Kita Pergi Hari Ini


Judul : Kita Pergi Hari Ini

Penulis : Ziggy Zezsyazeoviennazabriszkie

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 9786020657479

Jumlah : 192 Halaman

Blurb :

Mi dan Ma dan Mo tidak pernah melihat kucing seperti Nona Gigi. Tentu saja, mereka sudah pernah melihat kucing biasa. Tapi Nona Gigi adalah Kucing Luar Biasa. Kucing Luar Biasa berarti kucing yang di luar kebiasaan. Nona Gigi adalah Cara Lain yang dinantikan oleh Bapak dan Ibu Mo untuk menjaga Mi, Ma, dan Mo ketika keduanya keluar rumah mencari uang. Sebab di Kota Suara, semua uang yang tersedia di dasar laut sudah diambil oleh para perompak, uang di bawah tanah diambil oleh para perampok, dan uang di ranting pohon diambil oleh pengusaha kayu yang jahat.

Nona Gigi mengajak Mi dan Ma dan Mo dan Fifi dan Fufu—anak kembar Tetangga Baru bertualang mengunjungi tempat-tempat indah. Mereka naik Kereta Air, bertemu Kolonel Jagung, bermain di Sirkus Sendu, dan menyaksikan kemegahan Kota Terapung Kucing Luar Biasa.

Kita pergi hari ini. Ke tempat-tempat indah dalam mimpi-mimpi anak-anak baik-baik.
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Sampul Paling Imut Abad Ini!

Pembaca Budiman oh Pembaca Budiman ... ketahuilah bahwa aku sering menemukan sampul novel bagus dari berbagai style gambar, berbagai genre, dan berbagai jenis buku. Dari mulai klasik sampai modern, simple sampai penuh, ilustrasi realistik sampai anime-ish. Namun, percayalah kalian kalau aku TIDAK PERNAH menemukan sampul buku seimut ini.

Demi Neptunus, demi Poseidon! Sampul novel ini adalah perpaduan dari klasik, simple, ilustrasi, realistik, tapi kartunis, yang mana semua itu adalah aspek-aspek kesukaanku. Maksudku, lihatlah pemandangan itu, perpaduan warna itu, pemilihan font itu, tata letak itu. Perfecto!

Dan ilustrasi anak-anak itu, dengan pakaian-pakaian unyu old-school itu, rambut-rambut berwarna-warni kiyuut itu, BAYI YANG MERANGKAK ITU!!!! Oh, mereka seolah menyerukan, "Beli kami, Impy! Kami sangat kiyuut dan unyu dan UwU, kamu pasti menyayangi kami."

I will ... I will ma Beybeh! Aku akan beli kalian sepuluh! Dua puluh! Tiga ratus! Lima ribu enam ratus tiga puluh tiga! Satu juta dua puluh ribu enam ratus dua puluh empat! Bohong, deng, aku cuma beli satu, h3h3. Aku membelinya di Gramedia online, yang mana membutuhkan waktu SATU MINGGU LEBIH untuk sampai ke tujuan!

Gramedia, please ... I love you, tapi itu terlalu lama untuk jasa pengiriman. Aku bahkan lupa kalau sedang pesan buku! But at last! Aku mendapatkan buku ini, dan aku sangat bahagia menatap sampulnya yang super-duper unyu. Ditambah Mbacc Penulis yang memang sudah lama karyanya ingin kubaca.

Belio terkenal dengan karya-karya yang terbilang dark, dan aku memang menemukan beberapa karya belio dalam seri Fantasteen. Tapi semua pembaca Review Impy tahu apa pendapatku tentang Fantasteen, dan karya belio adalah salah satu dari seri Fantasteen yang tidak pernah aku selesaikan. Entahlah, kayak bukan tipeku gituh.

Nah, untuk novel ini pun banyak review mengatakan kalau jangan tertipu dengan sampulnya yang UwU dan unyu, sebab isi novel ini dark parah. Affah iyah? Marilah kita langsung bahas saja novel Kita Pergi Hari ini.

B. Plot

Kita diajak berkenalan dengan Bapak dan Ibu Mo yang memiliki tiga anak. Mi si Sulung Mo, Ma Anak Kedua Mo, dan Mo yang Paling Kecil Mo. Ya, itu nama panjang mereka, jadi harap dihargai dan jangan kebingungan. Keluarga Mo tinggal di Kota Suara, dinamai Kota Suara, karena kota itu sangat bising akibat terlalu banyak anak-anak.

Kehidupan di Kota Suara bisa dibilang makmur, tapi belakangan ini Kota Suara sedang kekurangan uang, sebab uang di laut diambil perompak, uang di bawah tanah diambil perampok, dan uang di pohon diambil penguasah kayu jahat. Memiliki tiga anak dalam kondisi tersebut membuat Bapak dan Ibu Mo kesusahan dalam keuangan.

Maka dari itu, mereka harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan uang, tapi itu membuat mereka harus meninggalkan anak-anak, dan meninggalkan anak-anak adalah perilaku tak terpuji bagi orang tua. Mau tidak mau, Bapak dan Ibu Mo harus punya pengasuh. Tapi eh tetapi, untuk punya pengasuh, mereka juga harus punya banyak uang, sedangkan mereka tidak punya uang.

Bapak dan Ibu Mo pun terpikir Cara Lain, yaitu Kucing (dengan kapital, bedaklan dengan kucing tanpa kapital) bernama Nona Gigi. Nona Gigi adalah Kucing yang istimewa, dia punya keranjang piknik berisi makanan-makanan lezat, dia punya cara tersendiri menangani anak-anak Mo, dan dia berasal dari  Kota Terapung Kucing Luar Biasa.

Anak-anak menyukai Nona Gigi meskipun terkadang Nona Gigi berbicara dengan judes, dan senyumnya misterius. Suatu hari, Keluarga Mo berkenalan dengan Keluarga yang punya Anak Kembar bernama Fifi dan Fufu, yang kemudian juga bermain bersama Nona Gigi, yang kemudian mengajak mereka jalan-jalan ke Kota Terapung Kucing Luar Biasa.

BAIQLAH!!!

Pertama, this book is absurd as heel! Aku tidak pernah membaca novel lokal se-absurd ini. Sebenarnya Cantik Itu Luka juga tergolong absurd, tapi absurd-nya Cantik Itu Luka terletak pada plot. Sedangkan sisi absurd novel Kita Pergi Hari Ini adalah pemilihan diksi yang digunakan, referensi-referensi yang diambil, dan permainan kata yang cerdas.

Cerdas di sini dalam artian lucu, tapi serius. Aku tidak pernah dibuat sebingung ini pada se-fruit fakta yang disampaikan penulis. Terutama dari banyaknya Footnote yang bertebaran di seluruh novel. Awalnya aku pikir semua fakta dalam Footnote itu adalah sungguhan, dan penulis sedang pamer hasil risetnya kepada pembaca.

Tapi kemudian ada referensi buku 1001 Isi Keranjang Piknik Seluruh Dunia, karangan Gama Ukerja. GA MAU KERJA! That is so punny and cute actually. Dan plesetan-plesetan seperti itu selalu ada di setiap Footnote. Makanya aku rada bingung kenapa orang-orang bilang novel ini dark. I'M ENJOYING THIS SO FAR! Ini seperti novel Middle Grade yang sempurna.

Aku suka Mi, Ma, dan Mo yang punya kepribadian kuat, serta penggambaran sifat-sifat mereka yang tidak asal tempel, juga diceritakan dengan teknik Show. Aku suka si Kembar Fifi dan Fufu, karena aku suka anak kembar, tidak ada alasan lain (digampar). Aku juga suka kisah-kisah kecil, fakta unik, serta Footnote lucu dan absurd di seluruh buku. Aku terkekeh setiap menit.

Oh, paling utama aku suka fakta bahwa bayi sebenarnya adalah entitas paling cerdas di jagad raya. Hanya saja mereka harus merelakan satu ilmu setiap kali mereka berkembang, misalnya saat belajar merangkak, atau duduk, atau berguling. Di sini, Mo Yang Paling Kecil Mo merelakan ilmu tentang bahan bangunan dan kudapan di Kota Terapung Kucing Luar Biasa untuk bisa merangkak.

Pliss, itu sangat lucu dan menyedihkan dan wholesome! Saat itu aku berpikir, orang-orang yang bilang buku ini dark, fucek kalian!!! Novel ini tidak dark, novel ini UwU, dan Kiyuut, dan Wholesome. Memang Absurd. Oh, SANGAT Absurd, tapi tidak dark.

Sampai aku tiba di segmen PERJALANAN.

Tiga kata untuk segmen Perjalanan. WHAT THE FUKK?

Jadi, Nona Gigi membawa anak-anak ke Sirkus Sendu. Kenapa dinamakan Sirkus Sendu? Karena Dina lapar, xixixi (ketularan buku ini dah gua!). Dinamakan Sirkus Sendu karena pengunjung sirkus akan merasa sendu alih-alih bahagia. Nah, memang apa aksi sirkus itu sampai orang-orang malah merasa sendu?

Oh, hal-hal biasa seperti proses Kolonel Jagung dijadikan berondong jagung, pembantaian hewan secara live untuk dijadikan hidangan, tukang angkat besi ketiban besinya sendiri, tukang makan pedang tersedak pedangnya sendiri, laba-laba memakan wanita peniti tali yang memakai baju kaca sehingga mulut si laba-laba berlumuran darah.

Helooow ... itu semua normal dalam sirkus, yakan?

Dari Sirkus Sendu, Nona Gigi capcus membawa anak-anak mengarungi air menuju Kota Terapung Kucing Luar Biasa, tapi sebelumnya kita dikasih penjelasan bahwa tenggelam adalah cara mati yang paling menyakitkan bagi manusia. Yap ... nice job, Mbacc Penulis!

Sebenarnya hal ini yang ingin aku komentari. Sepanjang segmen pertama, penulis tidak sedikitpun menyinggung hal-hal dark atau gore. All sunshine and rainbow di segmen pertama. Namun, begitu masuk ke halaman pertama di segmen kedua, penulis mulai sering menulis kata 'Mati' atau 'Kematian'. Sering yang aku maksud adalah. SANGAT SERING.

Perpindahan ini agak kurang smooth menurutku, jadinya aku sudah bisa menebak, alias sudah wanti-wanti kalau seterusnya novel ini tidak akan wholesome dan UwU lagi. Mungkin penulis memang merencanakan itu, tapi aku lebih mengharapkan Mbacc Penulis tetap konsisten pada sisi UwU di segmen pertama, lantas sisi dark bisa muncul di saat yang tidak terduga. Istilahnya sih, shock value gitu.

Either way, this is scary as fukk.

Begitu Anak-anak sampai di Kota Terapung Kucing Luar Biasa, mereka tentunya bertualang sendiri, karena anak-anak suka petualangan. Mi pergi bersama Fufu, Ma bersama Fifi, dan Mo bersama Nona Gigi (Mo be like : Sheet!). Sayangnya petualangan itu jauh dari kata menyenangkan, sebab petualangan itu membuat anak-anak sadar Kota Kucing Luar Biasa adalah kota di mana Kucing membenci anak-anak.

Membenci dalam artian, membunuh mereka untuk dimakan, diawetkan sebagai hiasan, dipakai untuk pondasi bangunan, diperbudak, bahkan hanya sekadar dijadikan mainan. Well, well, well lihatlah ini ... satu lagi kisah yang menjadikan kucink sebagai si jahat. Sebagai ibu dari lima anabul gembul, aku ingin mengajukan protes!!!

Tapi serius ... tingkah kucink bisa sangat wadidaw kadang-kadang. Kalau aku diberi satu juta setiap kali kucinkku memecahkan barang-barang di rumah, maka aku bisa jadi milyarder.

Kembali ke lektop! Anak-anak pun memutuskan mereka harus pergi dari situ, hari itu juga. Dari situlah judul "Kita Pergi Hari Ini" dibuat. Meskipun menurutku tidak terlalu cocok, aku pikir kalimat itu seharusnya lebih cocok dipakai Nona Gigi, sebab dialah penyebab anak-anak pergi ke berbagai tempat awikwok.

Atau bisa juga kalimat itu diucapkan anak-anak, tapi saat mereka hendak pergi dari rumah bersama Nona Gigi. Aku membayangkan Peter Pan juga mengatakan ini saat dia memutuskan untuk tidak tumbuh dewasa dan kabur ke Neverland bersama Tink. Itu akan lebih masuk akal. Jadi menurutku Pay off-nya kayak salah sasaran gitu.

Anak-anak pun mencoba berbagai cara untuk pulang, dan mereka berhasil, yah meskipun tidak semuanya. Dan harus aku akui, halaman terakhir dan Footnote terakhir, membuatku depresong semalaman! Ternyata Cara Lain yang dimaksud Bapak dan Ibu Mo adalah Literally membuat anak-anaknya mengunjungi Tempat Jin (Kucing) Buang Anak.

Akhir kata, novel ini jelas Absurd dan Dark, tapi alur dan plotnya sendiri sangat solid. Berbeda dari jenis absurd di novel Cantik itu Luka yang bikin kepalaku berasep dan keningku terlipat-lipat. Intinya, di novel ini tidak ada pertanyaan yang belum terjawab, tidak ada misteri, tidak ada kepuyengan, hanya keabsurdan yang haqiqi.

Kalian tahu ... novel ini mengingatkanku pada Pinocchio, perasaan depresong yang ditimbulkan juga sama persis. Bedanya, Pinocchio memilih sendiri jalannya sehingga konsekuensi yang dia dapat adalah akibat kesalahannya sendiri, sementara anak-anak ini dimanipulasi sedemikian rupa oleh orang-orang yang harusnya mereka percaya. That is so sad. Why you do this to my Babies ToT

Anak-anak ini juga mengingatkanku pada The Lost Boy, bedanya The Lost Boy, ya mereka LOST. Mereka terjatuh dari keranjang bayi saat orang tuanya tidak mengawasi. Sedangkan anak-anak ini dibuang sehingga begitu mereka pulang, tidak ada yang bersorak.

C. Penokohan

Segmen pertama memperdalam penokohan anak-anak Mo dan si Kembar. Rasanya aku tidak akan bisa menjabarkannya sebaik Mbacc Penulis, tapi aku akan berusaha. Menurut pandanganku juga Mbacc Penulis secara sengaja membuat penokohan mereka setereotipikal anak laki-laki dan perempuan. Mungkin juga karena mereka masih kanak-kanak sehingga penokohan mereka belum kompleks.

Mi. Si Sulung Mo adalah anak laki-laki yang sangat bandel, juga sangat keren, sebab anak-anak lelaki selalu sangat keren. Mereka terbuat dari ban mobil balap, napas naga, dan apalah itu. Pokoknya bahan-bahan yang semuanya sangat keren.

Ma. Anak Kedua Mo yang sangat rewel, juga sangat manis, sebab anak-anak perempuan selalu sangat manis. Mereka terbuat dari dodol garut, manisan, dan hal-hal barokah lainnya. Ma suka pita dan boneka seperti layaknya anak perempuan yang manis.

Mo. Yang Paling Kecil Mo, sulit dimengerti sebab dia hanya bicara menggunakan bahasa Prancis beraksen jelek. Hobi menyamar menjadi gerobak sate, dan mungkin yang paling cerdas di antara semua anak. Oh, dia juga sangat keren karena dia anak laki-laki.

Fifi. Anak Kembar Laki-laki tapi sifatnya sangat manis.

Fufu. Anak Kembar Perempuan tapi sifatnya sangat keren.

Nona Gigi. Kucink lucknut.

Para Orang Tua. Kayak tahi biawak, tahi lalat, tahi brontosaurus. Jangan sampai kalian menjadi orang tua seperti mereka.

Percayalah, dari penjelasanku tentang penokohan mereka terkesan biasa dan satu jalur, tapi cara penulis menggambarkan sifat mereka di sepanjang segmen pertama sangat unik. Ini membuktikan kalau penokohan "dangkal" pun tidak selamanya hal buruk, dan boleh jadi keunikan dari cerita itu sendiri. Yah ... meskipun penokohan anak-anak ini agak melempem mulai dari segmen tiga dan seterusnya.

D. Dialog

Novel ini minim dialog, sebab Mbacc Penulis memang senang mengutak-atik kata menjadi hal-hal absurd dalam narasi. Sekalinya ada dialog pun tidak menonjol sama sekali, tidak memorable, tapi juga tidak jelek. Intinya, karena narasi di novel ini superior, dialognya jadi tidak kelihatan.

Novel ini jelas sangat cocok untuk pembaca edgy, kuul beut, anti dialog-dialog club yang merasa diri mereka lebih baik dari pembaca lain. Kenapa sih pembaca-pembaca (atau penulis) model begitu selalu menjatuhkan sesuatu untuk memuji sesuatu?

Kayak, kalian kan cukup bilang, "Aku suka novel yang lebih banyak narasi."

Kalian gak perlu bilang. "Aku suka novel yang lebih banyak narasi, soalnya kalau novel yang kebanyakan dialog itu pasti memble, dan murahan, dan gak kreatif, dan brekele."

GET OUT!

Kenapa tiba-tiba nge-julid pembaca edgy, kuul beut, anti dialog-dialog club? Mari kita lanjutkan review barokah ini!

E. Gaya Bahasa

Satu kata ... ABSURD

Banyak kata ... Ini akan terkesan aneh, tapi gaya bahasa novel Kita Pergi Hari Ini harus kusandingkan dengan Jokes Bapacc-bapacc, dan aku mengatakan itu bukan sebagai hal negatif apa lagi ejekan. Banyak sekali plesetan kata, plesetan makna, dan plesetan nama. Kayak misalnya di satu adegan Anak-anak Mo memberi salam, dan yang novel ini maksud adalah memberi salam secara harfiah, alias daun salam.

Footnote-footnote absurd yang sejak tadi kusebut, dan tidak akan berhenti kusebut, karena memang itu salah satu daya tarik novel ini. Footnote itu berisi referensi kejadian unik, buku-buku berjudul unik, berserta nama pengarangnya yang juga unik. Contohnya; Mia Yam, Mak Anmulu, Sela Luke-Cil, Mr. Ius, dan lain-lain.

Kendaraan-kendaraan di sini juga unik, ada Kereta Air, alih-alih Kereta Api. Ada kuntilanak yang ternyata penghuni bulan. Ah, kalau kujabarkan satu-satu, review ini tidak akan selesai sampe bulan jadi dua! Intinya, Gaya Bahasa novel ini adalah kelebihan novel ini.

Agak mengejutkan sebenarnya, sebab terakhir aku membaca novel dari Mbacc Penulis, alias Fantasteen. Gaya Bahasa belio di sana sangat membosankan, hampir-hampir tidak memiliki keunikan sama sekali. Hmm ... barang kali genre dan target pembaca berperan besar dalam perubahan ini.

Dua hal yang membuatku agak terganggu adalah latar tempat dari novel ini yang juga ABSURD! Seharusnya aku tidak protes, sebab ABSURD memang kesimpulan seluruh novel secara singkat. Tapi latar tempat campur aduk selalu menjadi Pet Peeve bagiku pribadi sebagai pembaca.

Khusus aspek yang satu ini, aku butuh kepastian! Supaya aku bisa menikmati ceritanya sambil membayangkan nuansa dan situasi sesuai latar tempat yang dibangun. Sayang beribu sayang, latar tempat novel ini sama absurdnya seperti seluruh novel. Itu bukan kekurangan, tho ... hanya komentar subjektif dariku saja.

Satu lagi adalah cara penulis yang gemar membolak balik kata dan kalimat sehingga di beberapa bagian novel ini terasa sangat membosankan. Aku bahkan melewatkan beberapa paragraf berkali-kali, karena aku tahu paragraf itu hanya berisi satu kalimat yang diputar-putar tanpa makna berbeda.

Itu sebuah keunikan sebenarnya, dan di beberapa tempat gaya menulis seperti itu terasa menyenangkan. Namun, seperti kebiasaan penulis yang melakukan hal bagus, dia melakukannya secara berlebihan. Dan aku bilang berkali-kali bahwa sesuatu yang berlebihan tidaklah baik meskipun itu sesuatu yang enak-enak.

F. Penilaian

Sampul : sejuta

Plot : 3,5

Penokohan : 4

Dialog : 3

Gaya Bahasa : 4

Total : 4 Bintang

G. Penutup

Sudah lama aku tidak dibuat depresong oleh buku setelah The Book of Lost Things dan Pinnocchio. Novel ini jelas akan selalu kurekomendasikan kepada orang-orang yang suka gaya menulis absurd dan kisah dark, tapi tidak membingungkan. Buku ini juga mengajarkan kita bahwa semua anak berhak memiliki orang tua, tapi tidak semua orang tua layak memiliki anak. (Fucek kalian Bapak dan Ibu Mo, dan Ibu si Kembar!!!)

Reputasi Mbacc Ziggy sebagai penulis barokah juga akhirnya aku rasakan sendiri di novel ini setelah aku berkali-kali meragukan belio di seri-seri Fantasteen. Jujur saja, seri Fantasteen buatan belio (dan penulis lain) hampir semuanya tidak mampu kubaca sampai habis. Entah karena bosan, tidak menarik, atau terlalu maksa.

Wait a minit ... jangan-jangan Fantasteen bikin penulis-penulis bagus jadi brekele!!! Cursed you Fantasteen!!! Ekhem ... itu cuma jeritan hatiku yang gagal jadi penulis Fantasteen saja, Lets be real ....

Nah, sekian dulu review kali ini. Aku membeli buku Kita Pergi Hari Ini berbarengan dengan kumpulan dongeng Bobo. Ternyata eh ternyata, Bobo baru dikirim tanggal 12 Oktober, karena itu sistem PO. Lemparkan saja aku ke rawa-rawa sekarang juga!

Sampai jumpa di review lainnya ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Sky Academy