Pembukaan Novel yang Harus Dihindari
Banyak penulis berdalih kalau novelnya baru akan seru di bab 200, 300, bahkan sejuta. Padahal 'bagian seru' dalam novel sudah harus ada di halaman pertama. Nah, berikut ini beberapa tips pembukaan yang harus kalian hindari dalam dunia pernovelan sebab kalau eksekusinya brekele, novel kalian otomatis akan brekele juga.
Bangun Tidur dan Segala Kegiatannya
KRIIINNNGGG. alarm ponsel membangunkan Siti dari mimpi indahnya. Siti pun bangun dari kasur dan mandi. Lalu duduk di depan cermin, mulai berdandan juga merapikan rambut. Setelah selesai, Siti pun turun dari kamar dan sarapan bersama mama serta papanya.Jadi begini, Rodrigez ... Orang membaca novel untuk keluar dari rutinitas sehari-hari yang membosankan, dan kalian malah menyuguhkan rutinitas sehari-hari yang membosankan! Ke laut aje, lo!
Sejatinya setiap paragraf harus memiliki tujuan.
"Yaelah, paragraf mah ngapain punya tujuan, tinggal sat-set-sat-set juga jadi! Ribet banget!"
(Toyor manja) Diam lu! Tentu saja setiap paragraf harus mempunyai tujuan, atau setidaknya membimbing sesuatu menuju plot maupun konflik yang sedang berlangsung.
Kalau kita ambil dari contoh di atas, Pembaca dijjelaskan panjang x lebar x tinggi tentang si Siti bangun tidur, mandi, sarapan, berangkat sekolah dan segala macamnya.
Barulah di sekolah nanti si Siti mungkin terlambat, lalu diajak bolos sama tokoh cowok Bad Buoy mesoom setamvan Dewa Yunani. Kemudian mereka saling membenci, tapi si cowok selalu melontarkan Rapee Joke, pemaksaan kehendak, dan pelecehan keskual sehingga si Siti akhirnya luluh dan jatuh cinca.
Pertanyaannya adalah ... untuk apa adegan Siti bangun tidur gono-gini diceritakan secara detail kalau pada akhirnya konflik baru terjadi saat Siti sudah sampai di sekolah, dan tidak berhubungan apa pun dengan si Siti yang bangun tidur?
Dunia novel tersebut tidak akan roboh kalau adegan bangun tidur dihilangkan. Siti dan Bad Buoy akan tetap jadian, tetap akan ada adegan romantisasi pelecehan keskual, tetap ada Rapee Joke UwU, tetap ada trope benci jadi cinta. Kalian paham maksudku?
Jadi sudah jelas, yah ... Adegan bangun pagi yang tidak menimbulkan dampak apa pun ke dalam cerita lebih baik dibuang saja ke tong sampah terdekat.
Terlambat Bangun
KRIIIINNNGGG. Alarm ponsel membangunkan Siti dari mimpi indahnya. Dia pun melotot manja begitu melihat jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Siti pun buru-buru bangun dari tempat tidur sambil mengumpat kesal. Mandi selama lima detik dan langsung berangkat tanpa menjitak tukang kebunnya.
Tidak berbeda jauh dari nomor satu, ini juga tipe pembukaan pasaran yang sudah dipakai setidaknya satu milyar kali oleh penulis (terumata pemula). Hanya saja yang satu ini lebih parah karena mengandung Plot Hole. Bayangkan novel kalian memiliki Plot Hole secara harfiah di halaman pertama! Lempar saja aku ke rawa-rawa!
Kalian tahu sebelah mana Plot Hole itu?
Benar ... SIAPA YANG MEMASANG ALARM TEPAT PADA JAM DI MANA SEHARUSNYA KITA SUDAH MEMULAI KEGIATAN TERSEBUT!!!
Kalian bisa ngeles kalau itu Snooze alias tunda alarm sementara, tapi TIDAK ADA manusia normal yang memasang alarm pukul tujuh pagi saat sekolah dimulai pukul tujuh pagi. Sekurang-kurangnya, kalian memasang alarm tiga puluh menit sebelum waktu yang semestinya. Benar, 'kan?
Lalu Snooze biasnaya berbunyi setiap lima menit, coba hitung berapa kali Snooze harus berbunyi demi membangunkan kalian lewat dari waktu yang semsetinya?
Bujug, itu manusia ape kebo! Kok alarm bunyi segitu banyak dan nyaring gak ada satu pun yang didenger. Besok-besok ganti alarm jadi terompet sangkakala!
Tumpahan World Building
Aku paham penulis pasti mencintai dunia ciptaannya, penulis pasti bangga pada dunia ciptaannya. Secara penulis sudah mendedikasikan diri sangat lama bahkan mungkin bertahun-tahun demi riset dunia sekaligus tetek-bengek di dalamnya. Tentu saja penulis ingin cepat-cepat memamerkan hasil pekerjaan tersebut kepada pembaca budiman.
Namun, aku memberi saran kepada kalian sebagai salah satu pembaca budiman tersebut. JANGAN terlalu fokus hanya menceritakan World Building di bagian pembuka novel. Kalian ingin pembaca mengingat dan mengetahui dunia buatan kalian sebelum memasuki ceritanya, percayalah itu tidak akan berhasil.
Sebagian besar pembaca akan mengabaikan tumpahan World Building tersebut, karena kami belum peduli sama sekali. Kami ingin mengetahui konflik apa yang dialami tokoh-tokoh dalam kisah kalian, bukan tempat tinggal mereka.
Seperti kata orang bijjak. "Sebuah tempat tidak akan bermakna tanpa ada kisah di dalamnya."
Dari kalimat itu semuanya jelas. Buat dulu sebuah kisah, lalu jelaskan bagaimana latar dalam kisah tersebut seiring para tokoh ikut di dalamnya. Bahkan dalam urutan unsur intrinsik novel Plot, Alur, Tokoh dan Penokohan selalu ada di urutan pertama baru setelah itu Tema, Latar, dan Amanat mengekor di belakang.
Dari kalimat itu semuanya jelas. Buat dulu sebuah kisah, lalu jelaskan bagaimana latar dalam kisah tersebut seiring para tokoh ikut di dalamnya. Bahkan dalam urutan unsur intrinsik novel Plot, Alur, Tokoh dan Penokohan selalu ada di urutan pertama baru setelah itu Tema, Latar, dan Amanat mengekor di belakang.
(Bohong kok, urutannya bisa ngacak, h3h3 ....)
"Pada zaman dahulu ...."
Pembukaan seperti ini sering dipakai dalam dongeng anak-anak atau penulis pemula yang belum bisa membuat pembukaan novel secara barokah. Maka jika kalian ingin menjadi penulis Sepooh, unik, edgy, dan serius sebaiknya kalian hindari pembukaan seperti ini.
Ramalan Cuaca
Pagi yang cerah, sinar mentari menerangi ruangan-ruangan, burung-burung berkicauan di atas poho cemara, awan-awan menggumpal membentuk kapas. Angin berembus semilir, kira-kira 23°C, kemungkinan hujan 40% sedia payung sebelum keluar rumah.
Penggambaran latar bertele-tele seperti itu yang membuat novel terasa membosankan. Apa lagi kalau penulis memutuskan untuk membuat penjabaran seperti itu setiap membicarakan cuaca. Maksudku ... teknik Show memang bagus, apa lagi kalau menggunakan lima panca indra.
Namun, penulis juga harus ingat kalau teknik Show bisa juga menjadi kekurangan, dan contoh di atas adalah salah satu Teknik Show gone wrong. Ada baiknya teknik Show digunakan untuk hal-hal yang lebih 'penting' daripada hal paling sepele semacam cuaca.
Biodata Tokoh
(Ceritanya Foto Impy lagi Bergaya Model)
Nama : Impy Island
Umur : 15 tahun
Pekerjaan : Pelajar (Boss Mafia yang menyamar)
Ciri fisik : Secantik Bidadari
Kelebihan : Cantik, Badass, Not like Other Gorl, Unyu
Kekurangan : Terlalu cantik
Motto : Masak aer, biar mateng!
Memberi foto tokoh sekaligus biaodata panjang lebar termasuk kepribadian tokoh di pembukaan novel semata-mata hanya untuk fan service. Pepole hate it or love it, itu sesuai selera jadi aku sebagai kubu hate it tidak bisa berbicara lebih banyak.
Menurutku, cara seperti itu membuat penulis terlihat malas mendeskripsikan fisik tokoh lewat tulisan, juga malas menunjukkan kepribadian tokoh secara baik dan benar. Bagimana tokoh itu mengambil keputusan, bagaimana tokoh bertingkah-laku, menghadapi cobaan, menyelesaikan masalah, ITULAH yang harus dilakukan penulis terhadap tokoh untuk menunjukan penokohannya semaksimal mungkin.
Bukan malah menjabarkan sifat-sikap tokoh itu dengan format biodata di awal, kemudian tingkah-lakunya sepanjang cerita malah berbanding terbalik dengan apa yang tercantum di dalam biodata.
WRONG!
"Di angkat dari Kisah Nyata"
Hanya ibucc-ibucc dan bapacc-bapacc yang masih semangat 45 jika novel mempunyai embel-embel "Kisah Nyata". Sebab memang cerita bertema rumah tangga yang berusaha menarik simpati pembacanya lewat penderitaan si tokoh utama. Tentu saja simpati itu akan hilang jika segala penderitaan tokoh ternyata cuma fiksiBUT!!!
Bukan berarti cerita seperti itu jelek, Y'know ... hanya saja cerita yang memiliki embel-embel seperti itu sebagian besar terasa dangkal dan terlalu berpegang teguh pada kesedihan sehingga cerita di dalamnya malah tidak terlihat 'nyata' sama sekali.
Intinya suguhkan dulu cerita menarik, dengan begitu pembaca tidak akan peduli apakah kisah tersebut nyata atau fiksi.
Penututup
Pepatah mengatakan "Setiap orang memulai sesuatu dari bawah" Jika kalian pernah atau masih menggunakan pembuka-pembuka seperti di atas bukan berarti kalian penulis gagal atau tulisan kalian jelek atau hal-hal negatif lain. Masih banyak waktu untuk belajar menjadi lebih baik untuk kita semua.
Bahkan contoh-contoh di atas bisa jadi menarik di tangan-tangan kreatif. Sekali lagi, EKSEKUSI adalah segalanya, setelah itu serahkan pada selera, maka kalian bisa membuat pembukaan novel semaksimal mungkin.
Nah, segitu dulu untuk hari ini. Entah kapan aku akan kembali, semangat membacaku rada brekele minggu ini.
Sampai jumpa di hari lain ^o^/
Comments
Post a Comment