AI Membuat Ulang Ceritaku, dan Hasilnya ....

Robot Menguasai Dunia

Ah, AI ... kalian membencinya atau mencintainya, yang jelas keberadaan AI adalah bukti kemajuan zaman, serta kecintaan manusia kepada hal-hal instan. Memperjelas posisi manusia sebagai puncak piramida sehingga robot diciptakan untuk mempermudah urusan sehari-hari, terutama di bidang kreatifitas dan ilmu pengetahuan.

Di dunia tulis-menulis sendiri, posisi AI jelas menimbulkan pro-kontra. Di satu sisi AI bisa membantu penulis dalam mengembangkan plot, mencari referensi dan inspirasi, membuat prompt, menentukan jadwal, riset, bahkan meningkatkan produktifitas.

Namun, di lain sisi AI bisa membunuh kreatifitas, mendangkalkan imajinasi, bahkan beberapa oknum menggunakan AI supaya kuantitas menulisnya bertambah tanpa harus berkerja keras, dan tentu saja tanpa memikirkan kualitas.

Aku pribadi tidak pernah menggunakan AI untuk mengembangkan Plot ceritaku, lantaran apa pun yang ditulis AI tidak pernah memuaskan hasratku untuk unsur-unsur sebuah cerita. Entah dari segi penokohan, konflik, tema, ending, atau hal-hal intrinsik lain. Kami bertentangan sepanjang waktu!

Tapi eh tetapi, aku suka meminta pendapat AI tentang penggalan cerita atau ide cerita yang kubuat. Katakanlah aku menggunakan AI sebagai kritikus pribadi. Meskipun kritikan si robot juga seringnya tidak memuaskan. Kritikan AI kupikir terlalu lembut, terlalu memuja-muji dan tidak jujur.

AKU BUTUH KRITIK JULID!!!

Satu lagi hal yang sering kulakukan berdua saja dengan AI (iykwim) adalah menyuruhnya membuat versi lain dari cerita-cerita yang kubuat, dan membandaingkannya dengan punyaku sendiri. Sistemnya adalah, memberikan premis atau blurb ceritaku pada si robot, lantas menyuruhnya mengembangkan premis tersebut.

Terkadang hasilnya awikwok, tidak masuk akal, dan penuh plot hole sehingga aku merasa superior sebagai manusia. Namun, tak jarang juga ide-ide AI begitu brilian sampai muncul perasaan iri-dengki dalam hatiku, kenapa aku tidak bisa terpikir ide-ide itu sebelumnya!

Beginilah cara AI membuat ulang cerita-ceritaku yang pada dasarnya sudah masterpiece (plak).

Phillip and Lillian : Dongeng yang Belum Tamat

Blurb Versi Original

Sebagian dongeng memiliki akhir bahagia, sebagian lagi kurang beruntung dengan akhir yang tragis. Namun, ada pula dongeng-dongeng yang tidak pernah berakhir sama sekali.

Sebut saja Pangeran Mahkota yang tidak pernah dinobatkan menjadi Raja, seorang adik yang mengejar balas dendam semu, Putri Teratai yang tidak pernah menjadi bunga teratai, serta kakak beradik yang dibuang tanpa remah roti.

Lama bertualang tanpa kepastian, dongeng-dongeng tersebut dipertemukan oleh takdir. Berjuang bersama dalam satu kubu, melawan satu musuh yang sama, serta berusaha mendapatkan akhir bahagia.

Menurutku pribadi, Blurb di atas sudah memenuhi unsur-unsur yang wajib ada pada blurb, yaitu membuat penasaran. Ide dari "Dongeng yang belum tamat" jelas menimbulkan pertanyaan 5W1H. Ditambah penjabaran konteks setiap dongeng yang terlibat hanya menggunakan satu kalimat, memberikan efek kepo kepada pembaca.

Intinya, bagiku pribadi blurb cerita ini sudah layak, meskipun bukan yang terlalu masterpiece. Tapi eh tetapi, mari kita lihat bagaimana AI mengembangkan blurb ini menjadi lebih "barokah".

Blurb Versi Robot (Panjang)

Di dunia dongeng yang dipenuhi dengan akhir bahagia dan tragedi, ada kisah-kisah yang tetap menggantung di antara masa lalu dan masa depan, seperti benang-benang yang belum terikat menjadi cerita utuh.

Pangeran Mahkota, seorang pewaris takhta yang berjuang dengan bayang-bayang takhta kerajaan yang selalu menghindarinya. Dia tidak pernah mencicipi kekuasaan yang dijanjikan dan terperangkap dalam ketidakpastian, mengarungi samudera rintangan untuk membuktikan haknya sebagai penguasa yang sah.

Di tengah keramaian, adik bungsu yang penuh dendam merajut jaring-jaring tipu muslihat. Dia mengejar balas dendam yang sebenarnya tak pernah terjadi, membawa kegelapan yang mempengaruhi tak hanya dirinya, tetapi juga kehidupan yang ada di sekitarnya.

Putri Teratai, wanita yang dilahirkan dengan kecantikan yang memikat dan hati yang berkarat, mengalami nasib yang berlawanan dengan namanya. Terperangkap dalam rumah tangga yang penuh kepalsuan, dia berusaha mengembalikan kilau kehidupan yang hilang, membebaskan diri dari belenggu yang memudarkan dirinya seperti bunga teratai yang tenggelam di air.

Kakak beradik, terbuang tanpa dosa, berjuang untuk bertahan hidup dalam dunia yang tak kenal belas kasihan. Mereka berdua adalah saksi bisu atas ketidakadilan yang melanda, dan takdir menggiring mereka untuk menemukan kebenaran dan keadilan.

Namun, nasib mereka yang tak terikat akhirnya dipertemukan oleh takdir yang rumit. Berdampingan dalam kegelapan, mereka menemukan bahwa musuh yang sama merajut benang kisah mereka. Menyatukan kekuatan, mereka berjuang melawan kegelapan yang mengancam untuk mengambil alih dunia dongeng.

Dengan tangan mereka yang sebelumnya tak terhubung, mereka menumpahkan cahaya dalam gelap, merangkai benang-benang keberanian dan pengorbanan untuk menggapai akhir yang mungkin tak lagi bahagia, tetapi penuh dengan arti.

Hal paling pertama yang tidak barokah dari versi AI adalah jumlah kata yang sepanjang kenangan. Blurb tidak seharusnya sepanjang itu, karena posisinya akan ada di belakang novel, atau di deskripsi cerita yang seringnya memakai batas kata maksimal.

Kedua, bertele-tele. Coba lihat betapa banyak konjungsi dalam blurb buatan AI, padahal trik membuat kalimat sederhana sangatlah mudah. Ingin paragraf singkat-padat-jelas = hindari terlalu banyak konjungsi. Kekurangan ketiga adalah terlalu banyak kalimat atau kata filler, alias tidak penting. Keempat, kalau dilihat-lihat blurb versi ini tidak akan cocok untuk keseluruhan cerita nantinya.

Nah, tapi versi AI juga memiliki kelebihan dari sisi lebih dramatis, banyak kalimat metafora, lebih detail dan tidak rancu. Bahkan, beberapa ide dari si AI ingin kupakai dalam blurb original buatanku. Sementara itu, aku juga minta si robot membuat versi lebih singkat-padat-jelas. Marilah kita tengok hasilnya ....

Blurb Versi Robot (Pendek)

Dongeng-dongeng tiada akhir, di tengah dunia dengan bahagia dan tragedi. Pangeran Mahkota tak dinobatkan, adik mengejar dendam khayalan, Putri Teratai tak pernah mekar, dan kakak beradik dibuang tanpa harapan. Bertualang tanpa arah, takdir merajut jalan bersama. Bersatu dalam perjuangan dan menentang musuh bersama, akhir bahagia menjadi impian yang tak pernah sirna.

Satu kata ... AWIKWOK. Makna dan tujuan dari blurb versi ini sudah melenceng jauh dari versi original. Juga akan berbeda jauh dari cerita originalnya. Aku akan pura-pura versi ini tidak pernah dibuat. Let's moving on!

Goldwind Family

Versi Original

Lima anak keturunan penguasa Goldwind yang masing-masing memiliki kemampuan istimewa. Maxim, Lucas, si kembar Finn dan Quinn, dan Felix. Jangan mengharapkan anak-anak terpelajar yang paham arti sopan dan santun. Karena kelima anak ini justru kebalikannya.

Oke, jujurlly ... aku memang asal-asalan saat membuat blurb Goldwind Family. Aku tidak pernah puas dengan blurb ini, dan jelas sangat butuh perbaikan. Namun, untuk beberapa alasan (malas) belum juga kulakukan. Menurutku blurb ini brekele, udah itu aje!

Mari kita lihat apakai robot kesayangan kita bisa memperbaiki blurb alakazam ini?

Versi Robot

Di kerajaan Goldwind, tak ada yang mengira bahwa lima anak keturunan penguasa, Maxim, Lucas, dan si kembar Finn serta Quinn, dan Felix, akan membawa warna dan kekacauan dalam lingkungan bangsawan yang kaku.

Mereka masing-masing diberkahi dengan kemampuan istimewa yang luar biasa, namun kepribadian mereka jauh dari citra aristokrat yang tenang dan sopan. Kemampuan mereka seperti angin segar yang melintas di tengah hutan kuno, memecah kebiasaan dan menghadirkan kejutan tak terduga.

Maxim, pangeran tertua dengan kekuatan mengendalikan api, lebih suka menghidupkan api unggun pesta dengan ledakan cemerlang daripada menunjukkan penghormatan kepada tamu-tamu kerajaan. Lucas, dengan kemampuan meramal masa depan, kerap menggunakan wawasannya untuk bercanda dan membuat orang lain bingung.

Si kembar, Finn yang bisa mengubah bentuk dan Quinn yang bisa berbicara dengan hewan, sering menciptakan intrik dengan berpura-pura menjadi satu sama lain di tengah kerumunan, membingungkan siapa pun yang berani mendekat. Sementara Felix, pangeran termuda dengan kemampuan mengubah benda menjadi emas, lebih suka mengubah barang-barang sehari-hari menjadi karya seni emas yang tak terduga.

Mereka berlima seperti badai yang melintas dalam istana, merubah aturan main dan menjadikan kehidupan sehari-hari lebih berwarna, meskipun sering kali meninggalkan kekacauan di belakang. Namun, ketika ancaman gelap muncul dan mengancam keamanan kerajaan, kelima anak ini harus meletakkan perbedaan-perbedaan mereka dan menggabungkan kekuatan mereka yang unik.

Hal pertama yang kukatakan saat membaca blurb versi ini adalah ... NOOOO, KENAPA LEBIH KEREN DARI PUNYA GUWEH!!!

Dengarkan dulu! Dari segi efisiensi memang masih terlalu panjang dan bertele-tele. Blurb versi ini juga tidak nyambung sama sekali dengan anak-anak Goldwind dalam ceritaku. Kemampuan khusus mereka berbeda, kenakalan dan sifat mereka juga berbeda jauh.

But dam! Ini bahkan ide yang jauh lebih keren, pastinya akan kubaca jika benar-benar menjadi novel atau serial fantasi. Kenakalan lima anak Goldwind lebih tergambarkan jelas, cocok dengan kemampuan khusus mereka. Ada janji-janji konflik, kegelapan, segala macam sehingga pembaca bisa penasaran.

Aku jelas akan mengutak-atik blurb versi original, menggunakan versi ini sebagai referensi. THANK YOU ROBOT!

Cynthia the Candy Addict

Versi Original

Saat tubuhmu mengandung terlalu banyak gula, darahmu akan sekental madu, mengalir lamban melewati urat dan nadi. Kulitmu dipenuhi bercak tak biasa, kau mendapatkan warna mata baru yang tak orang lain miliki. Cantik, tapi menakutkan. Tanpa rasa sakit, tanpa air mata. Rona kulitmu tak lagi kemerahan, rambutmu tak lagi berwarna cerah. Saat seluruh dunia menjauh, kau akan tahu siapa yang benar-benar tulus.

Ekhem, niat awalku untuk blurb Cynthia adalah puisi berdiksi mendayu yang menciptakan nuansa creepy, disturbing, tapi juga menyedihkan. Namun, rasanya niat itu gagal sebab aku TIDAK JAGO PUISI! Kalau tetap keukeuh bikin puisi, ujung-ujungnya malah terasa maksa.

Nah, mari kita lihat apakah AI bisa membuat yang lebih baik dari ini?

Versi Robot

Dalam dunia yang penuh misteri, terdapat kutukan yang tak terlihat, mengubah seseorang menjadi makhluk yang aneh dan unik. Ketika gula dalam tubuh mengalir deras seperti sungai madu, darah terasa sekental, mengalir pelan melalui urat dan nadi. Kulitnya dipenuhi dengan bercak yang tak terduga, menciptakan pola aneh yang sulit dimengerti.

Namun, di tengah keanehan ini, terbitlah kecantikan yang luar biasa. Mata baru yang tak pernah dilihat orang sebelumnya, menghiasi wajahnya dengan keindahan yang memikat namun juga menakutkan. Mungkin tak ada rasa sakit atau air mata, tetapi semua perubahan ini datang dengan harga. Rona kulit yang dulu kemerahan, kini memudar, dan rambut yang pernah cerah, kini tampak pudar.

Di saat dunia berbalik menjauhinya, dan orang-orang memilih untuk menghindar, seseorang masih tetap bersedia mendekat. Mungkin hanya satu atau dua yang benar-benar tulus mencintainya, yang memahami perubahan yang terjadi, dan tidak berpaling ketika semua tampak berubah. Dalam kegelapan dan kesepian, dia menemukan cahaya dalam bentuk cinta yang tak pernah ia duga.


Lagi-lagi kepanjangan dan bertele-tele, lagi-lagi tidak efisien karena terlalu banyak konjungsi dan filler. Lagi-lagi blurb yang tidak nyambung sama sekali ke cerita utama. Aku tidak suka versi ini, dan aku juga akan pura-pura tidak pernah melihatnya, selamanya!

Kesimpulan

Robot memang bukti perkembangan zaman, digadang-gadang menjadi kecanggihan teknologi yang tabercela. Namun, aku belajar bahwa robot tidak akan pernah menandingi kreatifitas manusia. Membantu mendorong kreatifitas masih mungkin, tapi menggantikan, jelas mustahil.

Manusia punya milyaran sel dalam satu otak yang masing-masing punya pergerakan serta pemikiran sendiri, apakah robot bisa menandingi itu? NEVER! Apa pun yang dihasilkan robot, entah baik atau buruk, bagus atau jelek, pada akhirnya datang dari manusia juga.

Robot mengambil referensi dari manusia, dan manusia mengambil referensi dari robot. Begitulah dunia modern dalam kulit kacang! Nah ... segitu dulu pembahasan kali ini. Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari postingan hari ini? TIDAK ADA!

Samai jumpa di kesempatan berikutnya ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Sky Academy