Petualangan Tom Sawyer
Penulis : Mark Twain
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
ISBN : 9786024240349
Tebal : 296 Halaman
Blurb :
Secara kebetulan keduanya menyaksikan penjahat menusuk seorang dokter hingga meninggal. Si pembunuh menggenggamkan pisau itu di dalam tangan seorang pemabuk. Diselingi pengembaraan dan tingkah polah yang serba nakal dan berani, Tom dan Huck dapat menemukan tempat persembunyian si pembunuh.
MENGANDUNG SPOILER!!!
A. Missqueen Bacaan, tapi Boong ....
Hellow, para Pembaca Budiman, percayakah kalian kalau kita sudah sampai di bulan dua? Bulan paling fenomenal yang senantiasa kita tunggu-tunggu selama ini! Tapi eh tetapi ... kenapa semangat bacaku malah memble!Jujur, daftar bacaku tahun ini tidak ada yang begitu fenomenal (entah julid atau memuja-muji), semuanya standar. Memang, ada mahakarya penulis kesayangan kita semua—Pacc Tere ‘Tell’ Liye—yang sudah menerbitkan Serial Bumi terbaru, yaitu Matahari Minor, padahal dia menjanjikan Proxima Centauri dan Ily terlebih dahulu di buku SagaraS.
Au ah gelap! Memang kalau sudah membicarakan Pacc Tere, kita hanya bisa pasrah menghadapi kemauan seenak udelnya! Sayang beribu sayang, novel itu belum aku miliki, lantaran kehabisan budget, h3h3 ....
Di sisi lain, aku malah membeli novel Lord Fredrik Backman tercinta yang berjudul Britt-Marie was Here, dan aku tidak sabar ingin segera membacanya. Bahkan mungkin aku akan membuat konten ranking novel-novel karya Fredrik Backman dari yang bagus, sampai yang LUAR BIASA. Karena aku sudah membaca lima biji karya belio, enam kalau Britt-Marie termasuk. Sudah bisa lah ya kalau dibuat ranking-nya.
Reaksi kalian saat ini, “Yaelaaahhh, die lagi, die lagi!”
Namun, sebelum sampai ke semua itu, marilah kita bermain-main bersama Tom Sawyer di novel Petualangan Tom Sawyer! Novel Middle Grade klasik yang terbit di abad ke-19. Aku membaca edisi tahun 2016, dan sampul versi ini bisa dibilang terlampau simple sehingga esensi menariknya hilang. Bahkan font penulis lebih gede dari judul novelnya sehingga membuatku salah sangka di awal.
Mark Twain jadi judul buku? Biografi gitu? Ternyata KAGAK!
Di sisi lain, aku malah membeli novel Lord Fredrik Backman tercinta yang berjudul Britt-Marie was Here, dan aku tidak sabar ingin segera membacanya. Bahkan mungkin aku akan membuat konten ranking novel-novel karya Fredrik Backman dari yang bagus, sampai yang LUAR BIASA. Karena aku sudah membaca lima biji karya belio, enam kalau Britt-Marie termasuk. Sudah bisa lah ya kalau dibuat ranking-nya.
Reaksi kalian saat ini, “Yaelaaahhh, die lagi, die lagi!”
Namun, sebelum sampai ke semua itu, marilah kita bermain-main bersama Tom Sawyer di novel Petualangan Tom Sawyer! Novel Middle Grade klasik yang terbit di abad ke-19. Aku membaca edisi tahun 2016, dan sampul versi ini bisa dibilang terlampau simple sehingga esensi menariknya hilang. Bahkan font penulis lebih gede dari judul novelnya sehingga membuatku salah sangka di awal.
Mark Twain jadi judul buku? Biografi gitu? Ternyata KAGAK!
Baiklah, jangan buang-buang waktu lagi!!!
B. Plot
Tom Sawyer, seorang anak bangor nan cerdik yang selalu bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dia tinggal bersama bibinya (Bibi Polly), sepupu (Mary) dan adik tirinya (Sid). Keluarga mereka tidak terlalu bisa dibilang akur, dan biang masalah memang berasal dari si Tom Sawyer sendiri.Setiap kali bocah itu membuat masalah, Sid akan mengadu ke Bibi Polly, lalu Bibi Polly akan menghukum Tom. Setelahnya Bibi Polly malah merasa bersalah, Tom berjanji tidak akan berbuat nakal lagi. Tapi tentu saja itu hanya janji kosong, karena Tom langsung menempeleng kepala Sid si Tukang Ngadu. Maka Sid pun kembali mengadu kepada Bibi Polly yang langsung kembali menghukum Tom, lalu merasa bersalah lagi.
MUTER-MUTER AJE TERUS DI SITU!
Seperti layaknya novel klasik bertema petualangan anak-anak, novel ini tidak memiliki konflik muluk-muluk. Sebenarnya ada satu konflik utama, yaitu saat Tom dan temannya (Huck) tanpa sengaja menjadi saksi pembunuhan. Di satu sisi itu konflik yang menarik, tapi penyelesaiannya membosankan. Kalau dibandingkan Lima Sekawan, novel ini masih kalah jauh dalam hal petualangan anak-anak yang disajikan.
Keunikan dari novel ini rasanya sama seperti novel-novel klasik lain, dari gaya bahasa, penggambaran suasana, serta aspek-aspek yang rada disturbing. Misalnya beberapa kali anak-anak brekele di kota ini digambarkan senang menjadikan bangkai hewan untuk mainan, terutama bangkai kucing.
HAAHH???
Bentar nih ... pertama, menjyjykkan! Kedua, tidak berperikehewanan! Ketiga, dari mana anak-anak itu mendapatkan bangkai mayat kucing? Mereka menemukannya, atau MEMANG MEREKA penyebab si kucing menjadi mayat? Sumpah adegan anak-anak memainkan mayat hewat sangat sering terjadi sepanjang novel, dan tidak pernah gagal membuatku mual-mual.
Aspek disturbing lain yang menjadi tema utama dalam novel ini adalah rasisme. Maksudku ... masuk akal novel-novel di abad ke-19 menyelipkan isu rasisme ke dalam tulisan, sebab memang itu yang terjadi di abad ke-19. Akan tetapi, dari sekian banyak novel klasik yang pernah kubaca baru novel ini yang memasukkan isu tersebut secara blak-blakan.
Beberapa novel memilih tidak membahas sama sekali, sekalipun membahas biasanya secara tersirat. Novel ini tidak begitu, Baybeh! Contohnya saja ... Tom dan teman-temannya berperilaku super bandel, jahil, durhaka, dan membuat heboh sekampung. Tapi eh tetapi, mereka tidak pernah dapat hukuman yang layak, di beberapa masalah malah mereka yang jadi pahlawan.
Di sisi lain, gak ada hujan, gak ada badai si penulis bikin deskripsi kalau orang-orang kulit hitam dan suku asli Amerika itu pasti jahat, punya sisi gelap, menakutkan, dan hal-hal negatif lainnya. Tak jarang orang-orang kota membuat sebutan-sebutan offensive tentang mereka.
Hellooow ... anak-anak bangor kulit putih yang berpotensi menjadi sampah masyarakat dipuja-puji dan diberi penghargaan, sementara orang-orang ras lain kagak salah ape-ape malah dihina-hina mulu!!!
Entah apa ada maksud tersembunyi atau hal-hal sarkastik nan ironi yang ingin disampaikan penulis. Tapi kalau dilihat dari kaca-mata orang awam yang melihat segala hal secara harfiah (aqu), cara si penulis merepresentasikan orang-orang non-kaukasia di sini benar-benar mengganggu. Barang kali akunya yang kagak nangkep maksudnya. BODO AMAT!
Nah, kalau dilihat dari sisi Middle Grade-nya, novel ini jelas tipeku banget. Aku suka hubungan Tom dengan Mary (sepupunya), satu-satunya orang yang dituruti oleh Tom. Aku juga suka saat Tom mendadak jatuh cinta pada anak baru, padahal dia sudah punya 'pacar'. Pergantian emosinya itu loooh khas anak-anak banget!
Novel ini sebenarnya masuk ke dalam soft spot-ku. Sayangnya, ada hal-hal yang membuatku terganggu sepanjang novel, jadi ... mungkin ini novel Middle Grade klasik yang paling tidak aku sukai, meskipun belum seburuk Pinnocchio dengan child abvse-nya yang super brekele itu!
C. Penokohan
Tom. Anak super bangor, licik, jahil, brekele, dan durhaka. Namun, entah kenapa juga likeable, terutama dialog-dialog ngeles-nya yang lucu. Meskipun di beberapa narasi terlihat jelas kalau penulis berusaha keras membuat pembaca memaklumi sifat-sifat bandel Tom. Aku tidak masalah dengan itu, karena si penulis berhasil.
Tapi aku juga SANGAT INGIN melihat Tom dihukum berat sekali saja atas segala kenakalan yang dia buat. Memblenya, si Tom selalu lolos dari masalah dan malah selalu menjadi pahlawan pada akhirnya GARY STU ALERT!!!
Huck. Teman Tom yang gelandangan, saking gelandangannya sampai malah ogah diadopsi serta mendapatkan tempat tinggal layak. Sebenarnya ada beberapa hal menarik dari penokohan Huck yang malah tidak diperjelas oleh penulis. Seperti hubungannya dengan sang ayah, bagaimana nasih ibunya, apa motifasi dan tujuannya selain hanya 'menjadi gelandangan'.
Tapi eh tetapi, kita harus menelan dulu segala pertanyaan karena memang ada buku yang menceritakan tentang Huck, berjudul Petualangan Huckleberry Finn. Oh no! Rasanya aku sedang tidak mood membaca novel-novel Bapacc Mark Twain untuk beberapa waktu ke depan. Huck ... kau harus sabar ya, Beybeh!
Bibi Polly. Buibu yang tersakity oleh segala sifat brekele Tom, tapi untuk beberapa hal tidak pernah menghukumnya dengan baik dan benar. Jangan sampai aku suruh mamakeku ke situ supaya Tom mendapat hukuman layak!
Sid dan Mary. Saudara-saudara Tom yang sebenarnya tidak terlalu berperan selain Sid tukang mengadu, sementara Mary anak teladan serta satu-satunya orang yang dituruti oleh Tom.
Joe si Indian. Antagonis bikoz of course he is ....
D. Dialogue
Meski memiliki plot abu-abu serta aspek-aspek offensive yang bikin tidak nyaman, novel ini memiliki dialog yang sangat natural, sangat khas, juga pastinya bisa kita jadikan referensi ke dalam novel kita sendiri. Misalnya di awal ketika Tom mengajak anak baru untuk adu jotos. Kelihatan bagaimana tengilnya si Tom dan si anak baru itu (lupak kan gua siapa namanya!!!)
Atau ketika Tom geregetan mengobrol dengan Huck yang otaknya rada-rada telmi. Tepatnya di halaman 195, dialog di halaman itu cheff kiss, so great, ditambah penerjemah novel ini menggunakan pemilihan kata yang ngocol. Kadang belio menggunakan kata 'Berabe', ada juga 'Masya Allah!', ada pula 'Nenekmu!'. Sumpah semuanya bikin aku spontan ngukuk beberapa detik.
Anehnya, pemilihan kata seperti itu malah semakin cocok dengan penokohan, latar, serta vibe keseluruhan novel. Membuat kesan absurd, disturbing, serta ironi yang semakin kentara. Seolah aku ditarik ke fever dream absurd, tapi juga menyenangkan.
E. Gaya Bahasa
Seperti yang kukatakan dalam segmen Dialog, penerjemah novel ini (Djokolelono) patut diberi medali. Belio menggunakan bahasa baku normal dan standar di sepanjang paragraf, lalu tiba-tiba terselip satu kata ngocol yang seharusnya tidak di situ, tapi juga cocok berada di situ karena memang itulah yang dimaksud.
Semoga kalian paham maksud dari kalimat yang muter-muter di atas!
Oh, mungkin aku beri contoh satu paragraf yang dijamin 90% akurat seperti di dalam novel!
Tom tidak mengerti mengapa Huck terlihat begitu muram, seolah kebahagiaan dalam dirinya direnggut oleh pikiran-pikiran kacau. Padahal saat ini Huck tengah menggunakan kolor kesayangannya. Seharusnya anak itu lebih bahagia dari siapa pun.
Novel ini mengandung humor, dan humor itu datang dari gaya bahasa si penerjemah. Ini sangat genius, tanpa berusaha terlalu keras untuk terlihat genius!
F. Penilaian
Cover : 2
Plot : 2
Penokohan : 2,5
Dialog : 3,5
Gaya Bahasa : 3,5
Total : 2,8 Bintang
G. Penutup
Sudah lama aku ingin membaca novel karya Bapacc Mark Twain, terutama The Prince and The Pauper (karena adaptasi Barbie-nya adalah film Barbie kesukaanku, h3h3 ....). Namun, sangat susah mencari novel itu versi terjemahan. Eh, aku malah melihat Petualangan Tom Sawyer di Gramedia Digital. Maka 'Tak ada rotan, akar pun jadi'.
Jujur saja, novel ini mengecewakan padahal aku juga tidak memiliki ekspektasi apa pun. Ya ... memang aku berharap sesuatu seperti Little Women, tentang petualangan anak-anak yang memiliki berbagai sifat dan karakter. Sayangnya, tokoh paling menonjol dalam novel ini cuma Tom.
"Kan emang jelas-jelas judulnye PETUALANGAN TOM SAWYER!"
Maksudku ... (menghela kapur barus) Tom mempunyai banyak teman di sini, tapi mereka tidak benar-benar memiliki peran penting. Aku pribadi juga tidak suka isu-isu rasisme yang ditampilkan blak-blakan begini. Di zaman modern, ternyata membaca hal-hal begitu membuat qolbu tidak nyaman.
Dengan ini mari kita selesaikan reviewnya. Ayolah, kita semua tahu kalau aku mengbuat review ini cuma untuk mengulur waktu sampai aku mendapatkan novel-novel barokah yang lain.
Sampai jumpa di review selanjutnya ^o^/
Comments
Post a Comment