Seperti Badai, Mimpi Indah Pasti Berlalu

Apa Cita-citamu?

Apa jawaban kalian jika diberi pertanyaan, "Apa cita-citamu saat dewasa?"

Biasanya jawaban dari pertanyaan itu akan berbeda di setiap periode hidup, terutama untuk diriku pribadi. Di masa kanak-kanak yang penuh imajinasi dan kepolosan, aku akan menjawab Balerina, Seorang Putri, atau Barbie. Di usia remaja saat imajinasi terkikis oleh pengetahuan serta ambisi menjadi berguna bagi bangsa dan masyarakat, aku mengganti cita-cita menjadi Dokter atau Hakim.


Sekarang aku sudah dewasa, seharusnya aku sedang berada di atas panggung mementaskan The Nutcracker, atau mengerjakan praktik operasi kepada seseorang di ruang serba putih, atau tengah memenangkan kasus paling rumit. Namun, kalau ditanya "Apakah cita-cita masa kecilmu sudah terwujud?" aku hanya bisa nyengir miris.

Palu realitas sudah meruntuhkan banyak hal dalam diriku, termasuk imajinasi serta ambisi untuk jadi berguna bagi bangsa dan masyarakat. Jangan salah sangka, keinginan itu tetap ada, tapi rasanya sudah sangat terlambat untuk mengejarnya. Sekarang aku lebih egois, boleh dikatakan lebih malas. Aku hanya ingin kenyamanan untuk diri sendiri.

Realitas juga menyadarkanku bahwa kepribadian sangat berperan dalam mencari pekerjaan. Sejak kecil aku introvert, canggung, tidak pandai bergaul. Aku cuek, tidak mau bersinar, tidak mau jadi pusat perhatian. Aku tidak suka keramaian, tidak suka bersaing, tidak terlalu ambisius. Aku tidak pandai berargumen, tidak suka mengobrol, pasif dalam diskusi.

Jadi aku berpikir, menjadi Balerina, Dokter, atau Hakim mungkin tidak akan membuatku bahagia, sebab semua pekerjaan itu paling membutuhkan hal-hal yang menjadi kelemahan terbesarku!

Mustahil aku menyaingi Balerina-balerina lain demi mendapatkan peran utama, bukan karena aku tidak percaya diri, tapi karena aku memang tidak terlalu minat mengejarnya. Aku akan berusaha keras, tapi juga bersyukur dengan apa pun peran yang kudapat. Sedangkan persaingan dalam dunia Ballet sangat berat. (Bisa dilihat dari film Black Swan, serta pengakuan para Balerina).

Jadi Dokter pula ... menjadi orang paling diandalkan, harus berurusan dengan orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan, berhubungan dengan hidup dan mati seseorang. Wah, wah, wah, membayangkannya saja detak jantungku berdebar sangat cepat. Aku bukan tipe pemimpin, kecanggunganku akan mengacaukan segala hal.

Jadi Hakim? Mungkin akan jadi hakim terburuk, sebab selalu kalah dalam argumentasi. Makanya aku heran kenapa aku pernah ingin jadi Dokter atau Hakim? AKU AKAN SANGAT BURUK DALAM DUA PEKERJAAN ITU!!! Kecuali Balerina, karena aku memang hobi menari, dan aku penggemar nombor uno Barbie. But it never happen.

This little gorl tidak pernah menjadi Balerina, LOL.

Jadi saat ditanya "Apakah cita-cita masa kecilmu sudah terwujud?" Aku akan bilang belum, karena aku memang belum pernah memilih sesuatu yang betulan dari hati. Satu hal yang memang aku tekuni dan cintai. Satu hal yang menjadi cita-citaku.

Mimpi Indah yang menjadi Nyata

Bersama banyak kekurangan, percaya atau tidak aku juga punya kelebihan. Katakanlah aku tidak neko-neko, suka mempelajari hal baru, mengerjakan tugas sebaik-baiknya, tidak suka menunda-nunda (khusus pekerjaan, kalau soal hobi, aduhai menunda-nundanya!).

Aku selalu berusaha ramah, aku ingin orang-orang nyaman saat berada di sekitarku, saat meminta bantuanku. Aku tidak suka bergosip, aku tidak peduli drama (kecuali dalam dunia kepenulisan), aku payah dalam menjilat. Jadi siapa pun rekan kerjaku tidak perlu merasa tersaing denganku. Percayalah ... AKU TIDAK MAU BERSAING.

Sebenarnya hal yang aku lakukan akhir-akhir ini dalam mencari pekerjaan adalah yang individual, tidak harus banyak berinteraksi, tidak harus berbasa-basi, dan tidak perlu melakukan persuasi. Satu hal tambahan yang membuatku pasti mencintai pekerjaanku adalah BERHUBUNGAN DENGAN BUKU.

Tujuan utamaku adalah bekerja di toko buku, tidak peduli besar atau kecil, yang penting aku mencintai pekerjaanku. Aku bahkan tidak peduli berapa pun gaji yang ditawarkan. Toh aku masih lajang, dan masih tinggal bersama orang tua (Mari bersyukur sejenak karena tinggal di Indonesia, kalaw di Mamarica udah diusir emak, yekan!)

Sayang beribu sayang, pekerjaan itu tak kunjung kudapatkan. Aku sendiri bingung kenapa begitu sulit mendapat pekerjaan dalam bidang perbukuan. Makanya aku mulai putus asa, dan mulai menerima pekerjaan apa pun yang kudapatkan. Walhasil, tidak satu pun dari pekerjaan itu bisa membuatku langgeng. Paling lama aku hanya bekerja selama 8 bulan dalam satu perusahaan.

Sampai suatu hari, SMA tempat kerabatku bekerja membutuhkan seseorang untuk menjaga perpustakaan. Kerabatku mengatakan tidak pernah ada penjaga perpustakaan yang bertahan di sekolah tersebut, sebab pekerjaannya membosankan, terisolasi sendiri, pekerjaan yang kadang berat karena harus menyusun buku, dan agak menyeramkan untuk beberapa orang.


Kerabatku mengatakan itu dengan wajah khawatir, seolah hal-hal di atas berkonotasi negatif. Little did she knows, semua itu justru terdengar seperti lantunan lagu-lagu surgawi di telingaku. Bekerja seorang diri? Di perpustakaan? Tidak perlu berinteraksi? Berhubungan dengan buku-buku? Banyak waktu luang? BAGAIMANA MUNGKIN TIDAK ADA YANG MAU ADA DI POSISI INI?

"Kerabat, tutup congor-mu itu. Aku terima pekerjaan ini!" kataku waktu itu dengan begitu aduhai.

Kerabatku mengusap tengkuk. "Tapi gajinya mungkin tidak terlalu besar."

Maka aku menatapnya setajam pisau dapur yang baru dibeli. "Kerabat, lihat wajahku ... Do I look like I give a single damm? Give me the dam job NOW!"

Maka dimulailah chapter baru Impy sebagai Pustakawan Hot-Hot-Hot yang selama ini diidam-idamkan seluruh makhluk hidup di dunia. Setelah itu apa yang terjadi? I AM SO GOOD AT MY JOB! Better yet ... I LOVE MY JOB SO DAMM MUCH!!!



Rasanya aku sedang berada di titik tertinggi dalam hidup. Aku suka pekerjaanku, rekan-rekan pun menyukai sifatku yang kalem (kayak lembu). Tekadku untuk bertahan sebagai Pustakawan Hot-hot-hot sudah sangat bulat. Aku bahkan berniat ingin lanjut kuliah bidang keperpustakaan. Secinta itu aku pada pekerjaan ini.

Sampai suatu hari aku mengalami sesuatu yang pasti dianggap positif bagi seluruh makhluk di bumi. Namun, aku yang mengalaminya merasa itu adalah mimpi terburuk sepanjang masa.

"Kenaikan Jabatan"

Sudah kubilang, aku jujur pada diriku dan pada kalian semua. Aku punya kekurangan, tapi aku juga punya kelebihan. Nampaknya kelebihanku sangat berguna di lingkungan kerja. Terlebih aku mencintai pekerjaanku sebagai Pustakawan Hot-hot-hot sehingga aku berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengacau, untuk jadi yang terbaik.

Siapa sangka pihak Yayasan Sekolah melihat semua itu, dan merasa bahwa mereka harus memberiku imbalan atas kerja kerasku. Imbalan berupa kenaikan jabatan. Kenaikan Jabatan. Kenaikan jabatan ... semakin banyak aku menulis dua kata itu, semakin sedih aku dibuatnya.

Kenaikan jabatan pasti disyukuri oleh orang-orang, tapi di saat kalian sudah berada di titik tertinggi yang diharapkan hati, kenaikan jabatan tidak terdengar bagus sama sekali. Ibaratnya kita sudah berada di tangga paling atas, apa yang terjadi kalau kita terus melangkah maju? Kita jatuh. Itulah persisnya yang aku rasakan.

Yayasan Sekolah memindahkanku ke bagian Tata Usaha. Dan saat itulah aku jatuh dari tangga tertinggi, saat itulah mimpi indahku berakhir. Aku tidak senang sama sekali saat mereka memberikan kabar tersebut, semoga aku tidak membuat mereka kebingungan dengan ekspresi wajah yang saat itu terlihat takut, hampir-hampir tersinggung.

Tentu saja mereka membicarakan kenaikan upah, kantor yang lebih nyaman, banyak teman untuk bergaul, sampai menjanjikanku ilmu yang lebih tinggi. Namun, kepalaku hanya memikirkan meja dan kursi nyamanku, rak-rak penuh buku yang belum sempat kubaca, kesunyian, ketenangan, secara harfiah surga duniaku. Tidak akan ada lagi.

Jujur, saat itu aku ingin berteriak di hadapan para Yayasan. "HELL NAW!!! LEAVE ME ALONE!!!" Namun, aku berpikir lagi ... siapa yang menolak kenaikan jabatan? Orang Bodoh, itulah orang-orang yang menolak kenaikan jabatan. Tidak peduli apa pembelaanku, tidak peduli kebahagiaanku. Jika aku menolak tawaran ini, aku akan menjadi Orang Bodoh. Dan aku ... tidak mau jadi Orang Bodoh.

Jadi aku menerima kenaikan jabatan tersebut. Tidak pernah merasa sepilu ini dalam hidupku. Di saat rekan dan keluarga bersorak untukku, memberi selamat, mendoakan segala hal baik. Aku bahagia, bersyukur atas perhatian mereka. Mereka ingin yang terbaik untukku. Tapi hatiku tidak bisa dibohongi, aku sedih. Sangat sedih.

The Rest is History

Seperti badai, mimpi indah pasti berlalu ... Aku menjadi Pustakawan Hot-hot-hot hanya selama satu tahun. Satu tahun paling bahagia dalam hidupku, karena pada masa itu aku benar-benar bisa mengatakan bahwa cita-citaku sudah tercapai. Aku bangun setiap pagi, begitu semangat menyongsong hari, dan pasti menikmatinya.

Well, bukan berarti pekerjaanku yang sekarang menyiksa atau semacamnya. Aku akui pekerjaanku sekarang memberiku banyak ilmu baru. Percaya atau tidak, aku mulai merayap keluar dari kubah Introvert. Aku sering berinteraksi dengan orang asing, aku mulai berani menerima telepon, bahkan memulai panggilan telepon.

Aku bisa ke tempat-temat baru tanpa perasaan gelisah, berani memulai percakapan, lebih pandai bersosialisasi. Aku menjadi Homo Sosialist sebagaimana seharusnya manusia modern. Hanya saja, jabatanku yang sekarang membuatku semakin jauh dari hobi-habi yang aku cintai. Saking sibuknya aku sekarang, membaca terbengkalai, menulis terbengkalai, blogging terbengkalai.

Namun, menyalahkan jabatanku sekarang juga tidak adil. Barangkali, motifasi adalah hal yang paling diperlukan saat ini. Aku sudah pernah jatuh cinta pada suatu pekerjaan, meskipun sangat sebentar, tapi yang penting sudah pernah. Sekarang, aku harus belajar mencintai pekerjaan baru ini. Akan sulit itu pasti, tapi bukan berarti tidak mungkin.

Nah, sekarang kalian tahu alasan kenapa aku tidak pernah lagi membuat konten Pustakawan Hot-hot-hot. I am no longer that Gorl. I'm devastated, but life must go on.

Terima kasih pada kalian yang membaca curhatan ini sampai habis. Pernahkah kalian mencintai pekerjaan dengan sepenuh hati? Sudahkah cita-cita kalian tercapai? Mari kita sama-sama berdoa untuk masa depan yang lebih baik. Sekarang sudah 2025, kan? LET'S FAKKIN GO!!!

Sampai jumpa di review sungguhan besok-besok ^o^/

Comments

Impy's all-time-fav book montage

The School for Good and Evil
A World Without Princes
The Last Ever After
Quests for Glory
House of Secrets
Battle of the Beasts
Clash of the Worlds
Peter Pan
A Man Called Ove
My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
The Book of Lost Things
The Fairy-Tale Detectives
The Unusual Suspects
The Problem Child
Once Upon a Crime
Tales From the Hood
The Everafter War
The Inside Story
The Council of Mirrors
And Every Morning the Way Home Gets Longer and Longer


Impy Island's favorite books »

Baca Review Lainnya!

Ily

Aku Menyerah pada Serial Omen-nya Lexie Xu

Mbah Rick Riordan Melanggar Semua Pakem dalam menulis POV1 (dan Tetap Bagus)

Laut Bercerita

Sky Academy

Novel-novel Terkutuk (Mostly Watpat)

Matahari Minor