Topeng Emas (Legenda Ksatria Cahaya #3)


Judul : Topeng Emas (Legenda Ksatria Cahaya #3)

Penulis : Andry Chang

Penerbit : Refferty Publisher

ISBN : 9786026588296

Tebal : 258 Halaman

Blurb :


Prahara belum usai. Teror baru telah dimulai.
Orang-orang tak bersalah dibunuh dengan keji.
Bahkan pemimpin tertinggi Agama Vadispun
tak luput dari aksi pembunuhan berantai itu.

Masalahnya, segala petunjuk yang ada mengarah
pada seorang pahlawan bernama Robert Chandler.
Benarkah Robert adalah si pelaku teror itu, sekaligus
adalah pewaris sejati Penguasa Mutlak Kegelapan?

Kejarlah, Ksatria Cahaya! Temukan kebenaran sejati.
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Third Time the Charm!

Selamat datang kembali Pembaca Budiman di mana pun kalian berada!

Ekhem ... setelah Matahari Biru, aku pikir akan berhenti membaca seri Ksatria Cahaya dari Everna Saga karya Andry Chang, lantaran tema RPG yang diusung sangat tidak cocok dengan seleraku sehingga beberapa kritik terlihat terlalu subjektif. Namun, berbulan-bulan berlalu, entah kenapa ada rasa kangen yang membuncah dari hatiku pada tim BuBaDiBaKo. Aku rindu Rob yang Gary Stu, Chris yang Bodo dan agak Gary Stu, Carol si anak bawang, juga Pacc Paolo, serta Iris si Elf yang sampoerna.

Didorong kerinduan tiada tara, akhirnya aku membaca ulang dua review Ksatria Cahaya yang pernah kubuat (Elang Merah dan Matahari Biru). Demi mengingat bagaimana alur sebelumnya, apa saja keluhanku, hal-hal yang aku suka, dan apakah di Topeng Emas ini akan ada perubahan, atau malah sama saja (Baca : Robert). Maka aku memutuskan untuk melanjutkan Seri Bertuah ini dengan lapang dada juga tanpa paksaan.

Untuk cover, hmmm ... masalah utamaku pada cover seri ini masih pada pemilihan latar belakangnya. Meskipun sesuai dengan judul yang diusung (dalam kasus ini emas), rasanya tidak menyatu dengan komponen lain seperti ilustrasi dan font-nya. Tapi eh tetapi, aku suka cover ini secara spesifik, karena apa?

ADA ILUSTRASI CAROL! Finally my girl get the attention she deserved!

Walaupun aku tidak menyangka Carol benar-benar berwarna pink dari ujung kepala sampai ujung kaki begitu. Ya, dia memang digambarkan berambut pink, tapi aku pikir tidak akan sebanyak itu sampai menjadi aesthetic-nya. Well ... itulah visual yang diinginkan Bapacc Penulis untuk Carol, aku hanya bisa menurut.

B. Plot

Aku baru menyadari satu hal ketika membaca awal novel ini, Seri Ksatria Cahaya tidak memiliki satu tujuan konkret dari setiap novelnya. Eits, sebenarnya memang ada. Konflik utama seri ini adalah mencegah Kegelapan (Vordac) menguasai dunia Everna. Barang kali mirip-mirip LotR, dan percayalah seri Ksatria Cahaya memiliki banyak kemiripan dengan seri tersebut. Bukan berarti itu hal buruk, toh LotR memang sumber barokah untuk referensi novel genre epik fantasi.

Akan tetapih, tidak seperti LotR yang di setiap novelnya lebih fokus ke memperkenalkan World Building, di sisi lain tetap fokus ke tujuan utama. Seri Ksatria Cahaya punya konflik sendiri di setiap novelnya, lebih seperti seri Harry Potter. Kemudian di masing-maisng novel, konflik kecil selesai tapi akan menjalin benang merah pada penyelesaian konflik utama.

Jadi seri ini semacam campuran dari eksekusi HarPot dan LotR. Aku tidak yakin itu hal baik atau bukan, tapi yang jelas eksekusi seperti itu membuat Seri Ksatria Cahaya nyangkut di tengah-tengah anatara fantasi epik dan fantasi biasa. Terlalu terburu-buru untuk menjadi epik, tapi juga terlalu berat untuk jadi fantasi biasa. Kalian paham maksudku?

Baiqlah, kita bahas plotnya yang mengambil latar beberapa lama (lupak kan gua berapa lamanya!) setelah Misi Kuil Suci Enia di buku ke-2. Sekarang Tim BuBadiBaKo kita kembali mencari nafkah serabutan, kali ini misi mereka adalah mencari kodok uthul. Sampai tiba-tiba, gak ada ujan, gak ada angin, gak ada tornado, gak ada kiamat, Robert ditelepati oleh naga zaman baheula bernama Algaban yang memintanya melindungi Golok Grimlock.

Kenapa Algaban meminta Robert menjaga Senjata Ebles yang berkekuatan dahsyat, dan pastinya sangat sulit dikendalikan sehingga cuma orang-orang super hebat yang bisa menjaganya? Tentu saja karena Robert adalah GARY STU! Maksudku ... karena Robert adalah kesatria yang hebat, kepopulerannya bahkan sampai ke telinga Naga Algaban, ayolah!!!

Robert awalnya menolak, karena ragu apakah suara telepati di kepalanya beneran milik Algaban atau cuma prank call. Algaban pun memuji betapa mengaggumkannya sifat Robert yang tidak mudah percaya pada orang, dan sangat cocok untuk menjadi pahlawan kita semua (muter bola mata). Kemudian si naga menunjukkan bahwa dia naga asli dua kelinci, dan bukan kaleng-kaleng.

Percayalah, banyak sekali kalimat pujian semacam itu untuk Robert sepanjang novel, tidak peduli dalam narasi atau dialog. Seolah penulis ingin memperjelas pada kita para pembaca bahwa Robert adalah tokoh kesayangannya, maka dia harus sering disebut hebat dan aduhai. WE'VE HAD ENOUGH! Dia udah cukup menjadi Gary Stu sepanjang cerita, dan sekarang ditambah penulis menyisipkan pujian-pujian tentang betapa perfektonya dia? Lempar aku ke rawa-rawa sekarang juga!

Anyways! Robert dan kawan-kawan pun menerima misi tersebut, dan bersiap-siap melakukan perjalanan jauh ke Gunung Hvalgarr. Apakah perjalanan tersebut akan sulit? Penuh rintangan? Dihadang monster dan musuh dulu barang kali? Tidak ada yang tahu, lantaran mereka sudah sampai di gunung itu secara harfiah DI HALAMAN SELANJUTNYA! (pijet pelipis)

Inilah yang tadi kusebut alur terburu-buru. Memang narasi awal menyebutkan kalau mereka menempuh perjalanan selama seminggu untuk mencapai gunung Hvalgarr, tapi itulah masalahnya! Apakah selama seminggu itu perjalanan mereka anteng aja? Masa iya tidak ada rintangan sama sekali padahal Robert teh katanya dicari-cari dan terkenal seantero jagat raya. Ah, sudahlah!

Untungnya ya Gusti, pertempuran mereka di gua Naga Algaban sangat seru, dan bisa dibilang adegan paling seru dari seluruh seri Ksatria Cahaya yang kubaca sejauh ini. Semua tokoh ikut andil dalam pertarungan dengan kemampuan masing-masing, musuhnya cukup mengintimidasi, dan Robert ketimpa sial huahahaha! Baiklah, untuk kali ini aku kayaknya benar-benar sensi sama Robert.

Memang seluruh dialognya masih bergaya RPG, seolah aku sedang menonton kartun Power Ranger setiap kali si pahlawan dan musuh berbincang-bincang sambil minum teh sebelum bertarung. Kita tidak akan membahas itu lebih jauh, karena memang seperti itulah novel bergaya RPG. Aku juga senang, saat mengetahui Carolyn merupakan satu-satunya tokoh yang masih sadar ketika teman-temannya dijampi-jampi sama si penyihir jahat Zalvyra.

Oh, Neptunus tahu betapa aku berharap Pacc Penulis akhirnya memberikan sesuatu yang nendank pada Carolyn. Maksudku, Carol penyihir, Zalvyra juga penyihir. Meskipun kekuatan mereka tidak seimbang, tapi mereka sama-sama golongan penyihir, yekan? Aku sangat-sangat-sangat berharap kalau kali ini Carol yang akan menyelamatkan teman-temannya, dan untuk pertama kali menjadi pahlawan. Entah bagaimana caranya, dengan kecerdikan dan kecerdasa barangkali? Bisa juga keberuntungan? Bukan tugasku menentukan itu.

Tapi eh tetapi ... Pacc Penulis ternyata belum rela kalau Robert tidak menjadi pahlawan nan sempurna di novel ini. Yap, benar sekali! Pada akhirnya tetep aje Robert si Gary Stu yang menyelamatkan mereka semua, bahkan menjadi pewaris Golok Grimlock yang maha dahsyat, karena si Golok punya daya tarik, alias naksir gituh sama Rob.

(Tarik napas ... Buang .... ) Aku angkat tangan. Iye, deh, Robert emang yang paling mantep dah. Ho-oh, tokoh lain mah cuma remahan rengginang!

Singkat cerita, Carol terluka parah dan cuma bisa diobati di kota Valanis. Ekhem ... seperti Frodo yang tertusuk pedang ghoib dan cuma bisa disembuhkan di Rivendelle. Sayang beribu sayang, Robert gak bisa ikut, kerana dia harus melatih kemampuan Golok Grimlock agar tidak dikuasai oleh kekuatan jahat di dalamnya, bersama Algaban sebagai guru. Maka terjadilah adegan ihiks-ihiks di mana mereka harus berpisah mungkin dalam waktu yang lama.

Tapi tenang, literally di bab selanjutnya mereka udah ketemu lagi (Bruuh!) Where is the emoiton and the state of urgency at this point, Darling? Pembaca belum sempat merasakan emosi apa pun dalam satu kejadian, eh kejadian lain udah nongol! Seperti itulah eksekusi plot sepanjang novel ini. Banyak sekali konflik sehingga novel ini terlalu padat, tanpa memikirkan emosi pembaca maupun tokoh-tokoh di dalamnya.

Bayangkan, novel ini cuma setebal 250-an halaman, tapi kita punya setidaknya lima sampai enam konflik yang bertumpuk-tumpuk dan sekali habis tanpa benar-benar menimbulkan kesan. Dan semuanya cuma terfokus ame si Robert! Segala Robert ketemu naga, Robert jadi pewaris Golok, Robert ditaksir Pendeta, Robert diculik bandit, Robert jadi buronan, Robert punya sahabat baru, Robert jadi bajak laut, Robert jadi tersangka pembunuhan, Robert balik ke kampung halaman.

Jadi Robert teh sebenernye Kesatria ape berbi? Kok semua peran dia embad sekaligus gitu!

Novel ini pun diakhiri dengan adegan sidang untuk membuktikan bahwa Robert tidak bersalah. Dan sudah jelas tentunya kalau Robert dinyatakan tidak bersalah. Dia kan PAHLAWAN. Ya, Gusti aku harus berhenti sensi ke Robert, tolong hilangkan segala kebencian di dalam hatiku ini ToT

Nah, mari kita rekap keseluruhan plot novel Topeng Emas :

(-) Robert masih tetap Gary Stu, bahkan diperparah karena penulis tidak bisa berhenti memujinya dalam narasi maupun dialog.

(+) Beberapa adegan bertarung seru, penggambaran makhluk-makhluk jelas dan bisa ikut dibayangkan pembaca. Aku pribadi paling suka cara Pacc Penulis menggambarkan Harpies.

(-) Konflik sangat buanyak, dan eksekusi yang juga terburu-buru. Ayolah, bahkan LotR butuh tiga buku untuk menyelesaikan satu konflik utama!

Oh, aku ingin membahas satu hal lagi secara spesifik dari novel ini. Yap, masih di sekitaran penokohan Robert yang brekele. Aku mungkin juga menyalahkan ini pada Pacc Penulis sekarang, karena memang belio-lah yang menciptakan Robert berserta segala sifatnya yang brekele. Protagonis lalaki yang paling aku benci sejauh ini!

Di saat Carolyn terluka parah, Robert tentu saja mengkhawatirkan keselamatannya, memikirkannya sepanjang waktu dan tidak sabar untuk segera bertemu dengannya. Aw ... itu hal yang manis bukan? Di sini aku benar-benar menyukai Robert yang sebegitu perhatian dengan TEMAN SEPERJALANANNYA. Aku gunakan capslok, karena itu akan menjadi poin utama dalam keluhan ini.

Karena sangat wajar bagi sesama teman untuk saling khawatir, bukan? Harus malahan, dan tidak masalah jika perhatian itu memang murni perhatian sebagai teman. Sampai tiba-tiba penulis  memutuskan untuk membuat kalimat narasi seperti ini ....

Robert jadi sadar, mengapa hanya Carolyn yang ada dalam pikirannya? Bukankah seharusnya Robert lebih banyak memikirkan Putri Eloise?

Gini, ya Robert Sayang, Pacc Penulis yang terhormat. SEJAK KAPAN ORANG CUMA BOLEH MEMIKIRKAN SEBIJI ORANG DOANG DALAM HIDUPNYA!

Maksduku gini loh ... aku tahu penulis ingin kita sebagai pembaca berpikir, "Wah, Robert jangan-jangan juga cinca sama Carol, nih! Kok dia memikirkan Carol doang, bukannya Eloise pacarnya di Lore!"

Tapi sejak kapan mengkhawatirkan satu orang, otomatis menjadikan seseorang tidak peduli pada orang lain? (berbelit-belit gini!) Logikanya Robert sangat boleh dan wajar memikirkan Carol saat itu, kan sudah jelas Robert mengkhawatirkan Carol karena dia NYARIS MATI pas di gua naga Algaban! Sementara Eloise memang belum saatnya jadi prioritas untuk dipikirkan. Barang kali dia lagi bobo cantik di spring bed istana Lore saat itu!

Kalimat tadi sangat tidak diperlukan, karena aku yakin 100 persen tidak ada satu pembaca pun yang mempermasalahkan kenapa Robert lebih memikirkan Carol daripada Eloise, sebab alasannya sudah sangat jelas! Tidak sampai di situ ... penulis lagi-lagi mempermasalahkan kenapa Robert mengkhawatirkan Carol setelah akhirnya mereka ketemu.

Tanpa disadarinya pula, maksud utama kedatangannya terburu-buru kemari adalah karena ia kuatir
dengan keadaan Carolyn. Tapi ini tidak boleh berlanjut. Robert sudah punya kekasih, dan ia akan menegaskan itu pada Carolyn saat gadis itu bangun nanti.

Ya terus kenapa kalau elu terburu-buru gegara khawatir sama Carol??? Emangnya lu gak boleh mengkhawatirkan sahabat seperjalanan kalau udah punya kekasih??? Emang perasaan khawatir gak bisa tulus karena khawatir??? Emang khawatir harus berarti cinta???

UDAH, AH! Ngebahas Robert mah selalu bikin tensi darah naik! Kita langsung saja pindah Segmen.

C. Penokohan

Robert. Need i say more? Ofcourse i need to say more about how much i dispise this dude! Dari segala keberuntungan yang menimpanya saja sudah menjadikan dia Gary Stu, sekarang ditambah pula penulis gemar membuat steatmen pujian terhadap Robert sepanjang buku. Belio juga memastikan setiap tokoh dalam novel ini menyebutkan kalau Robert tuh Pahlawan hebat sepanjang masa banget. Kalian tahu ... aku sudah lelah desuguhi kehebatan Robert, okay!!! Aku ingin ini dihentikan!!!

Berikut ini kalimat pujian yang diberikan penulis kepada Robert :
  • Pemimpin tim ini adalah Robert Chandler, seorang pemburu berambut putih dari Lore. Ia berwajah tampan dan berjulukan “Pembasmi Orc”. Ia juga dikenal sebagai pendekar pedang bersorot mata dingin, pemanah jitu dan salah satu pahlawan dalam Misi Kuil Suci Enia lebih dari satu setengah tahun yang lalu.
  • Mendadak, Robert menghilang. Gerakannya tak bisa dideteksi oleh mata setajam apapun.
  • Namun, bukan murid naga sakti namanya kalau ia sampai kehabisan akal.
  • Karena yang mereka lawan adalah pahlawan kita, sang pemburu monster papan atas di Benua Aurelia, Si Pembasmi Orc, Robert Chandler.
Percayalah, masih banyak lagi, tapi aku terlalu sibuk memutar bola mata sehingga tidak sempat memberi note.

Chris. Ada rahasia yang tebrongkar tentang Chris di sini. Dan aku sangat ingin membahasnya, jadi mungkin ini saat yang tepat untuk menggunakan peringatan SPOILER! Jadi ... ternyata Chris adalah seorang pangeran, sekaligus adik dari Pangeran Alexis dari Arcadia, musuh besar Robert. WHAAAATTT!!!

Selama ini dia pergi dari kerajaan Arcadia karena tidak diterima di sana, dia juga menggunakan nama samaran "Chris" agar tidak diketahui identitasnya. Bentuk fisiknya pun sangat mirip Pangeran Alexis yang dijuluki Pangeran Merah karena rambutnya berwarna merah, dan Chris juga berambut merah. Kalian mau tahu siapa nama asli Chris? Cristophe ....

So are you telling me, nama samaran Cristophe adalah Chris? Darling ... di mana letak penyamarannya??? Itu secara harfiah memang nama pendek dari nama aslimu! Also, kalau kemiripan fisik mereka sebegitu kentara, bukannya Robert si hebat nan luar biasa harusnya bisa menebak siapa dia sejak awal bertemu? Secara Alexis bisa dibilang pernah meninggalkan trauma dalam hidupnya! (Alexis yang membvnvh bapacc Walthron btw).

Yah, memang Robert bisa dibilang brekele soal mengidentifikasikan seseorang. Dulu Eloise menyamar jadi Elaine cuma pakai wig, tapi dia gak sadar selama bertahun-tahun. Sekarang Chris dengan penyamaran super brekele itu, Robert juga gak sadar. Ah, akhirnya aku tahu kekurangan Robert, meskipun tetap tidak menyembuhkannya dari diagnosa Gary Stu. TUH KAN NGOMONGIN DIA LAGI!

Zach. Sahabat sehati barunya Rob, meskipun mereka baru ketemu dan benar-benar cuma ngobrol sebanyak satu halaman. Sumpah ya, kadang aku heran sama Pacc Penulis, setiap adegan yang dia buat tidak ada yang menggunakan hati maupun perasaan. Segala hal terjadi begitu cepat, sampai aku sendiri heran, makna dari setiap adegan itu apa.

Maksudku, Penulis harusnya sadar, perkenalan tokoh sesingkat itu tidak akan meninggalkan kesan apa pun pada pembaca. Jadi saat tiba-tiba Zach yang sejatinya tokoh baru, langsung jadi sahabat sehati nan begitu penting bagi Rob, aku sebagai pembaca tidak bisa ikut bersimpati. Terkesan kayak maksa banget minta dipeduliin gitu lho.

Carol, Iris, & Pacc Paolo. Saking dikitnya porsi mereka di sini, aku lupa mereka ngapain aja sepanjang buku.

Sheena dan kroco-kroco. Bandit cewek yang Badass. Aku suka dia di setiap kemunculannya. Cara dia dan kelompoknya menjadi anti-hero pun tergambarkan dengan baik. Maksudku, Sheena dan kelompoknya tidak peduli di sisi mana mereka bergabung, yang penting mereka mendapatkan keuntungan dari situ.

Sebenarnya masih banyak tokoh lain yang menarik di novel ini, tapi rasanya tidak terlalu berandil banyak sampai harus aku tulis. Lagi pula, segmen ini rasanya sudah terlalu panjang, sepanjang rasa benciku pada Rob.

D. Dialog

Masih bergaya RPG, bukan seleraku, dan segmen dialog dari Seri Ksatria Cahaya mungkin hanya mengulangi hal yang sama.

Banyak jurus-jurus yang sebenarnya unik, tapi bukan secangkir teh-ku (apaan si). Setiap tokoh pun tidak memiliki perbedaan yang kentara, beberapa punya phrase tersendiri seperti 'Jolly Holly' atau 'Aye-aye'. Selain itu, setiap dialog punya dialek dan intonasi yang beda tipis. Kecuali mungkin tokoh antagonis yang selalu menggebu-gebu.

Oh, aku juga suka interaksi Baxter dan Ellephar, kroco-kroconya Sheena. Mereka itu ibarat comic relief di novel ini, dan penulis berhasil menggambarkan mereka seperti itu.

E. Gaya Bahasa

Gaya bahasa novel ini masih konsisten seperti novel-novel sebelumnya, walaupun jadi semakin cringe gara-gara masalah tadi ... penulis yang selalu mengelu-elukan Robert dalam setiap kesempatan. Aku juga menemukan beberapa typo, penggunaan kata yang kurang tepat. Hal-hal teknis kecil yang seharusnya sih jangan sampai kelewatan oleh editor, tapi yang namanya manusia pasti pernah eror, yekan?

Oh, aku juga beberapa kali menemukan penjabaran super lebay. Misalnya saat Robert (Ah, sheet! Here we go again ....)

Saat Robert melewati hutan angker (lupa namanya!) beberapa kali penulis membuat narasi kalau Robert berada di ujung maut, kesempatan hidup nihil, terjun ke jurang kematian, dan sebagainya. Di saat kita semua tahu kalau Robet PASTI SELAMAT! Jadi kalimat hiperbola seperti itu sudah tidak mempan lagi dalam kasus ini, Pacc Penulis.

Seperti yang kusebutkan di segmen Plot, aku suka penjabaran makhluk-makhluk di sini. Beberapa makhluk terlihat jelas mengambil inspirasi dari LotR, dan itu sama sekali bukan masalah sebab makhluk-makhluk di LotR pun memang keren, dan tidak sepenuhnya original juga. Seperti Pohon raksasa ... Ya, memang cuma pohon raksasa sih yang kentara, h3h3 ....

Oh, satu lagi. Penulis beberapa kali membuat narasi yang kalau dalam film julukannya Breaking the Fourth Wall. Misalnya kayak, Yap, tak salah lagi. Mereka ingin membunuh Rob.

Atau Saat ia bangun nanti, ia akan jadi gadis gila. Siasialah kecantikan dan kecerdasannya selama ini.

Atau Nah, cukuplah dulu perkenalan ulangnya, dan kembali ke masalah di depan mata.

Entah itu termasuk breaking the fourth wall atau bukan, tapi kok kesannya kayak ada narator tak terlihat yang mengatakan semua itu padaku sebagai pembaca. Itu jelas bukan Pov3, bukan juga Pov2, apa lagi Pov1.

F. Penilaian

Cover : 2

Plot : 2,5 (poin plus buat beberapa adegan)

Penokohan : 1,5

Dialog : 2

Gaya Bahasa : 2

Total : 2 Bintang

G. Penutup

Selain mengangkat tema RPG, rasanya alasan novel ini susah dinikmati memang akibat ada Robert di dalamnya. Sifat terlampau sempurnanya sekarang diperparah dengan cara Penulis memperlihatkan betapa belio begitu menganak-emaskan Robert. Aku nyaris tidak bisa menganalisis tokoh lain, sebab segala hal selalu berputar di sekitar Robert saja, sementara Robert sendiri bukan tokoh yang terlalu likeable.

Ini petuah yang pernah kudengar dari yutuber penulis, juga orang tua yang bijak. Petuah yang mungkin berguna untuk kita semua bukan hanya penulis, tapi calon orang tua di masa depan.

JANGAN MENGANAK-EMASKAN SATU ANAK SAHAJA.

Begitu juga dalam penokohan novel. Jangan sampai ada tokoh yang penulis anggap lebih baik dari tokoh lain, karena dengan begitu penulis tidak mampu melihat sisi buruk dari tokoh kesayangannya. Pada akhirnya tokoh tersebut jadi Mary Sue/Gary Stu, tidak punya kekurangan, selalu mendapat keberuntungan. Sedangkan, tokoh lain meratap dalam bayang-bayang si tokoh favorit, tanpa punya kesempatan untuk unggul atau dicintai.

Perlakukan adil setiap tokoh dalam novel kalian, kalau tidak mau tokoh itu dibenci seperti aku membenci Robert wkwkwk ....

Apakah aku akan membaca novel selanjutnya? Who Knows? Aku suka unsur-unsur general yang novel ini angkat. Petualangan, fantasi, epik, kerajaan, makhluk-makhluk mitologi. Itu unsur-unsur novel kesukaanku jadi sekuat apa pun menolak, kalau hasrat ingin baca sudah muncul pasti susah menahannya.

Aku hanya berharap di novel selanjutnya Pacc Penulis berhenti membuat Robert semenjengkelkan ini. Aku hampir-hampir tidak kuat, dan malah mendukung musuh untuk bisa segera membvnvhnya! Nah, segitu dulu review kali ini.

Sampai jumpa di review lain ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Sky Academy