Goodreads, dalam rangka mencari referensi, juga bahan bacaan. Jika dilihat dari sampulnya sih, aku kurang tertarik, bukan terlalu seleraku. Namun, melihat genre fantasi dan terbitan zaman Golden Decade, aku pun terdorong juga untuk membacanya. Nah, karena sudah kepalang ada di Goodreads, aku pun mengintip sedikit review orang-orang yang ternyata 50:50 antara bintang satu dan bintang lima. Itu artinya banyak orang menyukai buku ini, tapi banyak juga yang tidak. Sebagai pembaca budiman aku juga mau ambil kubu dong h3h3 ....
Dengan niat itu, plus nostalgia, plus meneliti bagaimana perkembangan Fantasi di Indonesia selepas Golden Decade, keputusanku untuk membaca dan memberi review pun semakin menjajar-genjang. Sebelum memulai, aku mau sedikit membicarakan Blurb-nya yang cheezy, dan rada cringe ... Ah, tapi kita tidak bisa menilai isi buku dari Blurb-nya, bukan?. Jadi marilah kita lihat bagaimana review berfaedah Impy tentang Novel terbitan Golden Decade--Aerial!
B. Plot
Alkisah dua dunia yang terpisah. Satu terang, satu gelap. Satu baik, satu jahat. Satu diberkati dengan matahari, satu terkutuk dengan malam abadi. Di tengah-tengah dua dunia yang bertolak belakang, terdapat pulau apung misterius bernama Aerial, dan sepertinya Aerial ini termasuk ke dalam klan cahaya soalnya dia ada siang harinya juga. Sadira, putri cahaya, sedangkan Hasya pangeran kegelapan. Mereka seharusnya saling membenci, sampai tiba-tiba mereka malah saling suka (?)
Misi sang putri dan pangeran dari dua dunia adalah kawin ... maksudku, menyatukan kedua negeri yang sudah bermusuhan sejak nenek moyang. Tentu saja dengan perdamaian kedua negeri, mereka bisa segera kawin ... maksudku, bisa mewujudkan keadilan di negeri antah-berantah ini. Sayangnya ... ramalan lama mengatakan dunia akan kiamat jika cahaya dan kegelapan bersatu. Lantas bagaimanakah dua insan yang jatuh cinta ini mewujudkan kawin .... maksudku, kedamaian kedua negeri tanpa menyebabkan kiamat?
Sungguh kisah yang menarik dan rumit sekali, bukan? Dua kubu bermusuhan, eh kalau bersatu malah kiamat. Petualangan Sadira dan Hasya juga teman-teman mereka dalam memperjuangkan kedamaian dua negeri harusnya seru dan menantang. Namun sayang, ada BANYAK SEKALI plot hole serta kejanggalan dalam kisah yang seru dan rumit ini. Biar aku jabarkan beberapa kebingunganku selama membaca.
1. Ramalan Brekele
Putri Cahaya (Sadira) dan Pangeran Kegelapan (Hasya), tidak mungkin bisa bersatu karena dunia mereka bakal kiamat. Namun anehnya, Hasya cuma anak angkat raja, dia secara teknis bukan pangeran sungguhan. Ya ... dia memang diangkat anak oleh seorang Raja sehingga dapet status pangeran, tapi bukan dari garis keturunan, dia bukan darah 'murni'. Apakah itu masih berpengaruh ke kutukan? Toh si Hasya aslinya brojol sebagai rakyat jelata sahaja. Apa cuma aku yang menganggap ini kejanggalan?
Lagi pula nih ... apa alasan mereka maksa banget pengin menyatukan negeri, pengin bersatu, pengin hidup berdampingan, saat mereka tahu kalau semua itu akan menyebabkan kiamat? Apa lagi itu ramalan lama loh, ramalan yang semua orang percayai, dan harusnya sih pasti benar. Tapi pahlawan-pahlawan hebat kita ini seolah gak mau tahu. Mereka cuma mau bersatu karena mereka mau pacaran doang. Entahlah ... itu kedengaran egois banget, mendahului kepentingan pribadi daripada seluruh negeri.
"Pokoknya kita mau kawin, titik!!!"
"Tapi yang mulia, ramalan turun-temurun sejak nenek moyang bilang, nanti kalo kelean kawin dunia bakal kiamat!"
"Itu sih bukan urusan gueh!!!"
2. Matahari Buat Ape, Tong?
Dunia kegelapan keukeuh banget pengen dunianya disinari matahari, padahal mereka tahu kalau kena matahari mereka bakalan METONG!!! Kata orang-orang kegelapan sih, "Belum apa-apa Alam sudah tidak adil pada kita! Itu sebabnya kita harus merebut matahari yang juga milik kita!" Zeyenkku, cintaku, manisku Negeri Kegelapan... kelean MATI kalau kena matahari! Kulit kalian, bahkan organ dalam kalian akan kebakar, itu bukannya Alam enggak adil! Justru Alam baik hati sama negeri kalian, Alam pengertian sama kalian dengan enggak memberi matahari, karena Alam tahu kalian bakal MATI kalau kena matahari!
Dunia kegelapan keukeuh banget pengen dunianya disinari matahari, padahal mereka tahu kalau kena matahari mereka bakalan METONG!!! Kata orang-orang kegelapan sih, "Belum apa-apa Alam sudah tidak adil pada kita! Itu sebabnya kita harus merebut matahari yang juga milik kita!" Zeyenkku, cintaku, manisku Negeri Kegelapan... kelean MATI kalau kena matahari! Kulit kalian, bahkan organ dalam kalian akan kebakar, itu bukannya Alam enggak adil! Justru Alam baik hati sama negeri kalian, Alam pengertian sama kalian dengan enggak memberi matahari, karena Alam tahu kalian bakal MATI kalau kena matahari!
Si penulis pengen banget kita ikut nelangsa sama nasib klan kegelapan yang enggak pernah kena matahari, padahal ya secara logika mereka enggak perlu matahari! Selama ratusan tahun mereka baik-baik aja hidup tanpa matahari, sebaliknya mereka malah MATI kalau kena matahari. Enggak ada alasan kenapa mereka butuh matahari atau apa fungsi matahari bagi kehidupan mereka! Kecuali kalau disebutkan mereka memang membutuhkan matahari. Misalnya mereka harus membuat teknologi pengganti matahari, atau semacamnya. Lah, ini mereka kan enjoy-enjoy aja. Sebegitu ngiri-nya kah klan kegelapan sampai rela mati demi dapet matahari (tepok jidat)
3. World Building Memble
Penggambaran Negeri Cahaya dalam novel ini biasa aja kayak dunia kita yang semestinya. Ada siang dan malam, ada perubahan musim, tumbuhan dan binatang normal, juga segala tetek-bengek lainnya. Nah, seharusnya penulis menonjolkan daya tarik world building pada Negeri Kegelapan, entah tumbuhan yang berbeda, atau kenampakan alam yang unik, atau hewan-hewan terpengaruh dari absennya sinar matahari di negeri mereka selama ratusan tahun. Akan tetapi, penggambaran Negeri Kegelapan di sini ya cuma gelap ... udah ... kayak dunia biasa cuma gelap doang gitu h3h3 ....
Sepanjang kisah nih ye ... aku kadang lupa sedang ada di mana, apakah aku ada di negeri cahaya atau kegelapan akibat penggambaran keduanya sama aja. Segala halnya sama, baik tumbuhan, binatang, alam, bangunan, dan lain-lain. Cuma bedanya di kegelapan malem aja teros gitu lhoo ... satu-satunya pembeda yang signifikan cuma penghuninya. Negeri Cahaya kulitnya cokelat, karena selalu kena sinar matahari. Sedangkan Negeri Kegelapan putih pucet, karena enggak pernah kena matahari. Like, Bruh!!! Kreatif dikitlah!
4. Penghuni Klan Kegelapan Teh Apaan?
4. Penghuni Klan Kegelapan Teh Apaan?
Jadi gini ya ... Bagi Klan Cahaya, Klan Kegelapan adalah kaum bar-bar, monster, bengis, kejam, tak berperi kemanusiaan, literally suka makan orang. Namun, ternyata itu cuma mitos eaaaa. Karena Sadira sendiri melihat Hasya dan kakaknya Toireann adalah orang-orang baik, sama seperti klan cahaya juga. Eh, tapi beberapa saat kemudian klan kegelapan malah bertingkah demikian (bar-bar, bengis, kejam, tukang makan orang) Memang sih, buku ini bilang kalau yang suka makan orang itu cuma yang jahat dan haus kekuasaan, tapi kok hampir semuanya??? Berarti memang mayoritas jahat dong!!! Cuma Hasya dan Toireann aje yang enggak jahat!
Lagian lagi nih. Klan kegelapan katanya bisa mencium darah, tapi untuk beberapa alasan hal itu enggak punya kegunaan apa pun selain untuk Blurb ... "Bau darahmu familiar, Tuan Putri!" BAH!!! Omong kosong macam apa ini? Elu vampir bukan, dracula bukan, werewolf bukan. Lah terus gunanya bisa nyium darah teh apa? Cuma buat adegan-adegan mleyot sahaja?
5. Aerial teh apaan?
Aerial itu judul bukunya. Ya, aku juga tahu itu, tapi maksudku Aerial di dunia ini tuh gunanya buat apa sih? Kata Sadira dan seluruh Negeri Cahaya sih Aerial adalah pulau terkutuk, dan ternyata saat Sadira ke sana tidak ada apa pun, bahkan pemandangannya sangat indah. Begitu juga dengan Negeri Kegelapan, mereka bilang Aerial terlarang untuk didatangi karena ... bahaya kali Au, dah! Dan ternyata saat Hasya pergi ke sana bersama teman-temannya, ternyata tempat itu indah, bahkan jadi tempat main mereka secara diam-diam.
Nah di sinilah kebingungan di mulai ... Dikisahkan Aerial cuma bisa terbuka untuk orang-orang yang diperbolehkan. Sadira dan Hasya bisa ke sana pastinya, lalu siapa lagi? HAMPIR SEMUA TOKOH DALAM BUKU. Maksudku ... kalau mau bikin pulau mengapung yang misterius, dan cuma bisa menerima segelintir orang, ya jadikan peraturan itu konsisten! Lah, ini siapa aja bisa masuk dengan mudahnya. Cuma orang-orang yang enggak pernah ke Aerial yang bilang kalau pulau itu terkutuk.
Satu lagi ... semua tokoh utama di buku ini berkali-kali meyakinkan kita kalau Aerial tuh indah banget sampai seperti surga dunia. Eh, tapi kemudian ada satu tokoh yang bilang kalau Aerial ternyata seram banget ciin. "Kok bisa sih Putri dan Pangeran betah ketemuan di pulau seram begini?" katanya (Banting leptop--naik ke lantai tiga--terjun)
6. Back Story Amburadul
Kalian mungkin bertanya-tanya, kenapa sih bisa ada dua dunia begitu? Udah dari zaman Dewa, apa dari bumi masih berbentuk segumpal gas panas? Ya ... aku juga punya pertanyaan sama, dan buku ini pun menjelaskannya dengan baik. Alkisah pertempuran antara Bangsa Atlantis dan Bangsa Viking ratusan tahun lalu (aku lupa apa pemicu perangnya, tapi sepele banget pokoknya. Kayaknya tentang cinta juga) Pertempuran maha dahsyat tersebutlah yang menyebabkan bangsa Atlantis diberkati matahari, sementara bangsa Viking dikutuk dengan malam abadi.
Jelas sekali kan? Ya ... memang sangat to the point. Sampai tiba-tiba masing-masing pemimpin bangsa Viking dan Atlantis bicara, "Haruskah kita berperang seperti nenek-nenek moyang kita?"
.......
.......
.......
.......
Bukannya nenek moyangnya teh, kelean? (pengsan)
7. Tiba-tiba Begini, Tiba-tiba Begitu
Sadira jatuh dari Aerial? Tidak masalah, Hasya siap membantu! Apakah mereka akan saling membunuh, mengingat mereka berasal dari dua dunia yang saling membenci? Tidak dong, mereka langsung jatuh cinta kok, detik itu juga. Meskipun di awal-awal Hasya memproklamirkan kalo dia benci banget Klan Cahaya dan mengutuk mereka semua. Tapi apa boleh buat, kan? Cinca itu buta h3h3 ....(kill me)
Hasya dalam bahaya? Tidak masalah, karena ternyata tato Hasya terhubung dengan tato Jendral klan Cahaya yang ternyata juga ayah kandungnya, yang ternyata juga nikah sama orang kegelapan, yang ternyata juga punya tato bergambar sama dan bisa memberi tahu bagaimana cara menyelamatkan Hasya.
Hasya kena busur beracun? Tidak masalah, karena sahabatnya ternyata sempet menyelinap dan kasih penawarnya ke Sadira. Meskipun keadaan saat itu tidak memungkinkan, tapi mungkin dia pakai mantel tembus pandang, khan? Itu bisa saja, khan? Atau dia pake sepatu Emerald-nya Dorothy.
Aerial dalam bahaya? Tidak masalah, tiba-tiba portal ke dunia lain terbuka, dan penyelamat pun datang ... DARI JAKARTA!
***********
Barang kali itu saja yang bisa kutulis pasal kebingungan dan kejanggalan yang kualami dari novel ini, meskipun masih banyak juga yang lainnya. Seperti fashion yang enggak logis, beberapa adegan gak masuk akal, segala kejadian yang ujug-ujug, wah-wah-wah pokoknya bisa sepanjang jalan kenangan kalau semua keluhanku aku tulis di sini. Di sisi lain aku juga sudah geregetan mau membicarakan tokoh-tokohnya yang aduhai. Oh ya ampun ... haruskah kita membahas tokoh-tokohnya?
C. Penokohan
Hampir semua penggambaran tokoh di sini berbanding terbalik dengan penokohan mereka. Mari kita bahas satu per satu.
Sadira. Our not like other gorl Princess! Sadira itu tomboy dan pemberani, dia tuh enggak kayak cewek deh pokoknya, enggak suka hal-hal feminim, totally unique and different. Hey, jangan salah sangka dulu. Aku suka tokoh perempuan yang tomboy dan pemberani, tapi Sadira tuh keterlaluan, bahkan sampai menghina sesama perempuan. Bagi Sadira jadi perempuan itu payah, harus dandan, bertingkah kemayu, memikat laki-laki, pokoknya Iyuuh banget! Eh, tapi ujung-ujungnya malah dia yang bertingkah paling lemah pas perang. (Lompat ke rawa-rawa)
Hasya. Pangeran Kegelapan yang dingin, cuek, tidak berperasaan, tamvan, dan segala macam tipe "cool" lainnya. Tahookah kalian kalau aku mengira Hasya ini usianya 15 tahunan melihat betapa kekanakkannya dia, tapi ternyata usia Hasya itu 18. Umur memang bukan jaminan kedewasaan. Kalau Sadira tomboy dan gak suka jadi perempuan, si Hasya justru jantan dan macho banget. Dia bahkan menghina kakaknya yang lagi kasih makan burung. Bagi Hasya, kasih makan burung tuh kerjaan perempuan.
Namun, tingkah Hasya sepanjang buku alih-alih dingin, malah panasan dan gampang emosi. Kalimat yang keluar dari mulut dia, dan cara dia menanggapi sesuatu juga enggak mencerminkan sosok "dingin" atau "cool". Belum lagi tujuannya yang berubah secepat itu dari Pangeran Kegelapan yang Suka Perang, jadi Pangeran Kegelapan yang Cinta Damai karena naksir Cewek.
Toireann, Kakak tiri Hasya, keturunan asli raja kegelapan yang paling mendukung perdamaian dua dunia karena dia juga mau kawin sama orang cahaya. Berbanding terbalik dengan Hasya, kakaknya ini lebih tenang dan berkepala dingin. Tokoh ini mungkin menjadi favoritku, Best of the Worst, hanya saja prioritasnya kadang-kadang amburadul, dan juga bucin.
Antya, adik Sadira, usianya 10 tahun, tapi entah kenapa suka kepo banget sama urusan orang-orang dewasa. Dia ini seperti punya indera keenam, dan jadi yang diandalkan "ramalan" untuk menyelamatkan Aerial dengan membuka portal ke dunia lain, dan memanggil para "penyelamat"
Nena dan Isla, Intinya begini, Nena adalah Sadira versi kurang cantik, dan Isla adalah Sadira versi feminim dan pintar. Tugas mereka di buku ini adalah ikut mewujudkan perdamaian dua dunia, tapi Isla kebanyakan bucin sih, dan Nena malah jadi sad girl gegara adiknya yang dikira meninggal ternyata masih hidup
Teman-teman Hasya, aku males menulis mereka di sini karena peran mereka juga enggak terlalu penting. Well ... memang penting, tapi mudah sekali menjabarkannya. Satu si kocak, satu si pengkhianat, satu si pengabdi setia, satu si cewek yang suka ama Hasya.
Keir dan Raja Kegelapan, Aku menyatukan mereka berdua karena misi mereka sama. Pengen perang. Bedanya Keir ini antagonis utama kita, dia disebut-sebut sebagai "si penyihir" keukeuh mau matahari karena pengen aja. Suka makan orang cahaya juga supaya kuat katanya. Meskipun antagonis utama, kerjaannya duduk-duduk sama nyuruh-nyuruh doang.
Penyelamat dari Jakarta, Sejujurnya aku lupa nama mereka, sebegitu enggak pentingnya kehadiran mereka bagiku. Jadi, dua orang ini (cewek-cowok) adalah gambaran Hasya dan Sadira di dunia lain. Akan tetapi, seperti yang kita tahu Hasya dan Sadira itu saling mencintai, sementara orang-orang Jakarta ini saling membenci ..... ???? ..... Oh, tapi tenang saja. Mereka langsung jatuh cinta detik itu juga kok pas masuk Aerial. Meskipun di Jakarta mereka musuh bebuyutan. Tapi cinta itu penuh kejutan, kan? h3h3 ....
D. Dialog
Meskipun lebih menyukai dialog baku ala terjemahan, aku tidak masalah sama sekali dengan dialog-dialog santai KALAU genrenya benar. Entah karena ini buku terbitan 2009 atau memang akunya aja yang sensi. Banyak sekali bahasa gaul yang terselip di dialog buku ini. Belum lagi kadang tidak konsisten dalam pemakaian kata ganti. Kadang pakai aku-kamu, eh tiba-tiba berubah gue-elu, dalam satu dialog! Untuk dialog per tokoh pun tidak terlalu memiliki ciri khas. Barang kali cuma Hasya dan Sadira yang sama-sama suka menghina orang supaya diri mereka kelihatan bagus.
E. Gaya Bahasa
Seperti yang kusebutkan sebelumnya. Kepenulisan di novel ini tergolong santai, bahkan terlalu santai. Sebenarnya itu ciri khas novel tahun 2000-2010. Namun, aku tidak menyangka kalau si penulis juga menerapkan gaya bahasa itu di buku fantasi begini. Teganya dia membuat mataku perih, tubuhku merinding, serta perutku mual-mual menahan cringe dengan segala bahasa gaul yang si penulis pakai sepanjang kisah.
Dari mulai "muka pongo" sampai "anteng". Dari "adu jotos" sampai "separo". Semua itu membuatku menarik napas dalam-dalam dan tidak berniat mengembuskannya lagi selamanya. Gaya bahasa gaul tersebut semakin parah saat orang-orang Jakarta datang ke Aerial, yang bisa dipastikan mereka berasal dari Jakarta Selatan. (Bukan maksud menyinggung orang Jaksel, karena aku juga berasal dari situ. Tapi bahasa Jaksel memang ngeselin h3h3 ....)
Dari buku Aerial ini aku sadar, kalau gaya bahasa Golden Decade, tidak cocok sama sekali dengan genre fantasi, setidaknya begitulah menurutku. Aku tidak bisa menganggap buku fantasi ini dengan serius kalau tiba-tiba ada kalimat. "Langsung aja nih cewek lari ke belakang ...." Tolong ya ... tolong banget bagi penulis-penulis di luar sana! Jangan sok asik di buku fantasi apalagi fantasi yang mengambil latar di dunia lain, ditambah lagi bertema kerajaan, kalian menghancurkan imajinasiku ToT
Oh iya ... di buku ini ada semacam testimoni dari majalah yang mengatakan kalau buku ini penuh imajinasi hebat dan sangat "nyastra". Honey ... imajinasi hebat sih mungkin, tapi nyastra entahlah. Sepertinya buku ini justru kebalikan dari nyastra. Apa kalian benar-benar membaca bukunya sebelum memberi testimoni? Hey, majalah!
F. Penilaian
Plot : 1
Penokohan : 1,5
Dialog : 1,5
Gaya Bahasa : 1
Total : 1,5 Bintang
G. Penutup
Dari hasil review kalian bisa menebak aku ada di kubu mana. Buku ini sebenarnya punya ide menarik, tapi sayang beribu sayang eksekusinya yang amburadul. Seolah buku ini tidak melalui proses editing, nulis langsung terbit aja gitu. Dari mulai plot hole, tidak konsisten, typo, gaya bahasa, dialog. Semuanya tidak berkesan buatku. Sebaliknya, malah mengesalkan.
Kalau diperhatikan lagi sebenarnya wajar saja, dan bagus-bagus saja. Selain plot dan eksekusi amburadul. Gaya bahasa dan dialognya asyik, khas Golden Decade, kalau saja genrenya bukan fantasi aku suka gaya bahasa gaul begini. Sekali lagi, gaya bahasa Golden Decade mungkin tidak akan cocok diterapkan dalam genre fantasi, dan sepertinya mulai sekarang aku akan jauh-jauh dari buku fantasi di Golden Decade.
Teenlit tetap yang paling nomer satu di era emas tersebut. Untuk fantasi ... mungkin aku akan setia ke buku terjemahan saja. Sejauh ini belum menemukan fantasi lokal yang cocok dengan selera. Aku harus main lebih jauh lagi barang kali.
Nah, sekian dulu review yang lebih terlihat seperti keluhan ini. Sampai jumpa di review selanjutnya ^o^/
Komen-komenku Saat Membaca
"Tidak seperti Toireann, darah muda adiknya masih lebih bergolak dan nyaris tak terkendali."
(KALIAN CUMA BEDA DUA TAHUN! KALIAN SAMA-SAMA MUDA!)
".... Pakaian resmi Klan Cahaya yang memang menutupi hampir seluruh tubuh."
(Aku tahu ini fashion, tapi bukannya lebih masuk akal kalau pakaian resmi Klan Cahaya itu terbuka, alias khas musim panas gitu? Sebagai wujud syukur atas matahari? Entahlah ....)
"Hasya adalah politikus yang kacau, tukang buat onar. Bayangkan, nggak tanggung-tanggung Hasya berurusan dengan putri dari negeri musuh."
(Not THAT special, boo-boo ....)
(Apa yang lebih memble dari satu orang not like other gorls? TIGA ORANG NOT LIKE OTHER GORLS!)
"Mereka juga membutuhkan matahari, sama seperti bangsaku (kata Sadira dalam hati pas dia liat orang kegelapan lagi pesta)"
(NO THEY DON'T!!! THEY'LL DIE!!!)
Dulu sempet baca dikit bagian awal buku ini kayaknya keren. Tapi setelah baca review ini, aku nggak nyesel ga namatin bukunya. Syukurlah aku selamat dari ke cringe-an
ReplyDeleteAku saranin malah kamu baca. Seru juga tiap menemukan plot hole dan hal-hal membingungkan di setiap babnya 😂
DeleteTapi eh tetapi, penulis yang sama pernah juga menciptakan novek bagus. Judulnya Rumah Cokelat, aku review juga di sini. Kalau yang itu aku rekomen ke kamu ^^