Aku Tahu Kapan Kamu Mati


Judul : Aku Tahu Kapan Kamu Mati

Penulis : Arumi E

Penerbit : Loveable

Tahun Terbit : 2018

ISBN : 9786025406720

Tebal : 324 Halaman

Blurb :

Sejak pernah mati suri tiga tahun lalu, Siena memiliki kemampuan tak biasa. Dia bisa melihat mahluk tak kasatmata, membaca pikiran, dan melihat tanda-tanda kapan seseorang akan mati. Namun, kemampuannya ini membuatnya dianggap aneh, hingga dia sering di-bully dan dikucilkan teman-temannya.

Pindah ke sekolah baru, Siena menerima perlakuan sama. Pada hari pertama, dia melihat tanda kematian di wajah teman sebangkunya, kemudian berturut-turut terjadi peristiwa janggal di sekolahnya. Satu per satu anggota geng kapten basket sekolah, menerima balasan mengerikan dari kekuatan tak terlihat.

Bukan saja harus menghadapi hantu penunggu sekolah yang marah, Siena juga harus mengungkap misteri pembunuh teman sebangkunya jika tak ingin diteror terus oleh hantu temannya itu.

Mampukah Siena menghadapi para hantu yang menuntut balas?
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Same Ol' Impy

Hellow, Pembaca Budiman yang kurindukan setengah hati (setengahnya lagi buat nanti-nanti). Jadi begini ... Aku punya novel terbitan terbaru, dua tepatnya. Kalau mengikuti akal pikiran dan logika, tentunya aku harus mendahulukan dua novel tersebut untuk dibaca benar, 'kan? Nyatanya? 

MALAH BACA NOVEL TERBITAN 2018!!!

Same old ... same old .... Sebenarnya aku membeli beberapa novel borongan random berkat diskon menggiurkan di Pesbuk. Namun oh nenamun, sebagian besar buku itu bertema islami. Aku pun kicep. Gimana, ye ... beribadah aje jarang, tetiba mereview julid buku-buku islami. Itu sama saja aku meminta satu tiket menuju tempat Firaun berada di akhirat sana!

Makanya aku putuskan untuk mebuat review novel yang tidak begitu islami, yaitu Aku Tahu Kapan Kamu Meninggoy. Novel yang sempat viral di Watpat, sudah terbit, dan sudah dijadikan film juga (yang mana filmnya tidak mendapatkan review bagus). Dari semua steatment di atas, kalian pasti berpikir apa yang aku pikirkan.

Novel terbitan Watpat = Pasti brekele = Review Julid = Idaman Pembaca Budiman = Pembaca banyak = Viral = Diadaptasi novel = Diadaptasi film = Cuwan = Kaya raya (enam poin terakhir cuma mimpi).

BUT! Janganlah kita mengeneralisir se-fruit novel dari rumah terbitannya. Ralat, mengeneralisir sebenarnya boleh saja, tapi tetaplah jujur, open minded, dan jangan gengsi saat generalisir kalian ternyata salah, h3h3 ....

Untuk segi sampul. Iyuuuuhhh singkirkan sampul poster film plus nama-nama artis yang berperan di bawahnya, dan padi-padi penghargaan di atasnya. Itu mengotori sampul originalnya! MENGOTORI! MENGOTORI! MENGOTORI!


Aku mengutuk penerbit-penerbit yang berpikir poster film lebih bagus, lebih menarik, lebih menjual, daripada sampul yang susah-susah dibuat oleh design cover supaya cocok dengan isi novel, memuaskan bagi penulis, serta memuasakan bagi pembaca. Aku akan mengurangi poin novel ini untuk masalah cover, dan aku bebas melakukan itu karena ini lapak miliku, okhay!

Nah, tanpa berpanjang-panjang, mari kita menuju review yang agak telat dari novel Aku Tahu Kamu Kapan Mati ... Aku Kapan Kamu Tahu ... Mati Tahu Kapan Aku Kamu ... Tahu Aku Kamu Mati Kapan ... Aku Tahu Kamu ... Aku ... Kamu ... Kita? Mereka? Ya intinya itu!

B. Plot

Bercerita tentang Siena, anak indigo yang bisa membaca aura, bisa melihat hantu, bisa membaca pikiran, di beberapa adegan bahkan dia bisa memperkirakan masa depan, serta melihat masa lalu. Katakanlah Indigo Siena ini Paket Lengkap. Kemampuan itu Siena dapatkan setelah mati suri tiga tahun lalu.

Akibat tak tahan dibumly, Siena pun pindah dari sekolah lamanya ke SMA Gemilang, yang mana akhirnya dia kena bumly juga (bruuh). Aku tidak terlalu mengerti kenapa dalam kisah ini Siena harus jadi murid baru. Kenapa tidak dibuat saja Siena tetap di sekolah lama, tapi dalam proses beradaptasi dengan kemampuann indigonya.

Itu akan lebih masuk akal kenapa kepribadian Siena jadi emo, misterius, dan 5L (lemes, lemah, lesu, lunglai, laper) sehingga menjadi sasaran bumly. Siena belum terbiasa dengan kemampuan indigo miliknya dan berusaha beradaptasi. Toh tiga tahun bukan waktu yang cukup untuk bisa terbiasa menghadapi hal-hal supernatural. Apa lagi berurusan dengan nyawa seseorang.

Dalam pikiranku, konflik novel ini adalah Siena yang sebelumnya punya teman-teman akrab, anak normal dan ceria. Sampai kemampuan indigo datang, hantu-hantu mulai berulah, bahkan mencelakai teman-teman Siena. Akhirnya teman-teman Siena yang tadinya berusaha positif pun terpaksa menghindarinya.

Maka tujuan novel ini adalah pembuktian Siena pada teman-temannya kalau dia tidak jahat. Itu adalah plot yang perfek kalau Siena memang baru punya kemapuan indigo selama tiga tahun.

Ini malah Siena bertingkah kayak dia sudah punya kemampuan Indigo sejak lahir. Terbiasa dibumly dan dikucilkan, terlahir sebagai Emo-5L. Padahal kalau Siena tidak mati suri tiga tahun lalu, dia tidak akan berurusan dengan hal supernatural, dia tidak akan jadi Emo-5L sehingga menjadi korban bumly, benar 'kan? Kalian bisa masuk ke logikaku?

Siena be like : "Aku sudah biasa tidak punya teman karena aku indigo, dan Emo, dan 5L."

Gorl, chill ... kau berusia 18 tahun, dan baru punya kemampuan Indigo selama tiga tahun. SELAMA 15 TAHUN HIDUPMU DI DUNIA KAN NORMAL!!! Dari mana logikanya kamu terbiasa dibumly dan dikucilkan akibat kemampuan Indigo, di saat kamu baru jadi Indigo selama TIGA TAHUN!!!

Oh, aku lupa mengingatkan. Walaupun Indigo, Emo, dan 5L, Siena ini CANTIK, jadi kalian tahu artinya, khan? Artinya, setiap tokoh utama cowok bakal naksir ke Siena, dan berujung ngejer-ngejer dia. Dari mulai Remi yang selalu membela Siena, Nala yang selalu membela Siena, juga Brama yang tadinya musuhan, tapi jadi suka.

Oleh sebab itu, novel ATKKM sangat tidak Gorl's Gorl, karena tidak satu pun tokoh cewek yang bersimpati pada Siena, bahkan hampir semuanya "jahat". Mengucilkan Siena, membumly, berkata sinis, dan sebagainya. Aku jadi berpikir, apakah penulis pernah punya masalah dengan para perempuan, atau penulis memang sudah lama mengidam-idamkan seluruh cowok mengejar-ngejar dirinya?

KEMBALI KE PLOT!!!

Kalian tahu ... walaupun masih banyak unsur-unsur Watpat di dalamnya, Plot novel ini boleh dibilang bagus, dalam artian fokus pada premis utama. Misalnya Siena yang bisa melihat kapan orang meninggoy, memang cuma sekali terjadi pada teman sebangkunya (Flo), tapi setidaknya itu membuat plot terus berjalan. Ada sebab dan akibat dalam hidup Siena lantaran memiliki kemampuan tersebut.

Aku cuma heran kenapa Siena malah curcol masalah Flo akan meninggal pada Nala (pacar Flo). Dari sekian banyak orang dalam hidup Flo, yang jelas-jelas bisa menjaganya siang-malam, tiap menit, tiap detik, Siena malah pilih Nala. Dan memaksa Nala untuk menjaga Flo 24/7 supaya tidak celaka.

Aku kalau jadi Nala bete juga. Siapa yang punya waktu untuk itu? Aku jadi paham makna ... I'd do anything for love. But I won't do that!

Ya, Flo dan Nala memang pacaran, tapi kita bahkan belum tahu apakah Nala dan Flo sejatuh cinta itu sampai Nala rela mengawasi nyawa gadis itu setiap saat! Akan lebih masuk akal kalau Siena cerita ke ibu Flo, bapak Flo, adik Flo, kakak Flo, kakek Flo, nenek Flo. Mereka jelas mau meluangkan waktu atau setidaknya terpaksa menjaga Flo, sebab punya hubungan darah, 'kan?

Aku menyebut ini solusi yang diada-adain cuma supaya plot berjalan, padahal ada keputusan lain yang bisa bikin plot selesai, atau setidaknya lebih masuk akal. Namun sekali lagi, aku masih memaafkan keputusan itu, lantaran kematian Flo menjadi penggerak utama cerita.

Siena dituduh mencelakai Flo, Siena jadi dekat dengan Nala, akibat dekat dengan Nala arwah Flo jadi menghantui Siena. Siena dan Nala berusaha mencari tahu siapa pengemudi mobil yang menabrak Flo. Kemudian Brama juga ikut terlibat. Meskipun beberapa hal terjadi secara brekele, tapi plot terus berjalan, dan bisa dibuat masuk akal pada akhirnya.

Walaupun, penyelesaian dari misteri orang yang menabrak Flo terasa anti-klimaks. Tipikal penulis yang ogah membuat tokoh-tokoh dalam ceritanya berbuat jahat. Akhirnya penulis memutuskan untuk tiba-tiba aja memasukkan orang random sebagai kambing hitam.

Konflik hantu Andi juga cukup seru. Sekali lagi, penyebabnya masih Watpat-ish. Cuma gegara Andi kagak suka Siena dibumly Brama DKK, makanya Andi membalas tindakan itu dengan mencelakai Brama DKK. Maksudku ... Calm down, Bouy. Kau tidak pernah bertingkah selama puluhan tahun di sekolah, gegara ada Siena jadi lenjeh gini.

Apa karena Siena cantik? Pfftt ... apa yang kupikirkan, TENTU SAJA KARENA SIENA CANTIK! Itu sudah menjadi identitas utama novel-novel Watpat. Segala konflik terjadi lantaran tokoh cowok dan cewek semuanya Gud Luking!

Tapi eh tetapi, mengesampingkan semua itu, konfliknya tetap seru. Indigonya Siena kepake, dari situ juga Siena semakin dianggap pembawa sial, karena orang-orang yang mengganggunya, bakal diganggu balik sama Hantu Andi. Penyelesaian konflik Andi juga cuup oke. Ma Buoy cuma mau fotonya dipajang di buku tahunan supaya tidak ada yang melupakan.

Sekarang adalah saat di mana aku akan mengutarakan beberapa komplain tentang novel Aku Tahu Kapan Kamu Mati, yang menurutku sangat menandakan kalau ini adalah novel Watpat.

Unnecessary Romance. Semua tokoh di sini akan bertingkah bodoh atas dasar cinta. Memasukan hal-hal romantis di saat yang tidak tepat. Mementingkan hati daripada akal sehat. Contoh, perubahan sifat Nala yang awalnya dewasa dan berkepala dingin, tiba-tiba ngambekan dan cemburuan cuma karena Siena sering berurusan sama Brama.

Brama dan Siena beberapa kali bercakap-cakap UwU, padahal situasi di sekitar mereka tengah genting. Hantu Flo yang terbakar api cemburu melihat Siena dan Nala sering jalan bareng. Padahal setiap jalan, yang mereka omongin adalah tenang siapa pengendara mobil yang menabrak Flo.

Mohon maap, hantu Flo seharusnya merasa terenyuh gak, sih? Aku jadi berpikir, penulis sengaja ingin embuat Flo jadi tokoh jahat, padahal sebenarnya dia tidak jahat.

Logika di luar nurul. Ini yang paling awikwok. Sebab katakan padaku kenapa semua tokoh di sini (selain Siena) tercengang kalau ada hantu di sekolah. Heloooww!!! SELURUH SEKOLAH DI DUNIA  DULUNYA BEKAS RUMAH SAKIT ATAU KUBURAN! Kenapa mereka kayak kagak percaya dan menolak banget fakta kalau SMA Gemilang ada hantunya???

"Masa sih di sekolah ini ada hantunya?" kata salah satu murid.

"Sejak kapan sekolah kita ada hantunya?" tanya murid lain

"Mustahil di sekolah ini ada hantunya! Jangan macem-macem kamu!" ujar seorang guru sewot.

Begitu juga dengan adegan di rumah sakit. Tempat di mana hantu-hantu kongkow. Seluruh film horor pasti memiliki scene rumah sakit. Hampir setiap orang di muka bumi pernah mengalami kejadian menyeramkan di rumah sakit. Tapi tokoh-tokoh dalam novel ini (kecuali Siena) berkata seolah-olah IMPOSIBLE ada hantu di rumah sakit.

Satu hal yang ada di kepalaku saat tokoh-tokoh mengeluarkan argumen tersebut. "Mereka ini makhluk dari planet mana?" Sekarang kalian katakan padaku ... ada gak sekolah atau rumah sakit yang bersih dari rumor angker? Di Indonesia? MUSTAHIL!!! Sekolah dan rumah sakit memanglah tempat kesukaan hantu! JANGAN MAIN-MAIN LO SAMA GUWEH!

Sabar, sabar. Ini semua sudah akan selesai. Nah, Aku akan mengakhiri segmen plot, seperti penulis mengakhiri novelnya, yaitu dengan siraman rohani ....

(PESAN IMPY)

Beberapa waktu kemudian, suatu peristiwa membuatku sadar. Kemampuanku menjulid adalah karena ada jin yang menyusup masuk ketika rohku kembali ke tubuhku setelah mati suri. Aku mulai rajin bersemedi dan menemukan ayat-ayat tentang Jin Julid.

(Masukkan ayat kitab suci di sini)

(Masukkan ayat kitab suci di sini)

Dan aku pun membersihkan jiwa dan tubuhku dari Jin Julid itu.

Jangan mengikuti jejakku ....

Selalu mendekatkan diri pada Neptunus.

(Itu beneran akhir dari ceritanya, bjirr!)

C. Penokohan

Siena. Aku masih tidak paham kenapa Siena harus jadi anak Emo-5L-Judes ke semua orang. Dia kan baru mempunyai kemampuan indigo selama tiga tahun. Masa iya seluruh kepribadiannya ikut berubah dalam tiga tahun itu? Akan lebih masuk akal kalau kita disajikan dulu bagaimana sifat Siena Pra Indigo. Dengan begitu kita jadi lebih bisa mengerti, sifat Siena pun bisa dijustifikasi.

Toh tidak ada peraturan yang bilang kalau anak Indigo harus Emo-5L. Siena berkali-kali bilang dia sudah biasa dengan kondisinya, tapi kok tidak berusaha likeable dan lebih supel supaya tidak dibumly mulu gitu loh. Aku jadi berpikir, Siena dibumly bukan karena dia Indigo. Emang sifatnya aja brekele ke orang-orang. Terutama ke cewek-cewek, sebab kalau ke cowok Siena cepat akrab, tuh ....

Nala. Aku suka penokohan Nala yang realistis dan dewasa, terutama dalam menanggapi sifat cemburu Flo ketika dia masih hidup. Eh, untuk beberapa alasan sifat positif Nala itu hilang. Berubah menjadi panasan, cemburuan, suka menuduh tapa bukti. Dia dibuat begitu cuma suaya novel ini punya tendesi cinta segitiga Siena-Nala-Brama yang padahal kagak butuh juga!

Brama. Penokohan Brama sebenarnya konsisten. Tipikal pembumly, tapi penakut. Manja dan orkay, tapi ternyata kesepian, makanya jadi sok jago. Kemistrinya dengan Siena sebenarnya oke. Mereka cocok jadi tipikal teman yang tidak akan punya hubungan romansa, sebab kemistrinya tidak merujuk ke sana.

Tapi apa boleh baut Ini novel Watpat afterall. Harus ada tokoh cewek cantik yang jadi rebutan cowok-cowoktamvan, maka jadilah Brama dibuat memperebutkan Siena, bareng Nala, dan bahkan mungkin juga Remi, yang tokohnya akan kita bicarakan selanjutnya.

Remi. Aku menyebut Remi tokoh yang tragis, bukan karena plot ceritanya, tapi karena penulis kayaknya bingung mau memasukkan Remi ke mana. Di awal Remi ini paling getol membela Siena, di saat semua orang mengucilkan Siena, pasti ada Remi membesarkan hatinya. Tapi eh tetapi menjelang akhir dia malah gak jadi siapa-siapa.

Tidak jadi cowok yang memperebutkan Siena, tidak jadi pacarnya, bahkan tidak jadi teman. Terus kenapa dari awal dibuat seolah Remi akan jadi seseorang? Mungkin awalnya penulis mau membuat tiga cowok tamvan yang mengejar Siena, tapi berpikir itu mungkin agak berlebihan, makanya dia urungkan niat itu. Keputusan bagus, tapi caranya sangat kasar.

Flo. Flo bisa saja menjadi sahabat Siena. Dia menyapa Siena, berusaha bermanis-manis, dan aku merasa dia tulus melakukan itu. But, Siena have to being a beach, dia mengabaikan kebaikan Flo dan malah ngomong yang kagak-kagak ke pacar Flo (Nala). Jujurlly, kalau jadi Flo aku pun jadi kepengen membumly Siena. Udah dibaikin malah sok Emo, ngeselin gak, tuh?

D. Dialog

Cukup mengejutkan aku enjoy mebaca dialog-dialog dalam novel ini. Tidak terlalu bertele-tele, tidak terlalu cringe, intinya tidak membuat kepalaku terasa akan pecah. Kalau dibandingkan novel-novel Watpat lain, jelas dialog novel ini lebih baik. Setiap dialog membuat jalan cerita maju, itu sudah cukup membuat seorang Impy senang.

Namun oh nenamun, satu hal yang sangat aku keselin dari dialog novel ini adalah sifatnya yang Su'udzon. Alias selalu disorongkan ke sesuatu yang buruk kadang malah di luar konteks. Aku tidak akan memberi contoh secara spesifik, tapi ini sekadar gambaran. Percayalah, gambaran ini 90% persis seperti dalam novel.

"Kemarin di jalan pulang aku ketemu sama Kim Jong Unch," kata Siena.

"Oh, jadi sekarang loh Best Pren Poreper ame si Kim Jong Unch?" Nala tercengang. "Siena, dia itu orang jahad!!!"

Contoh lain ....

"Kamu mau ke kantin gaks?" tanya Flo

"Aku nggak makan," jawab Siena, being a beach.

Flo terkekeh unyu. "Ada-ada aja, qamu. Setiap manusia kan harus makan."

"Jadi kamu pikir aku bukan manusia?" Siena being a sewot beach.

Aneh, 'kan? Kayak ... tokoh-tokoh di sini selalu menyetir percakapan ke arah yang tidak seharusnya. Kenapa Nala nuduh Siena best pren poreper sama Kim Jong Unch, padahal cuma ketemu pas pulang! Kenapa Siena nuduh Flo ngatain dia bukan manusia, padahal Flo cuma bilang kalau semua manusia harus makan!

Kadang dialog-dialog seperti ini bikin aku frustrasi! Tidak bisakah tokoh-tokoh di sini menyetel otak mereka ke arah rasional. Jangan mengada-ada, jangan nuduh-nuduh, jangan su'udzon!

Aku bisa paham kalau dialog begitu cuma datang dari satu orang secara spesifik. Bisa jadi itu memang kepribadiannya, karena memang ada tipe orang seperti itu di dunia nyata (tipe orang ngeselin kalau boleh kubilang). Namun, saat dialog itu datang dari SEMUA TOKOH, itu jadi masalah besar.

Rasanya penulis harus mulai latihan membuat dialog. Saranku untuk penulis (juga kalian semua) ... tentukan dulu sifat tokoh sebelum memutuskan dialog seperti apa yang menjadi ciri khasnya. Yakinkan setiap tokoh punya sisi autentik tersendiri supaya dialog masing-masing tidak terkesan sama.

E. Gaya Bahasa

Untuk urusan laju alur, boleh dibilang gaya bahasanya mengalir. Dalam arti, tidak banyak adegan bertele-tele yang bikin aku skip-skip-skip terlalu banyak. Jumlah kata per bab memang terlalu sedikit dan itu agak mengganggu. Kenapa mengganggu? Karena ketahuan betul penulis mulai kebingungan menamai setiap Bab-nya, dna setiap Bab cuma jadi kesimpulan dari satu adegan.

Misalnya, Bab berjudul "Hari Kelabu", cuma menunjukkan kalau Siena bete. Atau Bab "Menghadapi Brama" cuma menceritakan Siena ketemu Brama dan ngobrol dikit. Maksudku ... esensi dari setiap Bab yang seharusnya mempunyai kesimpulan itu tidak ada. Cuma kayak cuplikan adegan aja.

Noel ini juga memakai POV Campuran, yang mana selalu membuatku mengurangi poin dalam menilai novel. Aku masih bisa memaafkan POV3 terbatas yang berganti-ganti fokus tokoh di setiap Bab. Tapi saat satu Ba memakai POV1, lalu POV3, balik lagi POV1, ganti lagi POV3. Itu tandanya penulis belum bisa mengeksekusi novelnya dengan baik. Tidak ada konsistensi di sana.

Penulis juga sering memasukkan secara random dan kasar saat perkenalan tokoh. Gak ada ujan, gak ada angin narasi menjelaskan kebiasaan Siena sehari-hari, itu juga terjadi pada Nala, Brama, dan Flo saat sudut pandang berpindah-pindah ke mereka. Percayalah, ada cara lain untuk memperkenalkan tokoh tanpa harus diberikan narasi khusus.

Pengulangan informasi tentang tokoh juga sering berulang-ulang. Terutama tentang betapa Emo dan 5L-nya Siena. Betapa Siena sudah terbiasa dibumly, dan sudah biasa sendirian, jadi itu tidak berpengaruh baginya.

Ekhem ... informasi seperti itu cukuplah disebut sekali saja. Kalau empat sampai lima kali itu tandanya Siena memang terpengaruh dengan segala Pembumyan tersebut, dong!

F. Penilaian

Cover : 2

Plot : 3

Penokohan : 2,5

Dialog : 2,5

Gaya Bahasa : 2

Total : 2,5 Bintang

G. Penutup

Aku mulai membaca novel ini dengan penuh prasangka buruk, lantaran premis yang diangkat hampir mirip Noir dan tema detektifnya agak mirip Omen. KalianPembaca Budiman tentu tahu kalau dua novel itu adalah novel yang membuatku TRAUMA!!!

Makanya agak mengejutkan saat aku membaca lembar per lembar tanpa banyak komplain, selain beberapa kali memutar bola mata akibat dialog su'udzon dan sifat beachy Siena. Melihat beberapa novel serupa lulusan Watpat, Aku Tahu Kapan Kamu Mati jelas terbilang normal.

What I'm trying to say is IT COULD BE WORSE!

Nah, jadi kalian paham maksudku saat kubilang boleh saja mengeneralisir novel dari platformnya, atau penulisnya, atau rumah terbitnya. Namun, saat ternyata prasangka buruk kita keliru sebaiknya kita mengakui hal tersebut. Aku lebih memilih disuruh membaca ATKKM sepuluh kali, daripada membaca ulang satu lembar Noir atau Omen.

Nah, kalau ATKKM sudah direview, apakah aku akan lanjut mereview dua novel terbaru yang kubicarakan di awal? Atau aku malah molor lagi bahkan membaca novel-ovel terbitan zaman megalitikum? Hanya aku yang tahu. Benar ... bahkan Neptunus pun tidak tahu.

Sekian dulu dariu. Sampai jumpa di lain waktu ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Matahari Minor

Laut Bercerita

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Peter Pan