To All the Book I've Read Before
Aku tidak tahu dari mana kalimat itu bersal, tapi rasanya masuk akal. Aku sendiri mulai membaca dari usia yang sangat dini sebelum akhirnya menjadi penulis. Berbagai jenis bacaan dari berbagai sumber akan kubaca. Jika ceritanya menarik aku lanjutkan, jika tidak ya berhenti, kecuali kalau memang tidak ada bahan bacaan lain sama sekali. Bahkan aku pernah membaca cerpen dari Majalah Misteri yang bisa dibilang cukup eksplisit kalau dipikir-pikir lagi sekarang (disirem aer pel).
Ya, dulu ada tanteku yang langganan majalah lucknuth itu, I wonder what is the purpose (͡° ͜Ê– ͡°)
Namun, kalau mau jujur aku lupa kapan tepatnya aku suka membaca buku. Kalau ada orang yang bertanya, "Apa buku pertama yang kamu baca?" Maka aku tidak akan bisa hanya menjawab satu buku. Sebaliknya, ada beberapa judul yang menari-nari di kepalaku, dan aku sendiri tidak yakin siapa yang duluan dan siapa yang belakangan. Maka aku buatlah postingan ini.
Postingan ini dedikasikan untuk buku-buku yang menemaniku di masa lalu. Buku-buku yang membuatku suka membaca, sampai akhirnya menjadi penulis
The Last Lajanger
Dulu sih cuma asal baca, dan karena masih piyik aku tidak terlalu mengerti bagaimana alurnya, tapi aku akan berusaha menceritakannya secara samar-samar. Kenapa? KARENA BUKUNYA HILANG! Aku sangat sayang novel ini, membacanya berulang-ulang, dan membawanya ke mana pun. Eh, tapi gara-gara di bawa ke mana-mana itulah novelnya malah ketinggalan di rumah saudara, terus hilang. Rasanya aku tidak akan pernah merasakan sedih yang sesedih saat itu. Core memory, kalo kata Inside Out mah!
Jadi, novel itu menceritakan tentang empat sahabat semasa SMA, mereka membuat genk yang bernama The Lajangers, alias orang-orang lajang. Semakin dewasa, mereka ingin menganggap serius genk tersebut. Mereka bahkan mendaftarkan genk tersebut ke pihak hukum, membuat persyaratan antar anggota, dan siapa pun yang melanggar akan terkena hukuman. Aku tidak yakin ini memang benar ada atau tidak di dunia nyata. Memang bisa mendaftarkan genk secara resmi? Seseorang tolong jelaskan!
Dalam perjanjian genk The Lajangers, setiap anggota harus mempunyai kriteria khusus dalam memilih pasangan. Salah satunya, mapan dan masih lajang juga. Bahkan bukan sekadar mapan, si calon harus berpenghasilan 500 juta per tahun (kalau tidak salah). Nah, di sinilah konflik bermula. Anggota The Lajangers terakhir (sebut saja Mawar) malah jatuh cinta sama duda beranak satu dan berpenghasilan tidak terlalu besar, atau tidak sesuai dengan perjanjian genk. Mawar pun sembunyi-sembuyi pacaran dari anggota Lajangers yang lain, sampai suatu hari dia berontak juga karena diatur-atur dalam memilih pasangan (Ya, kan salah elu juga, War!)
Di antara ketiga temannya, Mawar paling akrab dengan Melati (sebut saja begitu). Cuma Melati yang mengetahui hubungan Mawar dengan duda tersebut, dan cuma Melati yang sepemikiran kalau sebenarnya persyaratan Genk The Lajangers ini konyol, tidak rasional. Saat itu, Mawar dan Melati adalah tokoh favoritku, aku mau sekompak mereka dengan sahabatku! Selain Melati, ada satu tempat lagi bagi Mawar untuk mengadu, yaitu Diary-nya.
YAAASSSS CLASSIC DIARY! Gara-gara novel ini, aku harus bikin segmen Dear Diary, setiap bikin novel (tewas karena cringe!) Memang, bukan buku ini yang mempopulerkan Diary dalam novel, tapi saat itu aku meniru buku ini! Aku juga tidak mengatakan kalau novel yang ada segmen Dear Diary-nya jelek, hanya saja ... itu terlalu ... Cheezy(?)
Yah, begitulah ... The Last Lajanger mungkin bukan novel terbaik, tapi jelas penuh nostalgia. Entah apa yang kupikirkan saat bocil malah membaca novel 'dewasa'. Tapi, hey!!! Itu bukan salahku, salahkan juga teman SD-ku yang kasih ini!
Oh, mungkin itu juga alasan kenapa aku sangat menyayangi buku ini. Hadiah terbaik yang aku dapatkan saat itu, dan juga dari orang istimewa. This book will forever in my heart.
Thorbing Tonight
Anothe classics!!! Satu-satunya manga bersambung yang aku ikuti, meskipun tidak sampai tamat. Dahulu, aku hobi membaca komik, tapi bukan yang berseri. Aku lebih suka membaca komedi dan Slice of Life seperti Shinchan, Doraemon, Kobo-chan, Pink-ponk, dan banyak lagi. Nah, pengecualian untuk manga Thorbing Tonight yang terus aku ikuti sejak seri pertama. Komik ini tamat di seri 30-an kalau tidak salah, tapi aku cuma membaca sampai seri 19. Saat itu, aku tidak mampu membeli komik sebelum nabung berminggu-minggu (ihiks-ihiks).
Kenapa aku suka komik ini? Satu, penggambaran fisik karakternya yang semuanya aku suka, terutama Ranze. Ya, saking cintanya aku dengan fisik Ranze, aku membuat sendiri Ranze versiku yang bernama Lillian (i love you, darling!) Dua, novel ini bergenre fantasi, bertema kerajaan, dan sedikit-banya menyinggung kekeluargaan. Humornya juga lucu. Tiga, novel ini yang membuat masa-masa SD-ku penuh khayalan, dan juga membuatku bucin dengan karakter anime!
Thorbing Tonight berkisah tentang keluarga dari dunia iblis (keluarga Eto). Mereka pergi ke dunia manusia atas perintah Raja Iblis untuk mencari pangeran yang hilang. Keluarga Eto pun mau tidak mau harus berusaha hidup normal, yang sebenarnya mustahil karena Ayah dari keluarga itu adalah Vampir, Ibunya Werewolf, anak perempuannya (Ranze) Vampir yang bisa mengubah wujud, dan anak laki-lakinya (Rinze) ikut gen ibunya sebagai Werewolf. Sudut pandang akan fokus ke Ranze yang masuk ke sekolah normal, dan malah jatuh cinta setengah mati sampai nyaris bucin sama cowok keren bernama Makabe.
Sayangnya, sebagai warga Dunia Iblis, Ranze dilarang punya hubungan dengan manusia (klasik fantasi). Dan lagi, Ranze memiliki saingan berat bernama Yoko yang tidak tanggung-tanggung, anak seorang pemimpin Yakuza! Sebenarnya, aku sangat benci tipikal cerita cewek terlampau bucin bahkan dari dulu saat membaca komik ini. Aku benci setiap kali Ranze merendahkan dirinya demi mendapatkan perhatian Makabe, tapi yah ... saat itu (sampai sekarang sih) cerita begini tetap punya pasar besar.
Lagi pula, di balik kebencianku pada kebucinan Ranze, aku suka penokohan karakter lain pada komik ini. Terutama Yoko dan Shira. Terkadang juga ada adegan-adegan manis antara Ranze dan Makabe yang bikin aku terenyuh sampai akhirnya melunturkan semua kebencianku pada mereka. Yah, bisa dibilang hubunganku dengan komik ini Love-Hate, tapi aku tetap menyayanginya, dan dengan bangga mengatakan kalau ini komik terbaik.
Oh, kalian mungkin berpikir komik ini cuma bercerita tentang kebucinan cewek iblis yang suka sama cowok manusia, dari caraku menjelaskan plotnya. Tapi tidak, kok! Komik ini punya konflik banyak dan rumit, jadi tidak mungkin aku membahasnya semua kan, h3h3 ....
Buku Bahasa Indonesia dan IPS
Sebagai anak yang tidak terlahir dari keluarga Sultan, aku sangat sulit memiliki bahan bacaan. Menabung sangat lama demi satu buku, tapi kadang malah terpakai. Watpat belum lahir pula. Jadi, satu-satunya bahan bacaan gratisku masa-masa itu adalah buku Bahasa Indonesia dan IPS. Siapa bilang buku pelajaran bikin pusing! Di buku Bahasa Indonesia, banyak sekali cerpen-cerpen seru, sementara di buku IPS banyak kisah-kisah sejarah yang secara teknis tidak ada bedanya dengan cerpen.
Zaman sekolah dulu, kegiatan pertamaku setiap dapat buku paket atau LKS baru adalah membuka semua halaman, khususnya di buku Bahasa Indonesia dan IPS. Mencari cerita-cerita bagus yang bisa kugunakan untuk mengisi waktu luang. Aku menandai halaman-halaman yang ada ceritanya, dan jadilah bahan bacaan GRATISSS. Kegiatan ini bahkan membuatku dipuji-puji karena dianggap selalu belajar.
"Wah, Impy selalu bawa buku pelajaran ke mana-mana, pinter banget nih pasti di sekolah!" kata semua orang saat melihatku baca buku.
Mamake : *Membusungkan dada penuh rasa bangga*
Aku : Well yes, but actually no!
Kegiatan ini juga masih aku lakukan sampai sekarang. Setiap kali adik atau sepupu-sepupuku punya buku pelajaran baru, aku yang pertama kali membukanya. Tapi karena sekarang aku sudah dewasaahh, akhirnya cerpen-cerpen buku pelajaran jadi terasa brekele.
Enid Blyton : Lima Sekawan
Meski gemar membaca novel "dewasa" di masa kanak-kanak, aku juga penikmat buku-buku Middle Grade sesuai usia. Terlebih lagi Lima Sekawan-nya Buk Blyton. Total ada 21 seri Lima Sekawan, tapi aku hanya membaca sekitar sepuluh lebih. Beberapa buku aku koleksi, sementara yang lainnya pinjam ke perpustakaan sekolah. Kalau tidak salah, aku mulai membaca seri Lima Sekawan saat awal SMP, kagak tau dah masih kehitung Middle Grade ape kagak! Anggap aja kehitung h3h3 ....
Lima sekawan berkisah tentang Lima Sekawan (Duh!!!) Ada Julian, Dick, George, Anne, dan seekor anjing bernama Tim. Kalian tahu betul sekelompok anak-anak yang memiliki berbagai sikap dan kepribadian adalah salah satu soft spot-ku, jadi tentu saja aku akan menyukai kelima anak ini dan segala tingkah-laku, atau bisa dibilang 'petualangan' mereka.
Ada Julian si bijak dan rasional karena dia paling tua, sering ditunjuk sebagai pemimpin, dan kadang juga bertingkah 'terlalu' seperti pemimpin yang banyak mengatur. Dick, The Clown, tipikal anak laki-laki kedua yang cerdik dan biang kerok, selalu membantah, tapi bisa juga diandalkan. Kemudian ada George alias Georgina, sepupu dari Julian, Dick, dan Anne. Dia itu tomboy, bahkan tidak suka nama aslinya, dan lebih memilih dipanggil dengan sebutan yang lebih macho. Tipikal not like other gorls, tapi karena dia lucu dan polos makanya aku maafkan dia. Sikap George juga panasan, iri-dengki, serta gegabah.
Terus ada Anne, tipikal anak bungsu yang cengeng dan penakut, tapi rendah hati dan berkepala dingin. Kadang Anne begitu keras kepala dan suka ngomong nyablak, tapi tidak pernah ada yang bisa marah padanya, karena dia pandai mengambil hati orang. Terakhir tentu saja maskot kebanggaan kita, Tim si anjing peliharaan George. Dia setia dan pemberani, juga lucu persis majikannya. Setiap kali keempat manusia bertengkar atau berselisih pendapat, pasti Tim yang menyatukan mereka kembali. Memang sekuat itulah pesona Tim!
Petualangan Lima Sekawan ini selalu melibatkan teka-teki yang tidak muluk-muluk, genre buku ini sendiri bisa masuk misteri. Kalau dibaca lagi sekarang, aku merasa petualangan mereka tidak masuk akal. Tokoh-tokoh jahat yang sengaja dibuat bodoh, supaya anak-anak terlihat pintar, betapa mudahnya mereka keluar dari maslah yang seharusnya orang dewasa saja tidak bisa, juga tentang usia mereka yang tidak nambah-nambah padahal mereka selalu berpetualang setiap libur tahunan! Aku berasa nonton Upin-Ipin dibuatnya.
Tapi toh, buku ini memang dikhususkan untuk anak-anak, dan boleh dibilang sangat berhasil. Mengajarkan tentang kekompakkan, kekeluargaan, persahabatan, kecerdikan, serta amanat-amanat yang mudah ditangkap anak-anak seperti; Jangan keluyuran malam, nanti ketemu hantu. Jangan bicara sama orang asing, nanti diculik. Jangan mengejek orang, nanti kena azab.
Meskipun ... ada satu hal yang membuat buku ini sedikit ekplisit untuk kalangan adik-adik Middle Grade. Beberapa kali novel ini menggunakan kata-kata vulgar seperti t*l*l, g*bl*ok, s*alan, dan beberapa kata aduhia lainnya. Mungkin karena ini terbitan jadul (aku baca versi 1980), dan harus kuakui, orang-orang zaman dulu itu lebih savage dalam urusan merangkai kata daripada orang zaman sekarang yang lembek-lembek (ditampol). Terbitan baru pasti bahasanya lebih family friendly.
Kesimpulannya sih, I love this book, and forever will.
Majalah Misteri dan Hidayah
This image always make me LMFAO |
Prinsipku saat SD dulu adalah, Jika itu cerita dan mempunyai ilustrasi, maka aku akan membacanya. Nah, kedua hal itu ada di dalam Majalah Misteri dan Hidayah. Aku ingat betul sering membaca-baca buku Hidayah milik tante, dan meringis cringe saat melihat ilustrasi-ilustrasi yang bisa dibilang rada ganggu. But ... i love disturbing things, jadi meskipun gambar-gambar pada buku ini rada ganggu untuk anak-anak sesiaku, aku tetap membacanya.
Aku ingin tahu, bagaimana orang di dalam gambar berakhir mengenaskan seperti dalam gambar tersebut. Kaki membusuk, perut membuncit, dari mulut keluar cairan pelangi, jenasah kecebur sungai, jenazah berubah jadi wolverine (yang ini parodi sih h3h3 ...). Kisah-kisahnya sendiri boleh dibilang seru, karena itu kisah nyata, dan segala hal berlabel 'kisah nyata' selalu bagus di mataku saat itu (not now, tho). Seringnya orang-orang dalam gambar menjadi seperti itu karena efek zolim (tipikal Hidayah)
Begitu juga dengan majalah Misteri, bedanya gambar-gambar di majalah misteri lebih menjurus ke seram daripada ganggu. Jadi setiap kali mau membaca ceritanya, aku harus menutup ilustrasinya dengan tangan, atau pura-pura gak liat kalau gambarnya besar. Foto siluman danau yang masih terngiang-ngiang sampai sekarang. Dam you, Siluman Danau!!!
Pada buku hidayah, aku paling suka segmen cerita utama dan Kisah Nyata. Sedangkan di majalah Misteri aku hanya membaca cerita-cerita yang menurutku seru, karena beberapa ceritanya bisa sangat "dewasa" yang benar-benar dewasa kali ini ... dan mungkin karena tidak terlalu paham istilah-istilah mama-papa, sering kali cerita model begitu aku lewatkan. Kalau dipikir-pikir lagi sekarang ... I am full of sin, arn't I!!!
Jadi ... buku apa yang paling berkesan untuk kalian?
Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya ^o^/
Honorable Mention
- Majalah Bobo
- Buku-buku dongeng
- Kisah 25 Nabi
- Komik Petruk-Gareng yang harganya seribuan di abang-abang mainan
- Buku teka-teki dan SMS kocak (yang menjadikanku ratu tebakan pas SD)
- Kisah 1001 Malam
Comments
Post a Comment