Lupus : Reborn 5 in 1


Judul : Lupus Reborn 5 in 1

Penulis : Hilman Hariwijaya

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 9789792296419

Tebal : 400 Halaman

Blurb :

"Im, seumpama di tengah jalan begini kita nemu kotoran kebo, mau nggak kalo dibagi dua?” cetus Lupus tiba-tiba.

“Enak aja. Nggak mau dong!”

“Wah, lo serakah dong kalo gitu. Mau dimakan sendiri!”

Boim bengong. Lemot dia! Anak-anak lain terbahak-bahak.

Inget Lupus, kan? Cowok SMA Merah Putih yang terkenal cute? Nah, penulis Lupus yaitu Hilman, me-rewrite-nya dalam “penampilan” baru. Di dalam Lupus 5 in 1 ini banyak tingkah gokil Lupus, Boim, Gusur, and the gank yang bikin kalian nyengir-nyengir kuda. Cekidot lah yaw!

Lupus 5 in 1:
  • Tangkap Daku Kau Kujitak
  • Cinta Olimpiade
  • Makhluk Manis dalam Bis
  • Tragedi Sinemata
  • Topi-Topi Centil
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Fenomena Reborn dan Remake

Hellow kuucapkan untuk Pembaca Budiman yang berseri-seri ^o^/

Satu dekade belakangan ini, media-media lokal maupun internasional dipenuhi oleh fenomena Reborn dan Remake. Katakanlah film-film klasik Disnep seperti Pinnocchio, Beauty and The Beast, Dumbo, Little Mermaid, dan banyak lagi. Perfilman lokal pun tak mau kalah membuat Reborn dan Remake seperti Warkop DKI, Pengabdi Setan, dan yang terbaru ini Suzzanna.

Remake dan Reborn sejatinya dua hal berbeda, tapi secara teknis juga tak jauh berbeda. Intinya mengambil ide original yang sudah ada, lalu membuat versi baru berdasarkan premis yang sama (Remake), atau membuat premis dan cerita baru berdasarkan ide original tersebut (Reborn). Makanya, Reborn dan Remake bisa jadi hit or miss.

Dikatakan berhasil kalau Remake atau Reborn tersebut menampilkan hal baru, sekaligus tidak melenceng dari ide original. Sebaliknya, kalau Remake dan Reborn tidak memberikan hal baru, tentu saja akan terkesan malas. Apa lagi kalau melenceng jauh dari ide original. Wah, wah, wah ... banyak orang akan tersinggung, terutama fans garis keras ide original.

Sayangnya ... melihat fakta di lapangan, Remake dan Reborn lebih sering Miss daripada Hit. Walhasil menimbulkan banyak perdebatan dan kekecewaan. Nah, ternyata eh ternyata, dunia pernovelan pun tidak mau kalah dalam fenomena ini.

MEMPERKENALKAN LUPUS REBORN!!! (jeng .. jeng ....)

Akui saja, Lupus merupaka ikon remaja tahun 80an, siapa pun yang mendnegar nama Lupus pasti langsung memikirkan jambul, permen karet, majalah Hai, dan Indonesia jaman jadul. Tanya ibu-bapak kalian sekarang juga tentang Lupus, maka mereka akan langsung bicara panjang lebar tentang betapa indahnya masa SMA. (Ekhem ... barang kali itu cuma mamaku).

Intinya, aku dibuat rada pesimis saat ikon sebuah zaman dilahirkan kembali, tapi diberikan bumbu-bumbu modern supaya lebih cocok untuk pembaca zaman now. Itu kedengaran seperti Disnep saat mereka mengatakan “fOr MoDeRn AuDiEnCe” pada film-film Remake mereka, yang sudah pasti berujung gatot!

Aku ... merasa sedikit tersinggung, sedikit bingung, dan banyak TIDAK TERIMA!

Sebab satu hal yang unik dari Lupus adalah betapa relate nuansa dalam cerita itu pada zamannya, alias 30 tahun lalu! Bagaimana mungkin bisa dijadikan modern, kalau ‘nostalgia’ memang sesuatu yang membuat Lupus istimewa? Tapi oh tetapi, kita tidak boleh menilai sebelum membaca, jadi mari kita jelajahi Lupus Reborn ini.

Dari segi sampul ... sangat Red Flag! Ilustrasinya lucu, tapi kenapa rambut Lupus begitu? Kenapa Lulu wujudnya begitu? Kenapa ada anjing pakai kaca mata 3D? Kenapa latar belakangnya rame bener? Kenapa ... Oh, mari kita mulai saja!

B. Plot

Novel ini menggabung lima seri Lupus menjadi satu, itu sebabnya ada embel-embel 5 in 1 macam iklan blender di Tv Shopping. Nah, harus aku wanti-wanti juga kalau "modern" yang dimaksud novel ini adalah tahun 2013, yang berarti untuk tahun 2023 sama saja jadul, h3h3 ... Sekadar mengingatkan, 2013 itu sepuluh tahun lalu. (APA!!!)

Namun, 1980 ke 2013 berjarak 26 tahun. Dua dekade lebih telah berlalu, zaman berubah, tradisi remaja berganti, dan pergantian zaman itulah yang menjadi inspirasi utama dari terbitnya Lupus Reborn. Mengganti beberapa slang dan kultur, K-POPisasi dunia hiburan, internet dan sosial media ditambahkan, supaya relate pada pembaca modern.

Pertanyaannya, apakah itu berhasil?

Sayang beribu sayang, aku pribadi harus menjawab tidak. Gaya bahasa Lupus Reborn masih terbilang unik, POV3 yang sedikit terkontaminasi dengan POV1, walhasil sering terjadi breaking the fourth wall. Untungnya, Sudut pandang yang terkontaminasi itu digunakan sebagai media komedi sehingga pemakaiannya cocok.

Beberapa jokes juga masih membuat terkekeh, kadang bikin ngukuk juga. Hanya saja jokes-jokes itu murni bawaan dari Lupus Original, jadi aku tidak akan menghitungnya sebagai kelebihan di Lupus Reborn. Sesunggunya, satu hal yang paling aku sayangkan dari Reborn ini adalah Plot Hole.

Sekali lagi, akibat perbedaan zaman beberapa hal jadi tidak masuk akal, atau efek yang ditimbulkan tidak sedalam versi Lupus Original. Misalnya saat kencan pertama Lupus dan Poppi yang berujung gagal akibat Lupus tidak tahu alamat rumah Poppi, dan lupa menanyakannya.

Di versi original, dengan minimnya media komunikasi jarak jauh, hal ini sangat masuk akal. Rasa kesal Poppi (dan kita para pembaca) pada Lupus bisa termaafkan sebab kita bisa ikut bersimpati pada Lupus. Versi Reborn di sisi lain ... Dengan adanya internet, terutama sosial media, affah iyah Lupus tidak bisa sedikit saja berusaha mencari alamat Poppi?

Ya, dia bilang tidak sempat menanyakan nomor HP Poppi. BUT!!! Kalian sudah punya Twittah dan Pesbuk, Poppi dan Lupus pun digambarkan aktif pada sosmed tersebut. Terutama Poppi yang bahkan sering membuat postingan saat sedang galau. Lupus, YOU CAN DO ONE THING! INI BUKAN TAHUN 80AN LAGI!!! Itu yang pertama ....

Kedua, masalah jambul Lupus. Seperti yang kubilang, saat mendengar kata 'Lupus', otak kita pasti langsung memikirkan jambul dan permen karet. Sayangnya, dua hal tersebut (terutama jambul) memanglah ciri khas tahun 80an, yang tentunya tidak akan relate di zaman sekarang. Maka, apa yang penulis lakukan di Lupus Reborn?

Rambut Lupus di sini tidak bermodel jambul, melainkan berponi panjang "ala personel K-POP". HA??? Ya, sebenarnya bukan masalah ... hanya saja untuk seterusnya rambut Lupus sering disamakan dengan jambul Syahrini, dan itu artinya rambutnya tetap berjambul. HA???

Anggaplah rambut Lupus bermodel seperti ilustrasi di cover, MANA JAMBULNYA??? Kenapa disamakan ama jambul Syahrini??? Kalau misalnya disamakan dengan poni Andika Kangen Band mungkin masih masuk akal, tapi kalau Syahrini, tandanya penulis lupa seperti apa rambut Lupus seharusnya. Apakah tetap ingin berjambul, atau ingin jadi berponi panjang? Itu kedua ....

Ketiga masalah Plot Hole akibat perbedaan zaman adalah referensi kendaraan umum. Ciri khas Lupus yang lain, adalah dia suka sekali menggoda cewek di transportasi umum, terutama bus. Pokoknya, banyak sekali referensi transportasi umum di Lupus Original. Sayangnya ... bus seperti Kopaja dan Metromini rasanya sudah tidak eksis lagi di tahun 2013. Sebagian besar sudah berpindah ke TransJakarta.

Jadi, ketika novel ini menceritakan keluh kesah penumpang bus, misalnya harus membungkukkan badan akibat atap bus rendah, atau kenek bus yang berkeliling meminta ongkos. Semua itu sudah kurang relate pada remaja zaman now. Beberapa mungkin relate terutama di wilayah yang masih memiliki bus, tapi untuk wilayah Jakarta secara spesifik, hal-hal itu sudah bukan lagi referensi populer.

Keempat, referensi lain-lain seperti remaja cowok merayu remaja cewek dengan iming-iming motor. Di tahun 80an, motor memang sangat langka, jadi punya motor = keren masih berdampak besar. Sedangkan di tahun 2013 yang sejatinya motor sudah seperti kacang goreng, merayu dengan motor rasanya sudah kurang efektif.

Kecuali merk motornya dibuat lebih spesifik seperti Naruto, ekhem ... maksudku Tinja. Maksudku ... Kalian pasti tahu maksudku!!!

Jujurlly, aku tidak keberatan dengan sisipan K-POP, gossip artis, serta kartun-kartun "kekinian" dalam Lupus Reborn. Sayangnya, sisipan itu benar-benar cuma tempelan. Berbeda dari Lupus Original yang setiap referensi punya semacam komentar, sindiran, bahkan kritik. Jadi ketahuan, "modernisasi" yang disajikan novel ini benar-benar cuma tempelan, tanpa observasi lebih lanjut.

Mungkin itulah beberapa keluh kesahku yang paling signifikan di novel Lupus Reborn. Keistimewaan yang hilang akibat perubahan zaman. Pada akhirnya Lupus Reborn jadi terasa seperti teenlit-teenlit picisan di luar sana. Lebih buruk lagi, Lupus tidak memiliki unsur intrinsik novel yang konkret, dalam artian tidak memiliki alur, tidak ada perkembangan tokoh, serta premis yang acak.

Well, Lupus Original pun memang terasa seperti kumpulan cerpen yang kadang berkesinambungan, kadang tidak. Namun, sekali lagi, Lupus Original punya keistimewaan dari segi latar sehingga saat latar itu diubah, keistimewaan novel ini pun ikut berkurang.

C. Penokohan

Lupus. Mulanya aku tidak menyadari ini, tapi ... LUPUS IS AN A-HOLE! Dia playboy, genit, licik, jail, matre, perhitungan, di satu kesempatan dia bahkan jadi tukang buli. Namun, entah kenapa narasi dalam novel ini mengabaikan semua sifat buruk itu, dan hanya menggembar-gemborkan sifat baik Lupus.

Misalnya, saat Lupus bertindak baik, narasi tidak akan pernah lelah memujinya. Narasi akan menyebut lagi dan lagi satu kebaikan kecil itu supaya pembaca tidak lupa. Nah, gilliran Lupus berbuat buruk, narasi akan pura-pura gak liat. Gak pernah sekali pun narasi menyinggung keburukan tersebut. Seolah-olah Lupus tidak pernah melakukannya.

Why is that? Tidak terhitung berapa kali aku memikirkan Poppi, merasa kasihan padanya setiap kali Lupus menggoda cewek lain. Tapi apakah Lupus juga memikirkan Poppi? NOOO!!!

Di sisi lain aku memahami sifat Lupus yang seperti itu. Terkesan realistik untuk sebagian remaja-remaja seusianya. Ayolah ... remaja-remaja cowok yang dewasa dan setia cuma ada di fiksi Watpat. Ekhem ... bukan berarti SEMUA COWOK bersifat seperti Lupus, tapi sebagian besar, h3h3 ....

Lulu. Aku tidak akan terang-terangan bilang bahwa Lulu adalah Lupus versi cewek, karena novel ini bukan tentang Lulu. Namun, sifat Lulu memang 11-12 sama Lupus setiap kal ada di cerita. Jujurlly, aku sangat menyukai Lulu, sebab cuma Lulu yang bisa menandingi sifat ngeselin abangnya. Cuma Lulu yang bisa bikin Lupus "kalah" atau "ngalah", dan aku senang melihat Lupus tidak menang SEKALI SAJA!

Boim. Mendapat sebutan Playboy Duren Tiga, Boim sering menggoda dan berusaha memacari cewek cantik mana pun, tapi sayang fisiknya tidak mendukung untuk itu. Ekhem ... sebenarnya Boim dan Lupus tidak jauh beda soal ke-playboy-an, tapi Boim selalu menjadi bulan-bulanan. Apa karena Boim tidak Gud Luking? I don't like that at all. BOTH OF YOU SUCC!!!

Gusur. Dia punya ciri khas bicara dengan diksi berpujangga. Itu sangat menghibur untuk beberapa alasan. Aku pikir demi modernisasi, dia malah dibuat berbahasa alay tahun 2010-2013, dan malah menjadikan penokohannya super cringe! Ternyata tidak, fyuhh! Untuk sifat sih, tidak jauh beda sama Boim dan Lupus, hanya saja Gusur selalu jadi bahan guyonan.

Poppi. Tentu saja dalam se-fruit novel kita harus punya the main love interest. Poppi merupakan anak cantik kaya-raya yang entah kenapa kesengsem banget sama Lupus. Aku sangat mendukung hubungan Lupus dan Poppy sebab mereka punya beberapa momen UwU. Sayang beribu sayang, Lupus adalah seorang A-hole!

D. Dialog

Satu hal yang aku syukuri dari novel ini masih dialognya. Untuk beberapa hal, dialog novel ini tidak berubah dari versi original. Memang terkadang ada selipan-selipan modern seperti K-Pop (sangat sering), atau media sosial (Twittah). Akan tetapi, susunan kalimat, serta logat yang disajikan tidak bisa dibohongi. Ini bukan dialog anak-anak tahun 2013.

Mungkin karena si penulis juga sudah tidak up to date dengan cara bicara anak-anak zaman sekarang, bahasa yang belio gunakan saat berusaha modern malah terasa tidak natural. Contoh saja selipan-selipan bahasa Inggris yang tidak lumrah digunakan remaja-remaja tahun segitu. Jatuhnya malah jadi Bahasa Kentut, kalau kata orang-orang mah!

Jadi aku bingung ... dialog novel ini bagus saat mengambil langsung dari versi original, dan malah cringe setiap kali berusaha jadi modern. Pada akhirnya versi original tetap lebih unggul. Tentu saja.

E. Gaya Bahasa

Kasusnya persis seperti segmen Dialog. Saat penulis berusaha menjadi modern, kualitasnya malah turun drastis. Sekali lagi, perubahan zaman sangat memengaruhi. Sekalipun penulis melakukan riset, mempelajari, dan memantau gaya bahasa remaja zaman now, pada akhirnya belio tidak mengalaminya sendiri, pada akhirnya tetap ada perbedaan.

Bahkan, mulai dari halaman 250 aku melihat penulis lupa bahwa dia harus berusaha jadi modern. Gaya bahasa di bagian itu benar-benar Lupus Original, belio bahkan lupa kalau di tahun 2013 sudah tidak ada lagi papan tulis kapur, setidaknya di Jakarta. So ... apakah modernisasi ini adalah ide bagus? Sayangnya tidak.

F. Penilaian

Cover : 2

Plot : 2,5

Penokohan : 2

Dialog : 3

Gaya Bahasa : 2,5

Total : 2,8 Bintang

G. Penutup

Lupus Reborn, sayangnya harus kukatakan Miss, sebab novel ini malah menghilangkan hal-hal yang menjadikannya istimewa. Lupus yang seharusnya menjadi ikon, malah berujung picisan, bahkan tidak jelas juntrungannya, lantaran novel ini pun tidak menyajikan unsur intrinsik yang konkret.

Semoga dari Lupus Reborn ini, tidak ada lagi percobaa-percobaan modernisasi pada sesuatu yang sudah sejatinya menjadi legenda. Let them be ... Let's make another one gitu lho. Jangan malah mengambil karya yang sudah ada dan melegenda, terus diutak-atik sambil memasukkan ideologi-ideologi tertentu di dalamnya.

Aku bicara padamu Disnep!!!

Nah, segitu dulu pembahasan Lupus hari ini. Sebenarnya sudah lama aku ingin membaca dan mereview Lupus Reborn, hanya saja aku berhenti membaca saat tahu ikun jambul Lupus malah diganti rambut ala Korea WHAT THE HEEL IS THAT EVEN MEAN??? Tapi akhirnya aku berhasil, dan aku senang.

Sampai jumpa di review berikutnya ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Sky Academy