Tips Menulis ala Pacc Fredrik Backman (Part 1)

Jalan-jalan Ke Instagrem Pacc Backman (Tjakepp!!!)

Selain panutan dalam dunia kepenulisan, ternyata Pacc Backman juga boleh dikatakan Influencer, sebab Instagrem belio mempunyai nyaris 2.5K postingan. Postingan yang dibuat belio pun tipikal bapacc-bapacc pada umumnya, alias foto-foto kehidupan sehari-hari. Keluarga, hewan peliharaan, pemandangan, selfie, bahkan screenshoot hal-hal memorable.

Nah, dari 2.5K postingan tersebut, ternyata nyempil 20 biji tips barokah yang dibuat Pacc Backman secara pribadi selama berkecimpung dalam dunia kepenulisan. Belio bilang, dia membuat Tips tersebut lantaran tidak mampu menjawab satu per satu pertanyaan para fans-nya di e-mail. Maka dia rangkumlah semua pertanyaan, dan dijadikan tips barokah.

Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk merangkum dan menerjemahkan makna dari tips-tips tersebut ke dalam blog Review Impy, supaya para Pembaca Budiman bisa membaca dan mungkin menerapkannya dalam kepenulisan sehari-hari.

Kalian mungkin bertanyea-tanyea, apakah Impy sudah izin kepada Pacc Backman perihal sebar-menyebar Tips ini?

Jadi begini, Moretz ... menyebar ilmu sama dengan menyebar pahala. Aku yakin Pacc Backman senang penggemar nombor uno-nya menyebar tips kepenulisan buatannya ke blog yang biasanya hanya berisi julid. Bukan kayak penulis yang ono noh! Mau berkonotasi positif atau negatif kalian DILARANG menyebut namanya. Kecuali menghasilkan duit baginya, h3h3.

(jangan tanya siapa)

Lagi pula, kalian tahu Tips ini milik Pacc Backman yang dibagikannya lewat akun Instagrem pribadinya Di Sini. Kalian bisa mencari sendiri kalau mau. Sumber dan kreditnya sudah jelas, sejelas kecantikan paripurna seoramg Impy Island.

Nah ... tanpa berlama-lama, mari kita menuju Tips Menulis Ala Pacc Fredrik Backman.

CATATAN : Pacc Backman mewanti-wanti bahwa belio bukan ahli yang bisa memberikan tips untuk semua kalangan. Tips-tips buatannya adalah yang berfungsi untuknya selama menulis, alias preferensi pribadi. Bisa jadi tips-tips ini tidak cocok untuk kalian, dan itu tidak masalah sama sekali.

1. Make Things Smaller (Perkecil Skala)

Terkadang kita membayangkan sebuah cerita haruslah megah, berisi ribuan halaman, dipenuhi beragam tokoh dan penokohan, dikenang sepanjang masa. Namun, akan jauh lebih membantu kalau kita memulai dari hal-hal kecil. Daripada membuat novel, cobalah membuat novela, atau cerpen. Sebab, saat kepercayaan diri rendah, kita akan merasa puas ketika menyelesaikan sesuatu, bahkan jika itu hanya satu paragraf atau satu kalimat.

Kita tidak perlu memublikasikannya ke mana pun, cukup jadikan target. "Bisakah aku menyelesaikan cerita ini hanya dalam 10 halaman?", "Bisakah hanya dalam 1000 kata saja?". Saat berhasil, kita akan merasa sangat senang dan puas.

Memulai dari hal kecil juga memudahkan kita untuk memulai kisah baru, bukannya menunda-nunda. Kisah-kisah kecil itu nantinya akan kita kubur, sampai suatu hari kita akan menggalinya kembali, dan mendapatkan inspirasi dari sana.

Metode "Perkecil Skala" juga bisa dipakai untuk membangun dunia cerita. sebagian besar latar dalam novel A Man Called Ove adalah jalanan. Sedangkan "My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry" hanya mengambil latar di satu gedung. Bahkan "Anxious People" hanya mengambil latar satu apartemen sepanjang cerita.

Dengan kecilnya skala tulisan, fokus penulis bisa lebih banyak ke hal-hal besar, seperti perasaan, penokohan, dan tentu saja kisah yang ingin disampaikan dari tulisan tersebut.

2. Don't Worry about Worrying (Jangan pikirkan Kekhawatiran)

Dalam menulis kita PASTI merasa khawatir, dan itu tidak masalah. Mustahil ada penulis yang tidak pernah khawatir. Khawatir cerita tidak selesai, ngawur, tidak ada yang suka, tidak ada yang baca, dan lain sebagainya. Itu semua normal.

Maka tidak apa-apa kita merasa khawatir, tapi cobalah tuang kekhawatiran tersebut ke dalam tulisan, sebab kekhawatiran itulah yang akan menghubungkan tulisan dengan seseorang. Itulah tulisan yang nyata. Seperti ketika pemusik sedang terhanyut dalam dunianya, kemudian tatapannya bertemu dengan satu orang di bangku penonton yang juga tengah berlinang air mata.

Ada orang di luar sana yang merasakan apa yang kita rasakan dan khawatirkan. Kita tidak mungkin merasakan semua itu sendiri.

Jadi jangan pikirkan kekhawatiran, karena khawatir itu penting, khawatir adalah kunci. Jangan buang-buang waktu memikirkannya. Percayalah, sebanyak dan sesukses apa pun karya kita, tidak akan menghilangkan kekhawatiran, dan malah akan merusak kepercayaan diri kita.

3. Bad Friction Makes Good Fiction (Konflik Sederhana Membuat Cerita Bagus)

Banyak orang bilang setiap cerita harus mempunyai "Konflik". Entah itu benar atau tidak, yang jelas konflik membantu cerita mempunyai alasan untuk tetap berjalan. Namun, tidak ada yang bilang konflik harus BESAR, terutama dalam cerita yang hendak menyisipkan humor. Terkadang konflik kecil justru berdampak lebih besar.

Konflik sederhana membuat kita sebagai penulis bisa lebih fokus pada tokoh berserta interaksi mereka. Misalnya, tidak harus ada musuh besar dalam sebuah kisah. Dua orang asing yang salah paham juga bisa menjadi konflik. Contoh saja di novel "Anxious People", yang membuat banyak orang penasaran bagaimana bisa ada novel dengan tokoh sebanyak itu.

Nyatanya, tokoh-tokoh dalam novel tersebut tidak pernah direncanakan. Tokoh-tokoh itu muncul sendiri setelah kekacauan di kepala sang penulis mereda. Ada banyak tokoh saat memulai cerita, dan semakin sedikit saat cerita selesai, sebab penulis hanya menyisakan tokoh yang benar-benar nyata baginya, yang memang terasa seperti manusia.

Itulah kunci dari kisah menarik. Tidak perlu konflik yang terlampau besar dan epik, sebab dengan tokoh-tokoh kalian mengalami konflik sehari-hari, dan menjalani hari sebagaimana manusia pada umumnya. Itulah seni dari konflik dan kisah yang menarik.

4. Steal A Structure (Amati Tiru Modifikasi)

Struktur atau Arc adalah pondasi dalam sebuah cerita, kerangka yang menopang adegan demi adegan hingga menjadi sebuah kisah. Penulis hebat dan berbakat mungkin bisa membuat struktur cerita sendiri dengan mudah, tapi jika kita belum menjadi salah satu dari mereka, kita sangat boleh mengambil struktur cerita dari kisah-kisah terkemuka.

A Man Called Ove karya Fredrik Backman misalnya. Tampak sederhana, tidak ada dunia sihir, tidak ada kapal luar angkasa, atau hal-hal epik lain. Namun, kisah Ove sejatinya sama seperti Harry Potter, atau Star Wars, atau Peter Pan. Kisah Ove punya struktur yang sama seperti dongeng-dongeng di luar sana, sebab memang itulah cinta pertama sang penulis.

Joseph Campbell menyebutnya "The Hero's Journey" dalam buku yang berjudul "The Hero with a Thousand Faces". Langkah pertama dalam buku tersebut adalah "The Call to Adventure", yaitu Harry saat mendapatkan surat dari Hogwarts, atau Wendy yang bertemu Peter di kamarnya, atau ketika suatu hari Ove mendengar sebuah mobil buatan jepang menabrak kotak suratnya.

Petualangan Ove sangat sederhana, tapi itu tetap petualangan. Dia bertemu teman (Parvaneh dan Si Kucing), dia bertemu musuh (orang-orang berjas putih), dia bertemu cinta sejati (sonja), dia diuji, dia mengalahkan rasa takut, dia menemukan tujuan. Kisah Ove adalah kisah perjalanan seorang pahlawan. Dan pahlawan pasti mempunyai petualangan, tidak peduli sekecil apa pun.

Jadi, Amati-Tiru-Modifikasi bisa kalian pakai jika kalian tersendat saat menulis. Ambil buku atau tonton film kesukaan kalian, nikmati kisahnya, amati struktur ceritanya, tiru, dan modifikasi. Tanpa sadar kita sudah membuat cerita kita sendiri dari struktur yang kita cintai.

5. ORANGES (Jeruk-jeruk) Catatan Impy : Mangsutnye ape si, Pacc!!!

Saat membaca cerita yang terasa sangat realistis, orang-orang biasanya bertanya, "Apakah tokoh-tokoh dalam kisah ini berdasarkan orang asli di dunia nyata?", dan Fredrik Backman akan selalu menjawab, "Ya", tapi bukan seperti yang kita semua pikirkan. Sebab, seringnya berdasarkan dari beberapa orang asli di dunia nyata.

Analoginya seperti jus jeruk yang memerlukan beberapa jeruk untuk membuat satu gelas. Butuh beberapa orang untuk membuat satu tokoh. Suatu hari kita mendengar aksen unik dari satu orang, kebiasaan aneh dari orang lain, lelucon seorang bapak-bapak di pesta ulang tahun, diperlakukan angkuh oleh orang asing di super market. Dan semua itu bisa menjadi satu kepribadian seorang tokoh.

Menciptakan tokoh adalah seni dari mencari tanpa mengetahui apa yang kita cari. Kita melihat sesuatu pada suatu hari, kita mencerna apa yang kita lihat, dan kita menyimpan emosi saat kita melihat hal tersebut. Suatu hari, emosi-emosi yang tersimpan itu akan muncul tanpa terduga. Bisa jadi hal paling bodoh, atau paling sederhana dalam keseharian kita.

Menciptakan tokoh yang terasa nyata, adalah menambahkan bagian demi bagian dari hal-hal nyata di sekitar kita, sampai semua menyatu seperi gembok dan kunci. Mungkin cara ibu kita tersenyum, mungkin ketika tetangga kita marah-marah dan menyiram kucing yang pipis di teras rumahnya.

Hal-hal kecil seperti itu tidak harus disadari oleh pembaca, tapi jelas harus dimengerti oleh penulis, sebab tokoh yang baik sejatinya adalah yang terasa paling nyata untuk penulis.

6. Don't Create a Perfect Space (Tidak Perlu Tempat Sempurna)

Setiap penulis memimpikan tempat menulis yang sempurna berisi sofa empuk, jendela yang menunjukkan pemandangan indah, cahaya yang cukup, dan lain-lain. Jika sudah begitu, kita hanya bisa menulis saat berada di tempat sempurna tersebut. Nyatanya, seberapa sering kita akan berada di tempat sempurna tersebut?

Setiap orang punya tanggung jawab dan ego, kebanyakan orang menghabiskan waktu seharian untuk memenuhi tanggung jawab, atau menuruti ego. Pekerjaan, sekolah, beres-beres rumah, bersantai, nonton video, tidur, dan lain-lain. Kalau sudah begitu, kapan kita punya waktu untuk berkunjung ke tempat sempurna untuk menulis? Kapan kita menulis?

Maka solusinya adalah, lakukan kebalikannya. Belajarlah untuk menulis di mana pun, meskipun itu tempat yang paling tidak nyaman. Di dalam angkutan umum, di kamar mandi, di jam makan siang, di tengah keramaian. Selain itu, cobalah untuk menulis di media apa pun. Ponsel, memo, pesan suara, dan sebagainya.

Ide terbaik datang dalam kondisi yang paling tidak sempurna. Jika kita terus menunggu waktu yang tepat, atau tempat sempurna untuk mulai menulis, maka kita hanya akan terus menunggu dan menunggu. Sampai kapan?

7. You Already Know (Kalian Sudah Tahu)

Pertanyaan yang paling banyak didapati penulis adalah tentang inspirasi. Dari mana ide itu muncul? Bagaimana bisa kepikiran menulis cerita seperti itu? Sayangnya, penulis sendiri kadang tidak tahu bagaimana cara menjawabnya. Tak jarang penulis berpikir mustahil dia bisa menciptakan hal serupa, atau merasakan emosi yang sama saat menulis kisah tersebut.

Namun, kenyataannya ketika penulis merasa dirinya tidak akan pernah bisa membuat kisah yang sama, tanpa sadar dia akan melakukannya lagi dan lagi dan lagi. Sebab inspirasi atau ide tidak bekerja seperti petir, tapi muncul secara perlahan.

Lagi pula, di banyak kasus inspirasi tidak terjadi di depan mata, tapi pada hal-hal yang sudah terjadi. Maka, alih-alih memikirkan inspirasi, cobalah melihat ke belakang. Kisah masa lalu, harapan dan mimpi-mimpi, bahkan memori yang terlupakan. Mainkan lagi game favorit kita saat masih kecil, dengarkan lagu-lagu yang didengarkan orang tua kita saat remaja.

Sesuatu yang begitu pribadi dari kehidupan kita yang mustahil orang lain tiru. Dengan begitu kisah yang kita sampaikan akan terasa original tanpa harus berusaha menjadi original, sebab ada bagian dari diri kita di dalamnya.

Jika kita memiliki kenangan, kita seharusnya tidak membutuhkan lagi saran tentang inspirasi. Kita sudah punya semuanya. Kita sudah tahu apa yang harus dilakukan. Dan ketika orang lain bertanya tentang dari mana inspirasi kita, jawablah, "Dari mana-mana."

Karena setelah cerita kita selesai, kita akan kembali tersesat, dan kita akan kembali mencari, dan kita akan menemukan apa yang kita cari, dan kita tidak akan bisa menjelaskannya.

Bersambung

Nah, selesailah Part satu dari tips-tips Pacc Backman yang belio bagikan di Instagrem. Kalau kalian ingat, aku bilang belio membuat 20 Tips, maka kita masih akan bertemu di Part dua dan tiga. Barangkali part-part lain akan datang kalau belio punya tips-tips lain.

Anyways ... bagaimana menurut kalian tips-tips Pacc Backman di atas? Apakah kalian merasa tercerahkan? Apakah kalian cocok dengan tips di atas, atau malah tidak setuju?

Aku pribadi menyukai tips-tips belio di part ini, terutama di bagian "Tidak Perlu Tempat Sempurna". Percayalah, aku sudah menunggu ribuan tahun untuk tempat sempurna itu, yang sayangnya belum juga kutemukan sehingga aku tidak bisa produktif menulis. Aku jelas harus mulai belajar menulis di segala situasi, tanpa harus menunggu tempat sempurna.

TAPI ITU SUSAH!!!

Baiklah, mungkin segitu dulu pertemuan hari ini, semoga berguna untuk kalian semua, Pembaca Budiman, sekaligus mengisi blog yang sudah lama tidak dipegang, HA-HA-HA!!!

Sampai jumpa di lain hari ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Matahari Minor

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Laut Bercerita

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Peter Pan

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)