Fantasy Fiesta 2010


Judul : Fantasy Fiesta 2010 (Antologi Cerpen Fantasi Terbaik 2010)

Penulis : R.D Villam, Bonmedo Tambunan, Klaudiani, DKK

Penerbit : Andhika Pustaka

Tahun Terbit : 2010

ISBN : 9789791999144

Tebal : 280 Halaman

Blurb :

Mari sejenak berkelana ke tanah angan.

Tanah di mana yang Hidup Seribu Tahun masih terus bernafas dan melangkah. Tempat di mana Burung Api masih mengarungi langit. Panggung di mana para dewa mementaskan Drama Terhebat Yang Pernah Ada. Dan realita di mana Nama Terlarang mengintip dari balik angkasa.

Mari bersama-sama menerbangkan daun harapan di Bukit Angin. Menelusuri kota misterius Apollyon. Berlari bersama Bocah Serigala, meraung bersama si Pengubah Wujud. Mengunjungi Kota Para Buas dan Istana Camar. Menonton Boxinite di Planet X31. Menjelajahi Labirin tak berujung.

Mari menari di Rhytma! Berteman Matahari Sylvania, bermandikan Hujan. Satukan tangan bersama Yang Empat, dan bertualang bersama Moka si Mobil Jelaga. Mencumbu Api Rangda, Mencandu Aksara, Merindu Buku bersama Wan dan Na.

Selamat datang di Fantasy Fiesta. Mari berpesta!
MENGANDUNG SPOILER!!!

A. Peak Indonesian Fantasy


Pembaca Budiman yang berbahagia, tahookah kalian bahwa di era Golden Decade pernovelan Indonesia, bukan cuma genre Teenlit yang ada di puncak kejayaan, tapi juga genre Fantasi. Memang Indonesia tidak pernah menjadi pelopor, atau menciptakan trope baru. Novel-novel Fantasi di era Golden Decade banyak terpengaruh game (khususnya RPG), serta novel-novel barat. Namun oh nenamun, di masa inilah genre Fantasi benar-benar FANTASI.

Bukan sekadar tempelan, bukan ajang keren-kerenan, bukan didasari hasrat ingin tenar, tapi benar-benar penulis yang berdedikasi membuat kisah-kisah menarik di luar nalar manusia. Penulis-penulis tersebut bahkan membuat dunia untuk ceritanya, lengkap dengan suku, agama, ras, mata uang, sampai mitos dan sejarah dari dunia itu sendiri.

Fantasi era Golden Decade melahirkan dunia fantasi yang begitu epik dan kompleks di antaranya Vandaria Saga, Ther Melian, Everna Saga, bahkan Serial Bumi lahir di era Golden Decade, sebelum TL me-milking-nya sedemikian rupa. Tidak pernah ada lagi penulis yang berdedikasi setinggi itu di zaman sekarang, sebab tujuan mereka bukan sekadar membuat kisah, tapi apa yang dihasilkan dari kisah tersebut.

Review kali ini aku membawa Antologi Cerpen barokah dari era Golden Decade berjudul "Fantasy Fiesta". Beberapa penulis di dalamnya sudah sangat familiar, sebab mereka juga merupakan Tukang Review Pedes di blog Fiksi & Fantasi Indonesia. Tepatnya F.A Purwan dan Luz Balthazar. Merekalah orang-orang yang mengisnpirasiku sehingga melahirkan blog Review Impy.

Aku tidak pernah percaya pada kalimat "Jangan jadi kritikus karya kalau belum pernah bikin karya". That is bullpoop, kritikus tidak harus melakukan apa yang dilakukan oleh sesuatu yang dikritiknya. Tapi marilah kita lihat cerpen ciptaan F.A Purwan dan Luz Balthazar. Apakah cerpen ciptaan mereka bisa membuat kritik mereka terhadap kisah-kisah Fantasi selama ini kredibel?

Sampul buku ini benar-benar menarik, begitu melambangkan Antologi Cerpen Fantasi. Segala jenis dan ras Fantasi ada di sana, mulai dari Peri, Naga, Elf, Golem, Troll, Ksatria, Robot, bahkan Astronot!!! Dan mereka duduk satu meja seolah sedang ada di belakang panggung dari pementasan terhebat abad ini. Marvel could never!!!

Makanya, tanpa banyak basa-basi, mari kita jelajahi fantasi beragam yang disajikan penulis-penulis berdedikasi dari era Golden Decade. I'm so excited!!! 

B. Plot

So ... ada 20 cerpen dari 20 penulis berbeda dalam Antologi ini. Berbagai macam sub-genre serta tema, mulai dari Romance, Petualangan, sampai Sains. Ada yang mengambil High Fantasy, ada pula Slice of Life. Marilah kita membahas cerpen-cerpen tersebut satu per satu, sambil memberikan rating. Rating ini bersifat pribadi tentunya, aku berusaha objektif, tapi selera tidak dapat dibohongi.

Markimul. Mari Kita Mulai!!!

1. Bocah Serigala dan Isyarat-isyarat Api karya Jaladara (ALRIGHT)


Bercerita tentang seorang anak yang menolong serigala, kemudian sang serigala membalas pertolongan tersebut. Fantasi di sini sangat terasa dari latar tempat dan suasana. Seolah aku sedang tersesat di tengah hutan bersama suku asli penghuninya, lalu bertualang bersama mereka. Nama-nama tokoh dalam cerita ini pun ... unik.

Kita akan menemukan nama tokoh seperti Cakar Serigala Membelah Bulan serta Tanduk Rusa Menerjang Angin. Anehnya, nama-nama benda atau kenampakan alam malah tergolong biasa aja dibandingkan nama tokoh yang super unik. Misalnya Gunung Jiwa, Sungai Air Mata, Api Besar. Aku jadi berpikir penulis terlalu lelah memeras otak untuk nama tokoh unik sehingga membuat nama elemen lain jadi ogah-ogahan.

Terkadang nama Cakar Serigala "Membelah" Bulan pun berubah jadi Cakar Serigala "Memecah" Bulan. Entah itu kekeliruan atau mereka adalah dua tokoh yang berbeda, tapi aku tidak menyadarinya? Kalau dilihat dari cerpennya, kemungkinan pertama lebih masuk akal.

Aku jadi berpikir, nama terlampau unik mungkin bukan keputusan bagus, sebab hal-hal brekele seperti lupa nama bisa lebih sering terjadi. Alur ceritanya sendiri oke, tapi tidak yang terlalu membuatku terkesan jadi. It's Alright ....

2. Hujan karya Ivon Natasa (ALRIGHT)


This is a sad one. Bayangkan dongeng Si Gadis Penjual Korek Api. Konsepnya sama, tapi aspek-aspek di dalamnya lebih kompleks. Ada entitas yang jelas, World Building terasa nyata, ending-nya pun tidak terlalu spektakuler, tapi jelas membuat hati ikut merasa perih akan kenyataan yang terjadi.

Alasan kenapa aku memberikan cerpen ini rating Alright, karena something's missing. Kayak serba nanggung gitu. Seolah ada kisah yang seharusnya aku ketahui sebelum ini, dan tanpa mengetahui kisah tersebut, cerpen ini jadi terasa kureng. Membacanya lagi saat menulis review ini pun tidak membuatku ingin mengubah rating-nya.

Cerpen ini jelas sangat bagus, sesuai tema dan genre yang diangkat. Namun, banyaknya konflik tersirat membuat alur ceritanya malah lebih susah dinikmati. Mungkin aku butuh lebih banyak konteks, mungkin otak brekele ini tidak mampu disuruh menikmati cerita bagus yang terlalu sarat makna tersirat. 

3. Candu Aksara karya Dewi Putri Kirana (Juara 1 Fantasy Fiesta 2010) (WOOOO)


KITA PUNYA POV2, CUY! Dieksekusi dengan baik pula, makanya cerpen ini punya nilai tambah. Sepanjang membaca cerpen ini, aku terngiang lagu Nasty yang dinyanyikan oleh Tinashe, terutama pada bagian "Nasty, I've been a nasty gorl ... Nasty, I've been a nasty gorl!"

Bayangkan saja, kita sebagai pembaca (karena ini mengambil POV2) menjadi seorang penikmat buku, secara harfiah ... alias kita menikmati buku ... menikmati rasa buku ... memakannya ... kalian paham maksudku?

Suatu hari kita bertemu penulis wanita yang rajin membuat kisah-kisah epik (Gak kayak kelean!). Kita terobsesi pada rasa dari cerita-cerita buatan wanita tersebut, sampai ke taraf kecanduan. Tentu saja kita melakukan ini secara sembunyi-sembunyi, sebab itu bukan sesuatu yang normal. Dan tentu saja cepat atau lambat si wanita akan mengetahui rahasia tersebut.

Lantas apa yang terjadi saat wanita itu memergoki kita sedang "menikmati" novel-novel epik ciptaanya? Nah, saat itulah lagu Nasty kembali terngiang di kepalaku, terutama di bagian "Is somebody gonna match my freak ... Is sombody gonna match my freak ...."

Yang aku suka dari cerpen ini, selain Plot Twist aduhai, juga cerpen ini Gender Neutral. Artinya, tidak peduli laki-laki atau perempuan, kita bisa masuk ke cerita tanpa merasa aneh. Sebab tidak ada hint yang menunjukkan kita harus jadi gender tertentu. Ya, tokoh lawan main kita wanita, tapi bukan berarti kita harus jadi pria, 'kan?

4. Boxnite karya R. Mailindra (WOOOO)


Jujur, Sci-Fi adalah sub-genre fantasi yang paling tidak aku minati. I'm more like an Old School Fairytale Gorl. Namun oh nenamun, Boxnite membuatku benar-benar mengunci mata dan pikiran. Berlatar di Indonesia masa depan, walaupun untuk beberapa alasan orang-orang negara lain juga ada di sini. Ya ... World Building-nya memang agak membingungkan.

Menceritakan seorang asisten bayaran (slackboy) dari petinju-petinju antar-galaksi. Perjudian dan Korup rasanya tidak pernah pudar, baik di masa sekarang maupun masa depan, sebab tokoh-tokoh dalam kisah ini rela melakukan berbagai cara, bahkan hal-hal kotor demi keuntungan diri sendiri.

Rasanya masa depan tidak jauh berbeda dari sekarang, kalau tidak lebih buruk. Itu sebabnya masa lalu lebih baik, h3h3. Aku suka dialog tokoh-tokoh di sini, terasa modern, edgy (dengan konotasi positif), unik juga. Narasi batin si Tokoh Utama (Trey) pun sangat asik. Terlihat bahwa meskipun dia Tokoh Utama, dan kita jelas harus ada di sisinya, Trey bukanlah orang dengan sikap terpuji.

Tapi di sisi lain kita memahami dia, kita tahu alasan kenapa dia bersikap demikian. Dan itulah yang paling utama dari POV1. TOKOH UTAMA ADALAH KOENTJI!!!

5. Aku Hidup Seribu Tahun karya L.M.R. Pradana (PERFECT)


Ada sesuatu yang mesmerizing dari cerpen ini. Tema yang diangkat, eksekusi cerita, dialog, gaya bahasa, semuanya aduhai. Cerpen ini menceritakan tentang seseorang atau entitas yang sudah hidup seribu tahun. Karena hidup seribu tahun, dia seringkali mengalami kejadian yang sama, semacam Deja Vu. Entah menyenangkan atau menyedihkan.

Aku suka gaya bahasa cerpen ini, cara penulis mengeksekusi adegan flashback tidak terasa seperti pengulangan adegan yang membosankan. Di setiap flashback, perasaan si tokoh utama pasti dideskripsikan secara detail sehingga pembaca bisa ikut merasakan, entah kesedihan atau kegembiraan yang si tokoh rasakan saat mengalami ingatan-ingatan tersebut.

Kekurangan cerita ini ... sebenarnya bukan kekurangan juga, tapi ketidakpuasan diriku pribadi. Aku sedih saat cerpen ini sampai di halaman terakhir, tanpa konklusi. Well ... tanpa konklusi yang aku inginkan tepatnya, h3h3. Selain menggantung, apa yang terjadi pada si tokoh di akhir cerita juga sangat membingungkan.

Apakah dia sebenarnya manusia? Hewan? Manusia setengah hewan? Hewan setengah manusia? Monster? Dracula? Werewolf? SOSOK APA DIA SEBENARNYA???

6. Api karya Klaudiani (ALRIGHT)


Cerpen ini terasa seperti Spin-off dari cerita yang lebih besar. Kayak ... seharusnya aku membaca cerita sebelumnya supaya memahami latar belakang tokoh, tempat, serta dunianya secara keseluruhan. Bukan berarti alur ceritanya tidak menarik. Oh, ho, ho ... kisah ini sangat menarik, tentang pasukan khusus yang menangani orang-orang berbahaya.

Nama-nama tokoh pun sangat aduhai seperti Alpha, Omega, Zeta, Tetha, dan alfabet latin lainnya. Mereka semua diberkahi semacam ilmu supernatural, termasuk ke dalam tim yang bertugas menangani orang-orang yang juga memiliki ilmu supernatural, tapi belum bisa mengontrolnya. Itu terdengar seperti Miss Peregrine's Home For Peculiar Children, dengan tambahan bumbu-bumbu aksi tentunya.

Masalahnya, walaupun sangat keren dan brutal, aku tidak merasakan apa-apa saat ada tokoh yang meninggoy, sebab aku belum cukup mengenal mereka untuk bisa peduli. Barangkali cerpen ini memang Spin-off dari cerita yang lebih besar, aku sangat ingin membaca cerita tersebut, untuk bisa mencintai cerpen ini.

7. Apollyon karya Fachrul R.U.N (Juara 2 Fantasy Fiesta 2010) (GOAT!!!)


THIS IS A FUN AND THRILLING STORY!!! Aku tidak menyangka akan sangat menikmati cerita aksi-misteri berbentuk Diary dan/atau Jurnal. Latar belakang cerita, tensi yang dibangun, deskripsi singkat-padat-jelas, serta ending unhappy, tapi jelas sangat memuaskan. Walaupun cerpen ini juara dua, cerpen ini juara satu di hatiku.

Menceritakan seorang pria yang juga semacam agen atau militer. Dia bersama tim-nya punya misi penting menemukan sebuah tempat sakral bernama Apollyon. Tempat yang berbahaya, konon katanya siapa pun yang datang ke sana, tidak akan pernah kembali. Atau ... kembali untuk membawa lebih banyak orang untuk dijadikan tumbal.

Kota ini berisi monster, zombie, dan segala hal lain yang membuat manusia kehilangan akal sehat. Cerpen ini mengingatkanku pada film Interstellar dan The Mist, dalam segi ketegangan, juga suasana hatiku saat membacanya. This is one of the best story

8. Kota Para Penjarah karya Luz Balthasaar (WOOOO)


Sumur, sumur, sumur ... satu dari dua Reviewer Pedez penghuni blog Fikfan Indo ternyata sangat menarik. Walaupun tema yang diangkat standar, eksekusinya jelas sangat baik. Bahkan aku merasa penulis menerapkan setiap hal yang sering dikritiknya dari sebuah karya, menunjukan bahwa, "Begini loh, cara eksekusi cerita yang bener!"

Jadi cerpen ini menceritakan ketamakan manusia dalam mengambil hak-hak makhluk lain. Bukan sembarang makhluk, mereka adalah "Buas", makhluk berbentuk manusia, tapi punya kemampuan mengubah wujud menjadi hewan. Kemampuan mereka tentu sangat menakjubkan, tapi jumlah manusia lebih banyak sehingga kolonialisme pun terjadi.

Sebagai pihak tertindas, para Buas tentunya ingin merebut kembali hak mereka. Maka itulah yang mereka lakukan ... PERANG PERLAWANAN!!! Nah, ending cerita ini aku sebut memuaskan. Tidak berusaha membuat gebrakan baru, tidak berusaha jadi cliffhanger, tidak dibelok-belokin untuk jadi twist.

Intinya, apa yang kita harapkan sebagai ending cerpen ini, kita mendapatkannya. Aku suka hal-hal simpel yang masuk akal, dan aku juga suka cerpen ini. Cuma satu keluhan ... Dua tokoh utama kita (Kirali dan Barshan) adalah kakak beradik, cowok-cewek, tapi kenapa oh mengapa tingkah mereka sangat SUS???

Ya, aku tahu hubungan akur kakak beradik lain gender berpotensi menjadi sesuatu yang SUS. Namun, untuk Kirali dan Barshan kayaknya sudah another level.

9. Sang Pelukis karya Fredrik Nael (Juara 3 Fantasy Fiesta 2010) (BPODS ....)


Um, what is this? Kita bersenang-senang selama delapan cerpen, dan sekarang kita disuguhi cerita yang begini? Dengar, cerpen ini dianugerahi juara ketiga dalam antologi berisi 20 cerita, artinya novel ini lebih baik ketiga dari 20 cerpen. Kisahnya pasti bagus, dong? Tidak ... lebih tepatnya kisahnya HARUS bagus, dong?

Harus aku akui cerpen ini memang bagus ... BUAT SI PENULIS SENDIRI!!!

Aku membaca cerpen ini bukan cuma sekali, bukan juga dua kali, melainkan tiga kali. Namun, mengapa oh kenapa tidak sedikit pun aku mengerti apa yang si penulis berusaha sampaikan? Terlalu banyak anekdot, metafora, makna tersirat, filosofisasi, sampai tujuan ceritanya sendiri malah jadi hilang.

Gara-gara cerpen ini aku langsung mengecek Goodreads untuk mengetahui apakah orang-orang juga kesusahan menafsirkan cerpen satu ini, atau memang otakku yang bodo. Ternyata eh ternyata, semua orang juga kebingungan, bejir! Literally, tidak satu pun orang-orang Goodreads mampu memahami cerita super-duper filosofis ini.

Aku jadi berpikir, juri Fantasy Fiesta memberi cerpen ini juara tiga untuk sekadar mengapresiasi si penulis, karena sudah membuat cerita se-bikin puyeng ini. Maksudku ... membuat cerpen bermakna padu memang sebuah keahlian, tapi sengaja membuat cerpen tidak padu sampai sebagian besar orang tidak bisa memahaminya itu keahlian lain.

10. Anak Lelaki dan Si Pengubah Wujud karya Magdalena M. Amanda (WOOOO)


Belakangan ini aku ada di fase terpikat lagi pada game God of War. Khususnya GoW Ragnarok, di mana si protagonis (Kratos) mempunyai anak laki-laki (Atreus). Hubungan bapak dan anak ini tidak bisa dibilang baik, tapi mereka jelas berusaha untuk saling menyayangi dan saling menghormati. Nah, cerpen ini mengingatkanku pada Kratos dan Atreus!!!

Anak laki-laki UwU nan baik hati berdampingan dengan Bapacc-bapacc emosian, kasar, penggerutu. Walaupun dinamika mereka bukan sepenuhnya ayah dan anak, tapi pada akhirnya mereka merasakan hubungan kekeluargaan tersebut satu sama lain. Aku selalu suka cerita keluarga yang UwU, dan ini jelas salah satunya.

11. Kerinduan Buku karya Elbintang (BPODS)


Heel naw! Kenapa aku cuma menulis, "I don't really understand what's going on, tho." dalam catatan review tentang cerpen ini? Aku ingat cerpen ini menceritakan humanisasi unsur intrinsik cerita yang menuntut "Sang Dewa" alias sang penulis untuk melanjutkan kisah mereka.

Tokoh-tokohnya sendiri mencangkup Pencipta Sebab, Peletak Akibat, juga Pemegang Alur dan Plot. Seharusnya kisah ini relate denganku, sebab aku bisa dibilang "Sang Dewa" yang juga kagak kunjung menyelesaikan ceritanya, h3h3.

Barangkali itu sebabnya aku tidak bisa (atau menolak) untuk memahami cerpen ini. Cerpen ini terlalu relate hingga malah membuatku tertampar 👁️👄👁️ (aku tidak suka ditampar, terutama oleh kenyataan).

12. Dewa Laut Istana Camar karya 145 (ALRIGHT)


Rasanya aku ingin memberi rating lebih tinggi untuk cerpen ini daripada sekadar ALRIGHT. Namun, lagi-lagi ini tipe cerpen yang terasa seperti Spin-off dari cerita lebih besar. Ada sebutan-sebutan asing yang tidak dijelaskan secara eksplisit seperti Quiscart, apa perbedaannya dengan Jin, dan Penyihir dalam World Building?

Tokoh utama Malis dan Coo punya kemistri yang strong, dialog dan gaya bahasa cerpen ini juga enak. Tapi, ada satu tokoh bernama Nyonya Bertha. Belio merupakan pengurus penginapan tempat Malis tinggal. Digambarkan ramah, unyu, dan penyayang, terutama pada satu anaknya yang sedang pergi jauh. Malis juga terlihat sangat peduli kepada Nyonya Bertha.

Nah, pada akhirnya diketahuilah kalau Nyonya Bertha ternyata jahat, dia seorang penyihir atau apalah itu. Masalahnya ... reaksi Malis saat mengetahui fakta tersebut rasanya kureng. Maksudku, dari awal dia digambarkan sangat peduli pada Nyonya Bertha, kok dia tidak merasa terkhianati, atau miris, atau apalah yang lebih melambangkan kedekatan mereka selama ini?

Yah ... mungkin itu saja pendapatku tentang cerpen ini. Ada typo, tapi literally cuma sebijiq, jadi marilah kita lupakan masalah tersebut. (Terus kenape elu ungkit-ungkit?)

13. Moka Si Mobil Jelaga karya Yuniar K. (ALRIGHT)


ADUHAI!!! Rasanya seperti kriminal memberi cerpen ini cuma ALRIGHT. Tapi aku benar-benar merasa cerpen ini salah rumah. Jangan salah, cerpen ini sangat UwU, sederhana, juga sarat amanat. Masalahnya semua elemen itu bakal sangat barokah kalau tampil di Majalah Bobo. Well, coba saja kalian cerna rangkuman novel Moka Si Mobil Jelaga di bawah ini ....

Menceritakan mobil tua bernama Moka yang sudah tidak layak pakai, Moka tentu merasa minder pada mobil-mobil lebih muda. Moka merasa dirinya sudah tidak berguna, ditambah lagi mobil-mobil muda juga suka merundung Moka.

Untung beribu untung, bagi keluarga Pak Sam, Moka lebih dari sekadar mobil tua. Moka mengabdi lebih lama dari mobil-mobil mana pun. Susah dan senang sudah dilalui keluarga Pak Sam bersama Moka. Maka dari itu. keluarga Pak Sam ingin membalas budi dengan menjadikan Moka kembali berguna, kini bagi semua orang.

Moka pun diubah menjadi perpustakaan kecil. Moka memang tidak bisa lagi berpergian jauh untuk bertemu orang banyak. Tapi sekarang orang-orang akan datang dari jauh untuk melihat Moka. Moka pun berbahagia, Pak Sam dan keluarga bahagia, semua orang bahagia.

Wholesome dan penuh pelajaran, itu jelas. Hanya saja, bukan cerpen seperti ini yang aku harapkan dari antologi cerpen fantasi yang berisi Gend-o-sida, pembvnvhan, atau malah pembalasan dendam orang-orang terkutuk. Though I love you, this is not your place, Moka.

14. Drama Terhebat yang Pernah Ada karya Tyas Palar (BPODS)


NAUUURRR!!! Ada apa dengan cerpen satu ini! Percayalah saat kukatakan semangatku mencapai puncak Jaya Wijaya ketika cerpen ini memakai nama Dewa/Dewi Yunani sebagai tokoh. Yang berarti aku akan menyukai cerpen ini, sebab tema Mitologi Yunani selalu punya tempat tersendiri di hatiku. Aku bahkan sudah membuat memo bertulis "Oh yeah! Greek Gods Theme, Baby!".

Namun oh nenamun, aku mulai menemukan banyak kejanggalan. Pertama, nama Dewa/Dewi Yunani di sini mungkin hanya sekadar tempelan, sebab sifat Ares sebagai Dewa Perang sangat submisif(?). Maksudku ... dia Dewa Perang, loh! Dia arogan dan narsistik. Jelas "iyeh aje" bukanlah sifat natural seorang Dewa Perang!

Well, mengambil tokoh Dewa/Dewi memang tidak mesti penokohannya sesuai dengan sifat stereotipikal Dewa/Dewi dalam mitologi. BUT! Kalau begitu, kenapa selain Ares, penokohan Dewa/Dewi lain sangat sesuai dengan stereotipikalnya? Kenapa cuma Ares yang secara spesifik dibikin berbeda dari sebagaimana seharusnya Dewa Perang berperilaku?

Udah gitu, gak ada hujan, gak ada badai, tiba-tiba Anubis nongol di cerita ini buat apa? Kenapa dia tetiba nyasar ke negeri orang? Ya ... mungkin penulis sengaja membuat absurd, karena sub-genre yang diangkatnya memang komedi. Tapi, kembali lagi  jadi terasa kayak cuma tempelan.

Kayak, membuat cerita lucu, cuma untuk keliatan lucu. Dialog dalam cerpen ini sangat seru, harus aku akui itu. Aku cuma tidak suka penokhan serta World Building-nya secara keseluruhan. Seandainya tokoh yang berbincang di sini bukan Ares alias DEWA PERANG, aku akan memberi cerpen ini rating lebih tinggi. Don't do my buoy Ares dirty like that!

15. Rhytma karya Bonmedo Tambunan (GOAT)


Okay, alright. Aku harus bersyukur pada Neptunus dan Poseidon, karena setelah disuguhi cerita Dewa/Dewi Yunani-Mesir absurd, akhirnya ada cerpen yang membuatku tersepona. Menceritakan kakak beradik yang telah lama bermusuhan hingga permusuhan itu menyebabkan dunia tidak seimbang.

Untuk mengembalikan keseimbangan dunia, kakak beradik ini harus bekerja sama, sebab cara menyembuhkan dunia adalah dengan mengalunkan lagu-lagu penyembuhan. Ibaratnya "It takes two to tango". Mereka mau tidak mau harus berbaikan, atau binasa bersama dunia. Untung punya untung, mereka memilih opsi pertama.

Dunia terselamatkan pada akhirnya. Namun, apakah hubungan mereka juga? Thats the question.

Tensi cerita ini sangat bagus, twist-nya juga menyenangkan. Mataku langsung memelotot begitu mencapai "tonjokan" di akhir. Ending cerita ini mengambil jenis "Open Ending" yang sangat berhasil, karena pembaca bisa berspekulasi sendiri bagaimana akhir kisah ini, mau yang versi bahagia, atau sedih? Kita sendiri yang menentukan. This is one of my favourite.

16. Labirin karya Aphrodite (ALRIGHT)


Lagi-lagi tentang tokoh yang keluar dari dimensinya untuk menuntut kelanjutan cerita dari Sang Dewa (alias Si Penulis). Um ... apakah antologi ini memang ingin menyindirku? Bahwa inilah yang akan terjadi kalau aku tidak segera melanjutkan kisah yang sudah kubuat sejak awal?

Ekhem ... Apa pun itu, aku menikmati cerpen ini. Si tokoh membunuh Penulis, hanya untuk mengetahui bahwa dunianya sendiri akan hancur ketika Si Penulis mati. Itu yang aku sebut ending bumerang. Walaupun ada beberapa logika yang butuh penjelasan, tapi semua bisa dipatahkan dengan kaliman "Ini kan genre fantasi" jadi aku tidak akan protes lebih jauh.

17. Nama Terlarang di Angkasa karya Calvin M. Sidjaja (ALRIGHT)


Sungguh, ini adalah cerpen yang menarik. Menceritakan tentang misteri dari sebuah mitos berbahaya, serta obsesi berujung takabur hingga menciptakan bencana. Aku suka struktur ceritanya, aku suka dialognya, aku suka gaya bahasanya. Setiap paragraf membuatku semangat untuk terus mengganti halaman, dan intrik antar tokoh sangat menyenangkan.

Lantas kenapa aku hanya memberi ALRIGHT? Jadi begini ... masalahnya ada pada diriku. Aku bukan orang yang terlalu cemerlang, dan sangat malas. Ingat dua poin tersebut. Ketika penulis terlalu banyak memberi metafora, makna tersirat, menyebar banyak clue yang harus bikin mikir, aku tidak akan bisa menikmati ceritanya dengan maksimal.

Itu sebabnya aku benci novel bertema detektif. Semakin bagus cerita detektif, semakin tersirat pula clue di dalamnya. Alih-alih menikmati, aku malah dibikin pusing-puyeng-pening tujuh keliling. Cerpen ini bukan bertema detektif sama sekali, tapi sangat banyak makna tersirat di dalamnya sehingga susah bagiku untuk menikmati ending-nya.

18. Speak Of The Devil : Perangkap karya F.A Purawan (GOAT)


OMAGA, THIS IS SO EPIC!!!

Kisah yang menceritakan sisi terkelam manusia. Menunjukkan bahwa terkadang Iblis pun punya lebih banyak sisi kemanusiaan daripada manusia itu sendiri. Aksi dalam cerpen ini juga sangat barokah, setiap dialog menggambarkan sifat dan sikap para tokoh, dan semua diceritakan dalam porsi yang pas. Aku tidak menyangka cerpen bisa sepadat sekaligus seberat ini.

Keluhanku lagi-lagi datang dari prefensi diri sendiri. Cepren ini terasa sangat seperti game RPG. Dialog dramatik, alias tidak natural, penggunaan onomatope berlebihan, antagonis gemar curcol dan mengeluarkan suara-suara RPG-ish. Kita semua tahu apa pendapatku pada cerita bernuansa RPG, semua tergambar di Review Everna Saga.

Another thing ... walaupun sangat bagus dan menegangkan, aku merasa tokoh-tokoh di sini terlalu one dimensional. Antagonis harus super-duper Villain yang selalu berdialog jahat. Protagonis dibuat seolah cuma dia yang punya sisi simpati dan empati. Maksudku ... di mana sisi kompleks makhluk hidupnya, Margarita?

19. Hari Terakhir karya Erwin Adriansyah (WOOOO)


Another epic story. Cerpen ini dimulai dengan perang besar, kemudian konteks dibuka sedikit demi sedikit hingga akhirnya pembaca memahami apa yang terjadi. Menceritakan perang antar manusia dan naga (dan makhluk lain) untuk menentang Tuhan Palsu, tanpa sadar mereka malah menentang Tuhan Sungguhan.

Membaca cerpen ini aku jadi teringat sebuah Quotes dari film Dinosaurus yang pernah kutonton dulu ... "Kita sudah mencoba segalanya, melakukan yang terbaik, tapi tetap tidak mampu mengalahkan kekuatan yang lebih besar." Such a good movie, walaupun aku lupa judulnya (bruuh)

Satu hal yang membuatku kebingungan sepanjang membaca cerpen ini ... TOKOH-TOKOHNYA!!! Siapa yang manusia? Siapa yang naga? Siapa yang di antaranya? Aku sangat kebingungan dan aku tidak akan menyembunyikan kebingungan tersebut pada kalian!!!

20. Matahari Sylvania karya R.D Villam (PERFECT)


Cerpen ini bercerita tentang sebuah negeri yang dipimpin oleh Ratu alih-alih Raja. Dewi-dewi pun lebih berkuasa daripada Dewa-dewa. Tentu saja, akan ada satu-dua orang yang tidak menyukai hal tersebut, terutama dari pihak Laki-laki. Cerpen ini bisa dibilang mengangkat tema feminisme? Tapi bukan yang terlalu hardcore.

Walaupun ... aku agak setuju kalau dunia dipimpin wanita, segalanya akan terasa lebih baik. Tidak akan ada peperangan, sebab wanita lebih suka menggosipkan musuh di belakang, daripada pukul-pukulan seperti anak kecil, h3h3 ... Tapi itu pembahasan untuk hari lain!

Namun oh nenamun, itu tidak tergambarkan dalam cerpen ini. Tidak peduli dipimpin oleh Raja atau Ratu, Dewa atau Dewi, Laki-laki atau Perempuan. Selama dunia dipimpin oleh manusia, tetap akan ada hal awikwok seperti pengorbanan manusia, peperangan, dan bunuh-bunuhan. Mungkin sudah saatnya dunia dipimpin oleh Tumbuhan.

Penutup

What a long journey! Aku membeli Antologi Cerpen Fantasy Fiesta 2010 dan 2011 dengan harga yang terlampau murah, sampai-sampai aku merasa tersinggung. Memangnya semurah ini genre Fantasi di mata orang-orang? Padahal isinya lumayan tebal, padahal kandungan di dalamnya sangat barokah, tapi harganya bahkan tidak sampai 50 ribu untuk satu buku!?!?!?

Antologi Cerpen Fantasy Fiesta hanya menerbitkan dua buku, tahun 2010 dan 2011. Tapi rasanya mereka mulai dari 2009, dan berakhir di 2011. Yang mana di tahun itu aku baru berusia 10 tahun. Fakta tersebut membuatku sangat marah, sebab di masa itu boro-boro aku menciptakan karya-karya bergenre Fantasi. Sumber bacaanku saja masih Majalah Misteri dan Hidayah milik bude!

Setelah Antologi 2011, aku tidak tahu lagi apa yang terjadi pada Fantasy Fiesta. Mungkin mereka berhenti, karena Fantasi bukanlah genre yang terlalu diminati pada masa itu. Satu lagi fakta yang membuatku kesal dan sedih. Tapi setidaknya komunitas itu pernah ada, dan aku sangat berharap bisa jadi bagian di dalamnya.

Sampai sekarang pun genre Fantasi masih dipandang sebelah mata. Beberapa orang bilang itu genre yang terlalu berat, beberapa lagi malah bilang itu cuma genre untuk anak-anak. Aku tidak menyangkan satu hal bisa menjadi dua hal yang berbeda. Belum lagi novel-novel Watpat yang menodai genre Fantasi dengan begitu jahatnya.

Mungkin suatu hari nanti Fantasy Fiesta akan bangkit membuat Antologi Cerpen untuk dibukukan. Fantasy Fiesta 2025. Percayalah aku akan jadi yang pertama mengajukan diri. Sampai saat itu tiba, marilah kita sambut dulu tahun 2025. Perjalanan julid kita masih panjang, dan novel-novel brekele maupun masterpiece menunggu!

HAPPY NEW YEAR, PEMBACA BUDIMAN!!! Mari kita menjadi diri kita yang terbaik tahun ini.

Segitu dulu pesan-pesanku. Sampai jumpa di Fantasy Fiesta 2011 ^^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Laut Bercerita

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Sky Academy

Matahari Minor

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)