Nasehat Keliru yang Sering Diterima Penulis
Meminta nasehat, alias petuah kepada senior merupakan upaya seorang pemula untuk menambah ilmu, atau setidaknya mendapat pencerahan terhadap se-fruit bidang. Terutama dalam dunia kepenulisan, di mana pengalaman serta latihan rutin nan konsisten menjadi kunci utama keberhasilan. Generasi sekarang lebih sering menyebutnya Sepooh.
"Gimana cara menulis novel yang baik dari nol, Sepooh?"
"Tulisan yang baik itu seperti apa, Sepooh?"
"Menulis itu lebih enak pakai tangan kanan, tangan kiri, atau pake kuping, Sepooh?"
Namun, tak jarang orang yang dipercaya sebagai Sepooh, malah menjerumuskan para pemula ke jalan brekele. Alih-alih menambah ilmu, para Sepooh ini malah membuat pemula-pemula semakin mempertanyakan banyak hal, meragukan tulisan mereka, membuat kepercayaan diri mereka nge-drop seperti dompet di akhir bulan.
Nah, nasehat-nasehat para Sepooh seperti apa yang sering kali keliru dan malah membelokkan para pe mula ke jalan brekele? Tengok penjabaran berikut ini.
NASEHAT-NASEHAT KELIRU INI DIANGKAT DARI KISAH NYATA!
1. "Teknik Show Selalu lebih baik daripada Teknik Tell."
SHOW DON'T TELL!
Begitulah petuah yang sering diberikan Sepooh untuk pemula, sebab MENUNJUKKAN sebuah adegan jauh lebih baik daripada cuma MERANGKUM adegan. Teknik Show membuat pembaca bisa ikut menggunakan kelima panca indra ketika membaca sebuah adegam sehingga adegan tersebut pun terasa lebih hidup.
Namun, apakah teknik Show sempurna seperti tokoh cowok tamvan atau cewek cantik bak dewa Yunani yang kaya tujuh turunan di cerita-cerita Watpat? Tidak, Miguele ....
Sejatinya dunia memiliki jargon "TIDAK ADA YANG SEMPURNA", begitu juga dengan teknik Show. Ya, teknik Show membuat cerita hidup, ya teknik Show menunjukkan banyaknya koleksi diksi seorang penulis, ya teknik Show menunjukan keahlian penulis dalam merangkai kata.
BUT!!! Teknik Show juga berpotensi membuat kalimat bertele-tele. Teknik Show berisiko membuat kalimat tidak efektif. Teknik Show bisa menjadi Info Dump jika eksekusinya brekele. Maka solusi dari semua masalah itu tentu saja teknik Tell.
Sebab teknik Tell juga mempunyai kelebihan, di antaranya membuat kalimat lugas, mempersingkat kejadian sepele sehingga lebih banyak waktu untuk menjelaskan hal yang lebih penting. Teknik Tell juga menjadi sahabat penulis saat merevisi naskah, sebab teknik Tell memanglah cikal-bakal teknik Show sebelum berkembang.
Pada akhirnya ... semua kembali pada keseimbangan, juga eksekusi penulis sendiri. Teknik Show lebih disarankan dalam merangkai kata, tapi bukan berarti HARUS dan PASTI BAGUS. Di sisi lain teknik Tell sering kali disebut sebagai kekurangan, tapi juga tidak SELALU dan PASTI JELEK.
Kalau sudah begitu, pertanyaan lain pun muncul. "Kapan saat yang tepat menggunakan teknik Show atau Tell?"
Untuk menjawab itu, perhatiakan saran-saran barokah dari Impy berikut ini ....
- Gunakan teknik Show untuk sesuatu atau situasi yang tidak familiar kepada tokoh maupun pembaca
- Gunakan teknik Show kalau adegan itu nantinya berpengaruh penting untuk plot.
- Gunakan teknik Show saat menunjukkan emosi tokoh ketika dia akan mengalami hal-hal yang mengubah penokohan (Character Development)
- Gunakan teknik Show pada transisi satu adegan ke adegan lain
- Gunakan teknik Tell untuk menjelaskan sesuatu atau situasi yang berulang
- Gunakan teknik Tell ketika tokoh mengalami situasi terburu-buru, panik, mendadak, atau spontan
- Gunakan teknik Tell pada hal-hal sepele yang tidak akan berpengaruh kepada plot atau emosi
- Gunakan teknik Tell jika teknik Show dirasa buang-buang kalimat saja.
Ingatlah ini, Anak-anakku ... Teknik Show bukan sebuah kelebihan, seperti teknik Tell juga bukan sebuah kekurangan. Keduanya bisa menjadi kelebihan maupun kekurangan. Kalau kalian mau lihat contoh penggunaan teknik Show dan Tell yang tepat, kalian bisa baca novel-novel karya Fredrik Backman Mbla'em-mbla'em.
2. "Diksi Tidak Umum = Novel Masterpiece!"
"Surai hitamnya terembus bayu mega membahana. Netra yang bintitan itu berubah warna menjadi semburat amethyst merona ketika berserobok dengan manik emerald di hadapannya hingga semesta meraung 'OH MAY GOOOTTT'."
Konon, rangkaian kalimat nge-diksi aduhai yang tidak pada tempatnya seperti di atas, membuat penulis tersohor semacam Mary Shelley lompat ke rawa-rawa.
Begini loh, Fernandez ... Diksi dalam KBBI bermakna 'Pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu'.
Kalian coba baca lebih jelas 'TEPAT dan 'SELARAS'. Jadi kalau kalian menggunakan diksi tidak umum untuk novel yang ditujukan kepada pembaca awam, itu artinya kalian telah memilih diksi yang 'TIDAK TEPAT' dan 'TIDAK SELARAS'.
Sejatinya PILIHAN sendiri berarti kalian harus melihat dari berbagai faktor. Apakah ini genre yang tepat? apakah ini tema yang tepat? apakah latar dan target pembacanya sesuai? Semua itu harus kalian pikirkan saat memutuskan diksi seperti apa yang akan novel kalian pakai nanti.
Penggunaan Diksi yang tidak umum, TIDAK AKAN membuat se-fruit novel LEBIH BAIK. Malahan penulis akan terlihat mencoba terlalu keras (trying too hard) untuk jadi pujangga wannabe. Permainan diksi yang tidak umum lebih dianjurkan untuk puisi, demi membangun suasana tersirat yang mistsi.
Tapi sekali lagi ... DIKSI = PILIHAN KATA. Pilihlah kata-kata yang sesuai untuk menyusun kalimat yang juga sampoerna (tidak disponsori oleh cerutu).
3. "Persingkat Kalimat Supaya Lugas."
Para Sepooh sering mengatakan, "Gunakan kalimat lugas saat menulis adegan aksi."
Jujurlly, itu nasehat yang bagus, dan benar adanya. Kelugasan cerita dibutuhkan saat konflik sedang mencapai puncak sehingga ketegangan serta perhatian pembaca bisa dipertahankan. Tapi eh tetapi ... tak jarang para Sepooh yang memberikan nasehat ini malah menerapkan nasehatnya sendiri dengan brekele.
Coba tengok cuplikan adegan di bawah ini ....
"Kau akan membayar mahal untuk tindakan keji ini, Bubble Bass!" Spongebob mengangkat Ol' Reliable tinggi-tinggi.
Bubble Bass tersenyum devil. "Tangkaplah aku, kau kujitak!"
Berlari.
"Tjukup, Spongebob! Aku akan mengeluarkan jurus Berger Tanpa Acar!"
Bubble Bass mengeluarkan jurus. Tertawa. Spongebob tercengang. Menangkis. Bubble Bass marah, mengeluarkan jurus lain. Spongebob jatuh, meringis.
"Rasakhan itu!"
Berlari.
"Hey, jangan lari kau, Antonio!!!"
Mengejar
(Cuplikan di atas mengikuti Gaya Menulis Bapacc Tere 'Tell' Liye di salah satu novel Serial Bumi)
Seriouslly ... itu novel, ape skrip film brekele!
Ingat ini, Anak-anakku! Lugas bukan berarti asal-asalan! Kita harus ingat bahwa kalimat lugas tetaplah sebuah KALIMAT! Dan kalimat harus memiliki susunan haqiqi. Kalian pasti tahu rumus membuat kalimat yang baik yaitu S.P.O.K (Subjek-Predikat-Objek-Keterangan).
Kalau melihat contoh di atas, kita cuma diberikan kata 'Berlari', 'Mengejar', 'Menangkis'. Itu bahkan bukan sebuah kalimat melainkan cuma sekumpulan Predikat! Siapa yang berlari? Kenapa dia berlari? Apa yang dikejarnya? Menangkis dari apa? Konteksnya tidak jelas, tidak efektif.
S.P.O,K harus ada dalam menyusun kalimat, sebab itu memang rumus tersusunnya sebuah kalimat. Urutannya boleh dibulak-balik sesuai permainan kata. Namun, setiap aspeknya harus lengkap.
Jadi, aku harap kalian semua paham ... KUASAI DASAR-NYA SEBELUM MENJADI KREATIF. Kuasai dulu cara memasak Indohmie sesuai instruksi, sebelum membuat varian Dodol Mozarela. Kuasai dulu cara menyusun kalimat yang haqiqi, sebelum membuat kalimat lugas dan efektif.
4. "Tulis Dolo ... Revisi Nanti aja pas Bulan jadi Dua!"
Banyak sekali penulis Sepooh yang tidak memikirkan teknis kepenulisan pada novelnya, terutama novel bersambung online dengan alasan, "Kalau kebanyakan revisi nanti idenya malah ilang."
Padahal revisi tidak ada hubungannya dengan ide cerita, terutama kalau kita membicarakan Technical Editing (Revisi Teknis). Biar kujelaskan lebih lanjoet ....
Dunia revisi dan editing dibagi menjadi dua bagian. Pertama ada Technical Editing (Revisi Teknis), yang berarti merevisi struktur kepenulisan seperti tanda baca, kalimat rancu, pengulangan kata, dan sebagainya yang berhubungan dengan ha-hal teknis.
Kedua, ada yang namanya Developmental Editing (Revisi Pengembangan). Revisi ini lebih berfokus pada isi cerita secara keseluruhan. Seperti Plot Hole, adegan tidak penting, Info Dump, pemakaian teknik Show dan Tell, dan segala macam lainnya.
Setiap penulis disarankan untuk melakukan Self Editing (Revisi Mandiri) sebelum memublikasikan ceritanya. Nah, Self Editing yang dimaksud adalah Technical Editing yang dilakukan SESUDAH proses 'TULIS DOLO'.
Jadi sebenarnya proses revisi mandiri tidak ada hubungannya sama ide cerita, dan bisa dilakukan penulis tanpa menunggu bulan jadi dua. PAHAM!
5. "Nasehat Sepooh sudah pasti benar dan kredibel dan barokah dan harus diterapkan."
Aku akan melawan petuah tersebut dengan petuah dari Patrick Star yang berbunyi. "Pemujaan berlebihan itu tidak sehat!"
Tidak peduli siapa yang kalian anggap Sepooh dalam dunia kepenulisan. Julidis berkedok Reviewer. Pacc RT sebuah kampoeng di Pesbuk, pemberi materi dan tips, orang yang novelnya selalu Best Seller, atau Follower terbanyak, atau novel dijadikan film, novel dijadikan senjata tavvuran. Bukan berarti ucapan serta petuah belio selalu benar dan barokah.
Sejatinya para Sepooh juga manusia, dan manusia adalah gudang kesalahan, gudang ego, gudang-gedong (ditempeleng). Jangan menutup diri dari petuah lain yang datangnya bukan dari Sepooh panutan kelean. Sebaliknya, lihatlah petuah-petuah tersebut dari sisi objektif (positif dan negatif), lantas ambil yang baik serta buang yang buruk.
Sampai jumpa di kesempatan lain ^o^/
Eh, contoh diksi alay yg di poin nomor 2 sebenarnya bagus loh 😂 padu juga. Kagak kyk yg biasa sya temui di WP remaja amatiran akwkwka
ReplyDeleteYa gusti padahal udah kubuat seaduhai mungkin, tapi tetep gak natural ya.
DeleteYa memang ahli ngediksi mah beda 😂ðŸ˜